Setumpuk PR Indonesia Jadi Pemain Baterai Nomor 1 Dunia

Menteri ESDM Arifin Tasrif menilai Indonesia menyimpan potensi sangat besar untuk jadi pemain utama baterai isi ulang. Namun, masih banyak PR yang perlu dituntaskan agar target itu bisa tercapai.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2023, 19:30 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2023, 19:30 WIB
Presiden Jokowi meninjau langsung pabrik baterai mobil listrik PT Hyundai LG Industry Green Power di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Kamis (14/9/2023).
Presiden Jokowi meninjau langsung pabrik baterai mobil listrik PT Hyundai LG Industry Green Power di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, Kamis (14/9/2023). (Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menilai Indonesia menyimpan potensi sangat besar untuk jadi pemain utama baterai isi ulang. Namun, masih banyak PR yang perlu dituntaskan agar target itu bisa tercapai.

Arifin mengatakan, permintaan baterai lithium ion diperkirakan akan meningkat lantaran meroketnya kebutuhan akan kendaraan listrik dan penyimpanan energi.

"Indonesia mempunyai potensi yang besar sebagai pemain utama dunia dalam industri baterai kendaraan listrik karena Indonesia mempunyai bahan komponen baterai, yaitu nikel, bauksit, tembaga, mangan," ujarnya dalam Indonesia Mining Summit 2023 di Bali, Selasa (10/10/2023).

Menurut data yang dibacakannya, nikel memiliki sumber daya hingga sebesar 17,3 miliar ton dan cadangan 5,0 miliar ton. Pada 2022, produksi ferronickle sebesar 516,7 ribu ton, nickel matte sebesar 76 ribu ton, dan bijih nikel sebesar 106,3 juta ton.

Sementara tembaga dengan sumber daya 15,8 millar ton dan cadangan 3,0 miliar ton, akan dilakukan pengembangan industri copper tube untuk pipa ACdan refrigerator, copper tip untuk ujung kabel, copper busbar untuk panel kontrol, listrik, copper sheet untuk mendukung industri baterai, wire dan kabel, serta pengembangan EBT dan EV. Pada tahun 2022telah diproduksi copper cathode sebesar 271 ribu ton.

Rantai Nilai Industri Baterai

Lebih lanjut, Arifin menyampaikan, rantai nilai industri baterai di Indonesia memang masih perlu dikembangkan. Pasalnya, Indonesia belum punya banyak industri penopang untuk produksi baterai.

"Seperti smelting/refining mineral, produksi komponen sel, produksi sel baterai, perakitan baterai, dan mineral-mineral lain yang dibutuhkan antara lain lithium, graphite dan cobalt," paparnya.

D sisi lain, Arifin pun menekankan bahwa pengembangan teknologi daur ulang mineral atau mineral recycling juga merupakan faktor penting dalam pengelolaan mineral.

"Hal ini meliputi recovering dan reusing mineral-mineral dari produk-produk yang sudah habis masa pakainya seperti baterai, elektronik, dan magnet. Daur ulang akan menghasilkan dampak besar dalam melestarikan sumber daya," tuturnya.

 

Cadangan Nikel Indonesia Habis 15 Tahun Lagi Gara-Gara Industri Mobil Listrik

Nikel
Ilustrasi Nikel

Pemerintah tengah mempersiapkan Indonesia jadi pusat industri baterai kendaraan listrik dunia. Mimpi ini diusung lantaran Indonesia jadi salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar dunia, untuk diolah menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menyiapkan pabrik baterai mobil listrik pertama dan terbesar di Asia Tenggara, yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Targetnya, pabrik itu bakal beroperasi tahun depan.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, Indonesia saat ini menyimpan hingga sekitar 5,3 miliar ton cadangan nikel. Bahkan, potensinya lebih besar hingga tiga kali lipat lebih.

"Kalau potensi nikelnya sih kalau lihat sekarang kan ada cadangan nikel, ada potensi. Cadangan kita nih 5,3 miliar ton, nah potensi kita ada 17 miliar (ton)," ujar Arifin saat di Kantor Kementerian ESDM, dikutip Senin (18/9/2023).

Jenis Nikel

Arifin menjelaskan, nikel sendiri terbagi menjadi dua jenis. Pertama, nikel berkadar tinggi lebih dari 1,5 persen yang disebut saprolit. Lalu, nikel berkadar rendah kurang dari 1,5 persen atau limonit.

"Jadi kalau dipakai pemakaian, kita produksi setahun, nah itu kalau kan dibagi dua. Satu untuk limonit, satu untuk saprolite, untuk besi-baja," terang Arifin.

 

Cukup untuk 15 Tahun

Nikel sulfat (Foto:PT Trimegah Bangun Persada Tbk/NCKL)
Nikel sulfat (Foto:PT Trimegah Bangun Persada Tbk/NCKL)

Menurut dia, dengan cadangan nikel sebesar 5,3 miliar ton yang dimiliki saat ini cukup untuk kapasitas produksi hingga 15 tahun. Namun, usia pemakaiannya bisa bertambah jika potensi yang ada dikembangkan, dan turut membuat industri daur ulang baterai kendaraan listrik.

"Jadi kalau yang sekitar 5 miliar (ton) ini dengan kapasitas yang sekarang bisa 15 tahun. Tapi kalau kita bisa kembangin yang potensi ini kita bisa panjang," kata Arifin.

"Nah, ke depannya juga kan industri baterai ini bisa ada industri recycle. Jadi ya recycle itu kenapa bisa top up, jadi ya makin panjang lah ya, cuman kita jangan boros," pinta dia.

Bos IBC Ambisi Jadikan Indonesia Raja Nikel Sulfat Dunia

Harga Nikel Naik 28 Persen, Ini Strategi Antam Agar Kompetitif
Nikel lagi-lagi mencatatkan trend kenaikan harga yang positif selama tahun 2017.

Direktur Utama Indonesia Battery Coorporation (IBC) Toto Nugroho berambisi membawa Indonesia bisa unggul di sektor ekosistem kendaraan listrik. Salah satunya dengan bermodalkan cadangan nikel yang tersebar di dunia.

Toto menyebut, cadangan nikel Indonesia bisa diolah menjadi nikel sulfat yang dibutuhkan untuk industri baterai kendaraan listrik (EV). Dengan outlook kapasitan produksi dalam negeri, dia optimistis dalam 4-5 tahun kedepan Indonesia bisa merajai industri ini.

"Jadi, salah satu keunggulan yang kami miliki, karena kami memiliki nikel, salah satu bahan baku baterai yang paling banyak mengandung garam adalah nikel sulfat dan Indonesia saat ini memproduksi sekitar 40 persen dari seluruh nikel sulfat di dunia, dalam 4 atau 5 tahun ke depan, menurut saya, akan mencapai lebih dari 70 persen," bebernya dalam Indonesia Sustainability Forum 2023, di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (7/9/2023).

Dia mengibaratkan, dengan potensi ini Indonesia bisa meniru kesuksesan Arab Saudi di tahun 1970-an yang bisa berjaya karena pemanfaatan cadangan minyak yang dimilikinya.

"Jadi, saya selalu bilang bahwa di sini rata-rata punya potensi, seperti Arab Saudi, di tahun 70an, dengan minyaknya. Jadi kita mempunyai keuntungan global karena memiliki sumber daya nikel," ungkapnya.

 

Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia
Banner Infografis Selamat Datang Era Mobil Listrik di Indonesia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya