Garuda Indonesia Jajal Avtur Campur Minyak Kelapa Sawit untuk Mesin Pesawat

Bersama dengan Pertamina, Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian ESDM, Garuda Indonesia telah menyelesaikan tahap awal uji coba bahan bakar terbarukan bioavtur atau avtur campur minyak sawit.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Agu 2023, 12:50 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2023, 12:50 WIB
Garuda Indonesia menjajaki penggunaan energi terbarukan bioavtur J2.4, yang merupakan bagian dari pengembangan konsep Sustainable Aviation Fuel (SAF). (Dok GIAA)
Garuda Indonesia menjajaki penggunaan energi terbarukan bioavtur J2.4, yang merupakan bagian dari pengembangan konsep Sustainable Aviation Fuel (SAF). (Dok GIAA)

Liputan6.com, Jakarta - Garuda Indonesia menjajaki penggunaan energi terbarukan bioavtur J2.4, yang merupakan bagian dari pengembangan konsep Sustainable Aviation Fuel (SAF).

Uji coba penggunaan bioavtur tersebut telah dimulai pada Rabu (26/7/2023) melalui uji statis pada mesin pesawat CFM56-7B yang digunakan pada armada B737-800 NG Garuda Indonesia. Kemudian akan dilanjutkan dengan rangkaian uji lanjutan lainnya berupa uji coba ground test dan flight test.

Bersama dengan Pertamina, Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian ESDM, Garuda Indonesia telah menyelesaikan tahap awal uji coba bahan bakar terbarukan tersebut. Melalui uji statis dengan melihat respon mesin pesawat terhadap penggunaan material bioavtur.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyatakan, penjajakan penggunaan bioavtur ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dalam mendukung berbagai inisiatif dekarbonisasi.

"Kami menyadari bahwa sebagai bagian dari ekosistem industri penerbangan, Garuda Indonesia tidak dapat terlepas dari emisi yang dihasilkan dari lini operasional kami," ujar Irfan dalam keterangan tertulis, Selasa (1/8/2023).

"Untuk itu, inisiasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal kami untuk mendukung ekonomi hijau yang berkelanjutan. Sekaligus menjadi pionir sebagai maskapai komersial pertama di Indonesia yang melaksanakan uji coba energi terbarukan, khususnya bioavtur," paparnya.

Minyak Kelapa Sawit

Adapun Bioavtur J2.4 merupakan bahan bakar yang terdiri dari komponen minyak inti kelapa sawit (Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil) sebanyak 2,4 persen. Produk ini merupakan hasil pengembangan dari Pertamina Group dan peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Irfan melanjutkan, Garuda Indonesia juga telah melaksanakan berbagai aktivitas korporasi yang berorientasi terhadap konservasi energi maupun lingkungan hidup dalam lini operasional penerbangan.

"Kiranya inisiatif Garuda Indonesia dalam hal uji coba penggunaan SAF ini tidak hanya menjadi langkah awal yang akan mengoptimalkan upaya pembangunan ekosistem bisnis berkelanjutan, khususnya pada industri penerbangan. Namun juga diharapkan dapat mendorong pengembangan energi terbarukan karya anak bangsa," tuturnya.

Lolos Uji Statis, Pertamina Lanjut Kembangkan Bensin Hijau untuk Pesawat

PT Pertamina (Persero) sukses melakukan uji statis bahan bakar pesawat ramah lingkungan, atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada mesin jet CFM56-7B yang biasa digunakan pada pesawat komersil di fasilitas Test Cell milik GMF Aeroasia. (Dok Pertamina)
PT Pertamina (Persero) sukses melakukan uji statis bahan bakar pesawat ramah lingkungan, atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada mesin jet CFM56-7B yang biasa digunakan pada pesawat komersil di fasilitas Test Cell milik GMF Aeroasia. (Dok Pertamina)

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) sukses melakukan uji statis bahan bakar pesawat ramah lingkungan, atau Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada mesin jet CFM56-7B yang biasa digunakan pada pesawat komersil di fasilitas Test Cell milik GMF Aeroasia.

Uji coba ini jadi rangkaian pertama untuk memastikan produk SAF layak digunakan untuk pesawat komersil. Saat ini, Pertamina tengah mendorong produk SAF untuk bisa digunakan pada pesawat komersi. Sebelumnya, pada 2021 produk SAF telah berhasil menerbangkan pesawat militer berjenis CN 250.

Setelah kesuksesan hasil pengujian statis kali ini, selanjutnya produk SAF akan memasuki tahap pengujian selanjutnya, Uji Ground Round dan Flight Test. 

VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyampaikan, Pertamina memproduksi SAF melalui metode co-processing yang memproduksi green-fuel lewat proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan menjadi green hydrocarbon, dalam hal ini menjadi bioavtur. Produksi SAF saat ini dilakukan di Refinery Unit (RU) IV Cilacap.

"Sebagai perusahaan energi, Pertamina berusaha untuk terus menjawab tantangan global untuk memproduksi green fuel, yaitu dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi di Indonesia," ujar Fadjar, Sabtu (29/7/2023).

 

Inovasi Green Fuel

Lebih lanjut, Fadjar menjelaskan, SAF dikembangkan sebagai salah satu upaya Pertamina menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target net zero emission 2060, dimana seluruh lini bisnis Pertamina Group bersama-sama mengembangkan inovasi green fuel.

"Produk SAF ini dikembangkan bersama lintas fungsi dan Subholding Pertamina, serta diproduksi oleh Kilang Pertamina. Kami yakin melalui sinergi yang sudah terjalin ini akan terus melangkah ke depan dalam mengembangkan SAF sebagai tonggak utama dan pengembangan Biofuel atau Green Energy di Indonesia," paparnya.  

[INFOGRAFIS] Industri Penerbangan Jadi Tumbal Ambruknya Rupiah
Pembelian bahan bakar avtur memakai mata uang dolar dipastikan melonjak seiring pelemahan rupiah dan menambah beban operasional maskapai.
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya