Liputan6.com, Jakarta Harga pangan di sejumlah daerah terpantau mengalami kenaikan, mulai dari beras hingga cabai rawit merah. Ternyata, beberapa warga pun mengeluh akibat kenaikan harga pangan ini.
Salah satunya diungkap oleh Waluyo, seorang warga di kawasan Petukangan, Jakarta Selatan. Dia mengaku cukup terbebani dengan kenaikan harga pangan, utamanya yang sering dikonsumsi.
Baca Juga
Dia mengaku, untuk keperluan belanja bulanan biasanya bisa terpenuhi dengan biaya Rp 1 juta. Namun, karena adanya kenaikan jadi perlu mengambil dari alokasi dana lainnya.
Advertisement
"Iya, sekarang sembako pada naik semua. Beras naik, cabai naik, gula naik, bikin berat. Soalnya kan yang biasanya uang 1 juta bisa cukup buat beli sembako sebulan jadi kurang dan harus ngeluarin uang dari cost lainnya," ungkap dia kepada Liputan6.com, Minggu (26/11/2023).
Dia khawatir kenaikan harga ini bisa berlanjut hingga momen pergantian tahun. Pasalnya, pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) biasanya harga pangan ikut naik imbas meningkatkan permintaan.
"Takutnya belum sampai Desember aja harga udah gila apalagi nanti pas nataru," tegasnya.
Keluhan Lain
Senada dengan Waluyo, seorang warga Bogor, Jenar mengalami keluhan yang serupa. Biaya belanja Rp 50 ribu yang dikantonginya untuk satu hari, kini hanya bisa membeli beberapa jenis bahan pangan.
Dia pun meminta pemerintah untuk turun tangan guna mengendalikan harga di pasaran.
"Harapanya sih pemerintah bisa jaga fluktuasi harga buat masyarakat apalagi menjelang akhir tahun. Kalau bisa pemerintah intervensi ke pasar deh supaya harga-harga bahan pokok bisa stabil dan tidak memberatkan masyarakat," keluhnya.
Harga Bahan Pangan Naik
Diberitakan sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat banyak bahan pangan yang mengalami kenaikan beberapa waktu belakangan ini. Padahal, biasanya harga pangan naik ketika permintaan melonjak seperti pada momen Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Sekretaris Jenderal IKAPPI Reynaldi Sarijowan mengaku heran kenaikan harga pangan terjadi jauh hari sebelum Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 (Nataru). Dia mencatat harga cabai hingga gula masih terus mengalami kenaikan.
"Kalau bicara tren, tren ini sebenarnya belum cukup terlihat permintaan yang tinggi. Kecuali kita 1 minggu memasuki natal dan tahun baru, ini kan permintaan akan 2 kali lipat, tapi di November ini kenapa beberapa komoditas ini mengalami kenaikan," ujar Reynaldi kepada Liputan6.com, Jumat (24/11/2023).
Advertisement
Gula Paling Mahal Sepanjang Sejarah
Dia menerangkan dalam beberapa bulan terakhir, harga komoditas pangan terus merangsek naik. Diantaranya, beras kualitas medium masih dijual Rp 13.000 per kilogram (kg) padahal harga eceran tertinggi (HET) beras medium dipatok Rp 10.900 per kg. Lalu, ada bawang merah yang masih bertengger di angka Rp 35.000 per kg.
"Kemudian cabai-cabaian juga mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya ini di atas 100 persen gitu, cabai merah keriting sudah di angka Rp 88.500 per kilo, yang cabai besar tw Rp 82.000 (per kg), rawit merah ini yang cukup pedas, di kisaran Rp 110.000 per kilo," paparnya.
"Bawang putih juga sama, kenapa bawang putih ini bisa tinggi harganya di angka Rp 41.000 (per kg) padahal impor 100 persen justru ini yang bermasalah," sambung Reynaldi.
Selanjutnya, harga daging ayam pun terpantau mengalami kenaikan di pasar tradisional dengan kisaran harga Rp 41.000-42.000 per kg. Diikuti juga dengan telur ayam yang dijual sekitar Rp 28.000 per kg.
"Ada gula pasir yang mengalami kenaikan selama sepanjang sejarah Indonesia berdiri itu gula pasir paling tinggi hari ini Rp 16.000-16.500 per kilo," tegasnya.