Kaleidoskop 2023: Hantu Resesi Global Mulai Sampai di Indonesia

Pada awal 2023, pemerintah mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 20 Des 2023, 23:29 WIB
Diterbitkan 20 Des 2023, 21:00 WIB
Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pada awal 2023, pemerintah mengungkapkan kekhawatirannya terkait dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia.. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta Resesi global mulai menghantui banyak negara di dunia sejak 2022. Bahkan, banyak negara yang ekonominya mulai lesu akibat ancaman resesi dampak dari perang Rusia-Ukraina dan kenaikan suku bunga AS.

Negara ekonomi terbesar di Eropa, Jerman secara tak terduga mengalami penyusutan ekonomi pada kuartal keempat 2022.  Jerman merupakan negara ekonomi terbesar di Eropa.

Kontraksi ini semakin menunjukkan kemungkinan bahwa negara itu sudah memasuki resesi seperti yang sebelumnya diprediksi, meskipun kemungkinan terburuk sudah mereda dibandingkan yang dikhawatirkan sebelumnya.

Mengutip US News, Selasa (31/1/2023) data resmi kantor statistik federal Jerman menunjukkan bahwa produk domestik bruto (PDB) negara itu turun 0,2 persen pada kuartal IV 2022.

Padahal, di kuartal sebelumnya, ekonomi Jerman sempat tumbuh sebesar 0,5 persen yang direvisi naik dibandingkan tiga bulan sebelumnya.

Sebagai informasim eesesi secara umum didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.

"Bulan-bulan musim dingin berubah menjadi sulit - meskipun tidak sesulit yang diperkirakan sebelumnya," kata kepala ekonom VP Bank, Thomas Gitzel.

"Kehancuran ekonomi Jerman yang parah tidak ada, tetapi sedikit resesi masih akan terjadi," sebutnya.

Ancaman Resesi Mulai Dirasa Indonesia

Hanya saja, Indonesia menjadi secercah harapan bagi regional mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sebesar 5,31 persen. Meski demikian, bukan jadi jaminan resesi bisa berdampak ke Indonesia.

Pada awal 2023, pemerintah mulai cemas mengenai ancaman resesi global ini ke Indonesia. Salah satunya datang dari Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.

Bahlil menyebut, bukti tanda-tanda resesi mulai menghantui Indonesia, dilihat dari kinerja ekspor kuartal pertama tahun ini mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan kinerja pada kuartal IV tahun 2022. 

“Ekspor kita di kuartal I-2023 ini rada-rada, tidak sebaik di kuartal IV-2022. Ini tanda-tanda sudah mulai menurun,” ungkap Bahlil dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Investasi, Jakarta.

Selain kinerja ekspor, Bahlil juga mengkhawatirkan terganggunya investasi yang masuk di tahun 2023. Apalagi targetnya naik menjadi Rp1.400 triliun. Masuknya investasi asing ke Indonesia di kuartal perdana ini juga tidak lebih baik dari capaian di kuartal IV-2022. 

“Saya baru cek, di kuartal I ini agak tidak sebaik dengan kuartal IV-2022 dan beberapa negara sudah menanyakan investasi di negara kita, dan ini  masih butuh pergerakan-pergerakan maintenance yang baik,” ungkapnya. 

Bahlil  menyimpulkan, tahun 2023 menjadi tahun yang sulit selain bertepatan dengan tahun politik. Sebagaimana historisnya, ketika sebuah negara memasuki tahun politik, para investor memilih untuk menahan diri (wait and see) dalam berinvestasi. 

“Kita di tahun 2023 menurut saya ini tahun yang tidak main-main,” katanya. 

Kondisi Ekonomi Global

Di sisi lain, kondisi ekonomi global yang diperkirakan masih gelap sepanjang tahun. Potensi resesi global sudah tidak bisa dihindari lagi. Bahlil bilang sekarang negara sedang menghitung dalamnya dampak resesi di Tanah Air. 

“Potensi resesi tidak dapat kita hindari dan dalamnya resesi sedang kita hitung,” kata dia. 

Pemerintah, kata Bahlil sedang berupaya agar dampak resesi ini berakibat pada sikap investor yang makin menahan dananya untuk diinvestasikan.

Untuk itu dia meminta semua pihak tidak mempermasalahkan hal-hal sepele yang bisa berdampak pada kepercayaan para investor. 

“Jangan sampai ini berdampak pada sikap wait and see di tahun politik. Jangan yang tidak substantif ini menjadi masalah besar,” pungkasnya. 

 

 

Dampak Resesi Mulai Dirasakan Pengusaha

Pecabutan PPKM untuk Genjot Ekonomi 2023
Pekerja kantoran melintas di pelican cross kawasan Jalan Thamrin, Jakarta, Kamis (5/1/2023). Pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dinilai untuk menggenjot ekonomi Indonesia 2023 yang diproyeksi suram akibat resesi global. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dampak resesi global yang sudah mulai terasa bagi Indonesia. Meskipun ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 berhasil tumbuh 5,31 persen, namun kinerja ekspor yang menjadi penyokong ekonomi tahun lalu mulai melemah. 

Hal tersebut juga dirasakan oleh dunia usaha, Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Diana Dewi mengungkapkan, beberapa sektor usaha sudah mulai terasa dampak dari resesi global 2023.

"Iya memang saat ini ada dibeberapa sektor usaha memang terasa ada resesi global. Terutama usaha yang mempunyai keterkaitan dengan sumber daya yang terpengaruh dari eksternal," kata Dian kepada Liputan6.com.

Ketika beberapa sektor usaha mulai terdampak, menurutnya Pemerintah perlu menjabarkan lebih detail lagi terkait dasar pengaruh yang menjadikan sektor usaha tersebut terpengaruh.

"Kalau sektor usaha tersebut dari karena faktor luar, sebaiknya berdayakan serta gali sumber daya dalam negeri yang harus di optimalkan dan mencari barang substitusinya di dalam negeri," jelasnya.

Sektor Terdampak Resesi GlobalKadin pun menyarankan, Pemerintah harus bisa mengetahui sektor yang terdampak dari resesi global dan cepat membantu memberikan kebijakan dan regulasi yang tepat kepada pengusaha, dengan memberikan apa yang dibutuhkan dari pengusaha yang sektornya terdampak resesi, sehingga akan dapat meminimalisir dampak resesi utamakan sektor yang terdampak yang dibantu

Tak kalah penting, menarik investor ini pun menjadi salah satu tugas pemerintah. Dia berharap jangan sampai masyarakat Indonesia yang berjumlah besar di atas 200 juta jiwa, hanya dijadikan pasar oleh negara lain.

"Tetapi harus dijadikan modal agar investasi luar masuk ke Indonesia mengoptimalkan sumber daya yang ada," pungkasnya.  

Waspada Gelombang PHK

Dampak resesi global bagi Indonesia akan cukup besar. Misalnya, pasar ekspor akan turun dan bisa menyebabkan PHK besar-besaran.

Hal tersebut diungkapkan Pengamat Ekonomi dari Indonesia Strategic and Economic Action Ronny P. Sasmita kepada Liputan6.com.

"Soal risiko (resesi global) saya kira cukup besar ya. Pasar ekspor yang turun dan tidak tergantikan akan berujung pada PHK besar-besaran. Ini risiko terpahit," kata Ronny, Sabtu (18/2/2023).

Selain itu, dampak tersebut juga akan menyebabkan tekanan deflasi kepada perekonomian secara keseluruhan. Di satu sisi dan akan menetralisir upaya pemerintah dalam meningkatkan investasi dan lapangan pekerjaan

Lebih lanjut, menurutnya dengan pertumbuhan ekonomi China yang hanya 3 persen dan Amerika 2,1 persen di tahun 2022, tentu tekanan terhadap ekspor nasional akan mulai terasa di tahun ini.

Selain kedua negara itu, Eropa dan Jepang pun tidak menunjukan tanda-tanda membaik. Hanya India yang berhasil tumbuh tinggi, selain Indonesia.

"Artinya, Para importir akan berhitung ulang atas volume impor yang akan mereka datangkan dari Indonesia," ujarnya.

8 Perusahaan Raksasa Sudah PHK Karyawan

Indonesia Bersiap Alami Resesi
Pejalan kaki melintasi pedestrian Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23//9/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan ekonomi nasional resesi pada kuartal III-2020, perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi hingga minus 2,9 persen. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Meski di Indonesia belum ada gelombang PHK secara signifikan dampak dari resesi, namun, sejumlah perusahaan global justru sudah melakukannya. Mereka mulai bersiasat dengan memangkas ratusan hingga ribuan pekerjanya.

 Ini dengan tujuan agar masih bisa beroperasi dan mengecilkan pengeluaran demi beradaptasi dengan ketidakpastian ekonomi. Meski secara pendapatan masih baik dan jumlah pekerja perusahaan yang memang besar.

Berikut adalah sederet perusahaan besar di dunia yang melakukan PHK besar besaran di tengah kekhawatiran resesi global dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Jumat (17/2/2023). Siapa saja? 

1. Google

Pada awal Februari, Google mengatakan akan melakukan PHK kepada 12.000 pegawainya. Perusahaan ini menjadi raksasa teknologi besar yang melakukan penghematan setelah bertahun-tahun mengalami pertumbuhan dan perekrutan yang melimpah.

Chief executive officer atau CEO Google Sundar Pichai mengatakan kepada karyawan pada hari Senin bahwa akan ada PHK sebagai upaya tindakan tegas karena pertumbuhan perusahaan melambat.

2. PayPal

Kemudian ada PayPal yang secara terbuka mengumumkan PHK terhadap sekitar 2.000 karyawan.

Pengumuman mengenai kabar PayPal PHK karyawan itu juga disampaikan oleh Presiden dan CEO PayPal Dan Schulman ke karyawan.

"Sementara kita telah membuat kemajuan substansial dalam menyesuaikan struktur biaya, dan memfokuskan sumber daya kita pada prioritas strategis inti, kita memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan," ujarnya,  laman resmi PayPal.

3. Zoom

Selanjutnya ada perusahaan penyedia video conference Zoom yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.300 karyawannya tahun ini, yang setara dengan 15 persen dari total tenaga kerja perusahaan.

Dalam sebuah memo kepada karyawan, CEO Zoom Eric Yuan mengindikasikan bahwa perusahaan menambah jumlah karyawan terlalu cepat di tengah pertumbuhan Zoom yang meroket saat pandemi, naik tiga kali lipat dalam dua tahun.

"Kami tidak mengambil waktu sebanyak yang seharusnya untuk menganalisis tim kami secara menyeluruh atau menilai apakah kami tumbuh secara berkelanjutan, menuju prioritas tertinggi," tulis Yuan seperti dikutip dari Engadget.

4. Boeing

Kemudian ada perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat, Boeing yang berencana memangkas sekitar 2.000 pekerjanya di bagian keuangan dan sumber daya manusia tahun ini. 

Melansir BBC, PHK ini terjadi ketika Boeing akan berfokus pada bagian teknik dan manufakturnya.

5. Dell

Adapun perusahaan komputer Dell yang mengumumkan rencana untuk memberhentikan atau PHK sekitar 5 persen tenaga kerjanya atau sekitar 6.650 karyawan.

Langkah PHK Dell terjadi karena permintaan PC dan laptop telah melambat secara global. Pengiriman PC secara turun hingga 28 persen dari tahun ke tahun pada kuartal keempat 2022, menurut analis industri di IDC.

Bahkan penjualan komputer di Dell pun diketahui menurun sampai 37 persen dalam periode yang sama.

Dalam sebuah memo kepada karyawan, co-chief operating officer Dell Jeff Clarke mengatakan bahwa PHK dilakukan dalam upaya untuk "bertahan menghadapi dampak penurunan."

6. Yahoo

Kemudian ada platform Yahoo yang mengungkapkan akan melakukan PHK kepada lebih dari 20 persen tenaga kerjanya pada akhir tahun 2023. 

Melansir CNBC International, Yahoo sendiri telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada 1.000 posisi pekan ini, kata platform email itu dalam sebuah pernyataan.

Laporan Axios menyebut, lebih dari 1.600 pekerja akan diberhentikan dalam pemangkasan karyawan, menunjukkan jumlah karyawan Yahoo saat ini mendekati 8.000 karyawan.

Dilaporkan, PHK menjadi salah satu keputusan Yahoo dalam upaya merampingkan operasi di unit periklanan.

7. Meta

Selanjutnya ada Meta, induk perusahaan Facebook yang dilaporkan akan kembali melakukan PHK pada sejumlah karyawannya. Berdasarkan laporan Financial Times, langkah ini akan diambil dalam beberapa minggu mendatang.

Mengutip dari Forbes,  pemangkasan jumlah karyawan akan dilakukan setelah Meta melakukan peninjauan kinerja staf. Menurut laporan, keputusan PHK akan dilakukan pada Maret 2023.

Berkembangnya isu PHK ini dilaporkan berdampak pada karyawan yang ada sekarang. Laporan menyebut karena ada ketidakpastian, semangat kerja karyawan dilaporkan menjadi rendah dan berdampak pada operasional perusahaan.

8. Ford

Perusahaan lainnya yang melakukan PHK di tengah kekhawatiran resesi global adalah pembuat mobil asal AS, Ford.

Ford mengumumkan berencana untuk memangkas 3.800 pekerjanya di seluruh Eropa. 

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ini terjadi karena sulitnya kondisi ekonomi di kawasan itu dan dorongan besar dimulainya industri kendaraan listrik.

Melansir CNN Business, Ford mengatakan bahwa mereka akan memangkas sekitar 2.300 pekerjanya di Jerman, 1.300 di Inggris dan 200 di seluruh Eropa selama tiga tahun ke depan. Angka tersebut setara dengan 11 persen pegawai Ford di Eropa.

PHK di Ford kali ini akan terjadi pada departemen pengembangan produk dan administrasi perusahaan.

Sektor Ini Justru Panen Cuan di Tengah Ancaman Resesi

Ilustrasi resesi, ekonomi
Ilustrasi resesi, ekonomi. (Gambar oleh Gerd Altmann dari Pixabay)

Ronny P Sasmita memperkirakan, terjadinya resesi global justru akan memberikan keuntungan bagi Indonesia untuk beberapa sisi. Khususnya bagi para pelaku usaha di sektor pariwisata dan tambang.

Ronny menilai, sektor pariwisata bakal diuntungkan dengan pelemahan nilai tukar rupiah. "Ongkos berpariwisata ke Indonesia menjadi murah bagi turis asing karena nilai rupiah murah," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (20/2/2023).

Sementara untuk sektor tambang, para pelaku industri di bidang tersebut juga akan diberkahi harga komoditas sumber daya alam (SDA) yang alami kenaikan. Terlebih, Indonesia punya kekayaan mineral yang kini banyak diincar untuk komponen kendaraan listrik.

"Sektor tambang, terutama untuk komoditas SDA, akan diuntungkan karena harga komoditas global yang tinggi," imbuh Ronny.

Kendati begitu, Ronny turut memberi catatan pada kedua sektor tersebut. Untuk pariwisata, ia meminta pemerintah bisa lebih atraktif untuk menggaet turis asing ke berbagai destinasi di Tanah Air, bukan hanya Bali.

Menurut dia, promosi wisata ke Indonesia tidak cukup hanya sekadar membuat event berskala internasional semisal MotoGP Mandalika atau F1 Powerboat Danau Toba saja. Tapi, butuh pengembangan ekosistem pariwisata berkelanjutan selepas acara.

"Saya belum melihat progres positif dari event seperti GP Mandalika. Sementara Lombok masih bagus karena ekosistemnya telah terbentuk dan dekat dengan Bali," ungkapnya.

Sedangkan untuk sektor pertambangan, ia juga menyoroti program hilirisasi yang tengah digencarkan pemerintah. Dia mengatakan, hilirisasi secara teknis sering merugikan perusahaan tambang lantaran harga jual di dalam negeri sangat rendah dibanding harga internasional.

"Masalahnya, pengusaha smelternya biasanya PMA (penanaman modal asing), rerata dari China untuk nikel. Jadi yang untung dua kali adalah PMA China karena mereka mendapat bahan baku dengan harga lokal, tapi menjual hasil olahan nikel yang sudah punya nilai tambah dengan harga tinggi," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya