Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2023 tumbuh 4,94% (y-o-y). Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Januari-September 2023 sebesar 5,05% (c-to-c).
Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, BPS juga mencatat komponen konsumsi rumah tangga tumbuh 5,06% (y-o-y), investasi 5,77%.
Baca Juga
Sementara konsumsi pemerintah dan ekspor terkontraksi masing-masing -3,76% dan -4,26%. Selain itu impor juga tercatat mengalami kontraksi -6,18%.
Advertisement
Direktur Eksekutif Megawati Institute, Dr. Arif Budimanta mengungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sebagai salah satu dampak dari ketidakpastian ekonomi global, termasuk melambatnya ekonomi Tiongkok ke level 4,9%, Jepang (1,4%), dan India (6,5%) secara tahunan pada triwulan III 20203.
"Ketiga mitra dagang tersebut berkontribusi lebih dari 40% dari total ekspor Indonesia. Sehingga perlambatan ekonomi di negara-negara tersebut akan sangat mempengaruhi ekspor kita yang pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi nasional," jelas dia, Selasa (7/11/2023).
Konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi lebih dari separuh Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia juga hanya tumbuh 5,06% atau melambat dibandingkan dengan triwulan II 2022 sebesar 5,22% (y-o-y) maupun dibandingkan dengan triwulan III 2022 yakni sebesar 5,39%.
Namun demikian secara keseluruhan ekonomi tahun 2023 ini memiliki potensi cukup baik di atas 5%. "Kita masih memiliki waktu sekitar 1,5 bulan ke depan dan ada momentum Natal dan Tahun Baru yang diharapkan dapat memiliki dampak yang signifikan bagi perekonomian tahun 2023 ini," jelas dia.
Â
Tingkat Pengangguran
Turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT) dari 5,86% pada Agustus 2022 menjadi 5,32% pada Agustus 2023 sebagai hal yang perlu diapresiasi dan diharapkan memiliki dampak positif bagi ekonomi ke depan.
"Pemerintah tetap mengantisipasi inflasi beberapa komoditas pokok seperti beras dan komoditas lainnya, terlebih dengan kondisi nilai tukar yang terdepresiasi seperti saat ini," tambah dia.
Sehingga daya beli masyarakat khususnya masyarakat miskin harus terus diperhatikan dan dijaga dengan baik untuk menghindari terjadinya perlambatan ekonomi yang lebih dalam serta yang lebih utama untuk memastikan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga dengan baik.
Advertisement