Dengan Solusi Finansial yang Tepat, Milenial dan Gen Z Bisa Miliki Rumah Estetik

Adanya sorotan terhadap kesulitan generasi muda untuk membeli hunian dikarenakan kenaikan harga properti tidak sebanding dengan pendapatan generasi muda sekarang ini.

oleh Fachri pada 27 Jul 2023, 20:55 WIB
Diperbarui 27 Jul 2023, 20:53 WIB
Danamon.
Seminar Danamon. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Adanya sorotan terhadap kesulitan generasi muda untuk membeli hunian dikarenakan kenaikan harga properti tidak sebanding dengan pendapatan generasi muda sekarang ini. Kondisi ini kerap menjadi kekhawatiran generasi muda ditambah adanya ekspektasi dari generasi orang tua mereka, bahwa kalau belum punya rumah artinya belum sukses.

Agustinus Michel, yang beken sebagai @paksugus di TikTok mengungkapkan bahwa dirinya sebagai generasi muda sangat memimpikan hunian idaman bagi keluarga kecilnya. Tentunya gaya desain yang diminati oleh generasi muda adalah hunian yang estetikanya sesuai dengan karakter pemiliknya.

“Ada beberapa faktor mendasar yang harus diperhatikan ketika ingin membangun rumah impian seperti jenis hunian, lokasi, dan budget,” ujarnya.

Pertama dari segi hunian, generasi muda harus bisa melihat kelebihan dan kekurangan dari memilih hunian jenis rumah maupun apartemen. Karena keduanya memiliki perbedaan dari fungsionalitas, biaya maintenance, biaya listrik dan air, jasa keamanan, serta fasilitas kesehatan dan rekreasi yang tersedia di sekitar hunian.

Kemudian faktor selanjutnya saling berhubungan karena lokasi tentunya akan menentukan budget, dan begitu pula sebaliknya. Memang memilih hunian yang tepat tidaklah mudah karena begitu banyak referensi di media sosial yang dapat menjadi preferensi.

"Saran saya, setiap keluarga muda yang baru akan membangun hunian impian mereka harus mengerti kebutuhan dan karakteristik dari keluarganya," ujar Agustinus.

Saat yang Tepat Miliki Rumah

Ilustrasi rumah impian
Ilustrasi rumah impian/Shutterstock-Michael Dechev.

National Secured Sales Head, PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Marizka Ellanda mengatakan bahwa sekarang adalah saat yang tepat bagi generasi muda untuk punya hunian sendiri. Hal ini antara lain karena sekarang sudah banyak developer yang mendesain properti mereka seperti tren selera generasi muda.

"Untuk rumah tapak, banyak anak muda yang ingin rumah di cluster, modern tapi minimalis, lingkungannya kecil tapi homey. Ada juga yang mau rumahnya smart home, yang menawarkan banyak kemudahan karena teknologi seperti lampu yang bisa dinyalakan dan dimatikan dengan bertepuk tangan, musik yang diatur dengan perintah suara, hingga sistem keamanan terintegrasi," katanya.

"Plus, tren Work from Home yang meningkat juga membuat generasi muda menginginkan rumah yang nyaman buat mereka kerja, misalnya dengan banyak ruang terbuka supaya terkesan luas," imbuh Marizka.

Selain itu, dirinya juga menyarankan agar generasi muda memberanikan diri untuk berkomitmen membeli properti sekarang. Pasalnya, harga properti terus akan naik dan kalau uang hanya ditabung, bisa jadi uang tabungan plus bunga tidak akan bisa mengejar harga properti yang didambakan.

"Properti juga bisa menjadi investasi, karena rumah yang sudah menjadi hak milik, bisa diagunkan kapan saja jika tiba-tiba ada kebutuhan mendadak seperti sekolah anak, keluarga jatuh sakit, dan lain-lain," ujar Marizka.

Kuncinya Adalah Sense of Belonging

Ilustrasi mendapatkan rumah impian
Ilustrasi mendapatkan rumah impian/Shuttestock-ASTA Concept.

Agustinus menyinggung pentingnya memiliki rumah sendiri. Dirinya mengatakan bahwa kuncinya adalah sense of belonging.

"Orang biasanya lebih sayang sama barang punya sendiri, karena ada kebanggaan bisa memiliki barang itu. Dari situ, kita akan termotivasi untuk menjadikan rumah kita itu se-estetik dan senyaman mungkin, sehingga kita bahkan bisa mendapatkan cuan dari situ,” ujarnya.

Tipsnya untuk menjadikan rumah estetik yaitu, pertama untuk membuat moodboard sebelum membeli properti. Isinya bisa diambil dari internet atau dari media sosial, yang penting fungsinya adalah supaya kita bisa membayangkan warna dan tema rumah seperti apa yang kita mau.

"kita bisa menentukan vendor atau barang-barang apa yang harus dipilih untuk mengisi rumah kita supaya cocok dengan tema dan warnanya, dan supaya sesuai dengan budget yang dimiliki," ungkap Agustinus.

"Tidak harus semua sudut rumah harus sengaja dibuat estetik, tapi kalau warna sudah tepat, barang-barang yang dibeli nyambung, dengan sendirinya akan bagus estetiknya. Bahkan, secara tidak sadar kita sebagai penghuni juga akan otomatis menyamakan diri dengan estetika rumah," tambahnya.

Ia mengatakan bahwa rumah bisa memengaruhi penghuninya.

"Seperti saya, sekarang tanpa sadar bahkan baju-baju saya warnanya senada dengan rumah saya. Saya percaya bahwa rumah yang kita desain dan bangun dari hati, pengaruhnya akan di luar bahkan dari apa yang kita bayangkan,” katanya.

Baginya, rumah itu punya kepribadian dan branding, dan itu harus disesuaikan dengan branding dan kepribadian pemiliknya. Nantinya, proses menjadikan rumah sebagai upaya mencari tambahan penghasilan itu bisa mengalir dengan sendirinya, seperti misalnya kita membuat konten tentang keseharian kita di rumah.

“Selama bikin konten, saya jadi lebih peka sama rumah sendiri. Dari situ saya terinspirasi bikin rumah jadi iconic sehingga banyak di-endorse brand. Lalu jadi lebih mudah untuk memasarkan diri dan rumah sendiri untuk mendatangkan cuan, modalnya ya memanfaatkan apa yang di depan mata kita, seperti hape dan media sosial,” ucap Agustinus.

Jadikan Rumah Sebagai Penghasilan Tambahan

Ilustrasi pasangan muda membeli rumah impian
Ilustrasi pasangan muda membeli rumah impian/Shutterstock-Amorn Suriyan.

Marizka mengatakan, sekarang ada banyak jalan untuk menjadikan rumah sebagai sumber penghasilan tambahan. Selain dijadikan konten dan studio seperti Agustinus, orang juga bisa memilih untuk membeli Ruko, jadi rumah bisa sekaligus dijadikan tempat usaha. Nah, hasil dari bisnis atau content creation itulah yang nantinya bisa digunakan untuk membayar rumah itu sendiri.

"Setelah menentukan pilihan rumah beserta estetikanya, anak muda juga bisa memanfaatkan kerja sama bank dengan developer, seperti Danamon yang bisa bantu pilihkan opsi yang cocok dengan keinginan dan kebutuhan nasabah," katanya.

Selain kerja sama dengan developer terpercaya dan berbagai program menarik, Danamon juga punya program unggulan yaitu KPR Danamon Lebih, di mana tabungan dan KPR bersinergi untuk untungkan nasabah karena bunga KPR sama dengan bunga tabungan.

“Jadi semakin tinggi saldo yang ada di rekening, semakin kecil beban bunga yang dibayarkan. Nasabah juga bisa tarik dan setor kapan saja karena ini tabungan, bukan deposito. Nanti, akan di-net off di setiap akhir bulan,” ujarnya.

 

(*)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya