Regulator AS Ingatkan Risiko Kecerdasan Buatan terhadap Sistem Keuangan

FSOC menyebutkan kecerdasan buatan memiliki potensi untuk memacu inovasi dan mendorong efisiensi tetapi memerlukan penerapan dan pengawasan.

oleh Agustina Melani diperbarui 15 Des 2023, 17:46 WIB
Diterbitkan 15 Des 2023, 17:46 WIB
Regulator AS Ingatkan Risiko Kecerdasan Buatan terhadap Sistem Keuangan
Regulator federal untuk pertama kali memperingatkan penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menimbulkan risiko terhadap sistem keuangan. (Image by rawpixel.com on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Regulator federal untuk pertama kali memperingatkan penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menimbulkan risiko terhadap sistem keuangan.

Dikutip dari CNN Money, Jumat (15/12/2023), The Financial Stability Oversight Council (FSOC), regulator di pemerintahan Amerika Serikat (AS) resmi klasifikasikan AI pada Kamis, 14 Desember 2023 sebagai kerentanan yang muncul.

Model AI yang canggih semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, bahkan ketika banyak nama terkemuka di bidangnya mengatakan teknologi baru ini dapat menimbulkan dampak buruk jika tidak terkendali.

"AI mempunyai potensi untuk memacu inovasi dan mendorong efisiensi, namun penggunaannya dalam jasa keuangan memerlukan penerapan dan pengawasan yang bijaksana untuk mengelola potensi risiko,” demikian disebutkan dalam laporan tahunan FSOC.

FSOC yang dibentuk setelah krisis keuangan 2008 dan dipimpin oleh Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen memperingatkan, AI dapat menimbulkan risiko tertentu termasuk masalah keamanan siber,risiko kepatuhan dan masalah privasi. Regulator juga mengatakan keprihatinannya tentang “faktor rumit” terkait model AI generatif seperti ChatGPT.

Misalnya, dewan tersebut menandai risiko keamanan data, perlindungan konsumen, dan privasi yang ditimbulkan oleh perusahaan keuangan yang memaki AI. Dewan juga menandai model AI generatif dapat memberikan hasil yang cacat yang dikenal sebagai “halusinasi”.

Kekhawatiran lain bagi regulator adalah beberapa model kecerdasan buatan beroperasi sebagai “kotak hitam” yang berarti cara kerjanya tidak dapat ditembus oleh pihak luar.

FSOC mengatakan, kurangnya penjelasan dapat mempersulit penilaian kelayakan sistem sehingga meningkatkan ketidakpastian mengenai kesesuaian dan keandalan sistem.

 

Kekhawatiran FSOC

Ilustrasi Kecerdasan Buatan, Robot
Ilustrasi Kecerdasan Buatan, Robot (Foto: Istimewa)

Dengan kata lain, jika bank mengandalkan model AI yang misterius sulit untuk memahami seberapa kokoh sistem yang mendasarinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, regulator menyatakan kekhawatirannya mengenai bagaimana sistem AI ini dapat menghasilkan dan mungkin menutupi hasil yang bias atau tidak akurat.

FOSC menyebutkan, hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kekhawatiran mengenai pemberian pinjaman yang adil dan masalah perlindungan konsumen lainnya.

Langkah ini dilakukan hanya dua tahun setelah regulator pertama kali klasikan perubahan iklim sebagai “ancaman yang muncul terhadap stabilitas keuangan Amerika Serikat”.

Investasi dan adopsi AI telah meningkat pesat, bahkan ketika beberapa ahli memperingatkan ada bahaya serius pada teknologi tersebut.

Presiden AS Joe Biden baru-baru ini menandatangani perintah eksekutif yang menginstruksikan lembaga-lembaga federal untuk mengambil langkah-langkah guna menjaga pengembangan yang merupakan bidang adopsi dan investasi yang sedang booming.

"Kesalahan dan bias menjadi lebih sulit untuk diidentifikasi dan diperbaiki seiring dengan meningkatnya kompleksitas pendekatan AI yang menggarisbawahi perlunya kewaspadaan dari pengembang teknologi, perusahaan sektor keuangan yang menggunakannya dan regulator yang mengawasi perusahaan-perusahaan tersebut,” ujar FSOC.

Popularitas ChatGPT dan AI generatif lainnya yang menggunakan model bahasa besar untuk identifikasi pola dalam data dan membuat teks dan gambar semakin meningkatkan minat terhadap AI.

 

Elon Musk Ingatkan Kecerdasan Buatan Bakal Ganggu hingga Hilangkan Kebutuhan Pekerjaan

FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). Pemegang saham menuduh Elon Musk memperkaya dirinya serta keluarganya dengan kesepakatan yang terjadi pada 2016 terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Sebelumnya diberitakan, Miliarder Elon Musk menilai kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) pada akhirnya dapat membuat semua orang kehilangan pekerjaan.

Elon Musk menuturkan, AI akan berpotensi menjadi “kekuatan paling menganggu dalam sejarah”. Sebelumnya CEO Tesla ini juga membentuk startup yang baru dibentuk x AI. “Kita akan memiliki sesuatu yang untuk pertama kalinya lebih pintar dari manusia terpintar,” ujar Elon Musk dalam sebuah acara di Lancaster House.

"Sulit untuk mengatakan dengan pasti momen apa itu, tetapi akan tiba saatnya di mana tidak diperlukan lagi pekerjaan. Anda bisa mempunyai pekerjaan jika Anda ingin memiliki pekerjaan untuk kepuasan pribadi. Tapi AI akan mampu melakukan segalanya,” ia menambahkan.

“Saya tidak tahu apakah hal itu membuat orang merasa nyaman atau tidak,” canda Elon Musk.

“Jika Anda ingin jin ajaib itu akan mengabulkan permintaan apapun yang kamu inginkan, dan tidak ada batasan. Anda tidak memiliki tiga batasan keinginan yang tidak masuk akal, itu baik dan buruk. Salah satu tantangan di masa depan adalah bagaimana kita menemukan makna hidup,” ujar dia.

 

 

Tak Punya Produk

FOTO: Elon Musk Jadi Saksi Sidang Akuisisi SolarCity
Elon Musk berjalan dari pusat peradilan di Wilmington, Delaware, Amerika Serikat, Senin (12/7/2021). CEO Tesla tersebut menjadi saksi pertama dalam persidangan terkait masalah akuisisi SolarCity. (AP Photo/Matt Rourke)

Elon Musk telah berkali-kali memperingatkan ancaman yang ditimbulkan oleh kecerdasan buatanterhadap umat manusia, dan pernah mengatakan AI dapat lebih berbahaya dari pada senjata nuklir.

CEO Tesla sekaligus pemilik platform media sosial X dahulu bernama Twitter, salah satu dari banyak pemimpin perusahaan teknologi yang mendesak penghentian sementara pengembangan AI lebih canggih dari pada perangkat lunak GPT-4 Open AI. Para pemimpin teknologi lainnya tidak setuju dengan pandangan itu, termasuk bos Palantir, Alex Karp.

Kepada Radio BBC pada Juni 2023, Karp menilai, banyak orang meminta jeda, meminta jeda karena mereka tidak punya produk.

Komentar Elon Musk pada Kamis, 2 November 2023 menyusul kesimpulan dari pertemuan puncak penting di Bletchley Park, Inggris. Para pemimpin dunia setuju komunike global mengenai AI yang membuat mereka menemukan titik temu mengenai risiko yang ditimbulkan oleh teknologi tersebut terhadap umat manusia.

Para ahli teknologi dan pemimpin politik memakai pertemuan ini untuk memperingatkan ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh AI dengan fokus pada beberapa kemungkinan skenario.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya