Liputan6.com, Jakarta - Rantai pasokan global menghadapi gangguan parah akibat perusahaan pelayaran terbesar di dunia mengalihkan perjalanan dari Laut Merah. Hal ini terjadi setelah kelompok Houthi di Yaman menyerang kapal karena mendukung Hamas.
Dikutip dari BBC, Minggu (14/1/2024), serangan pemberontak Houthi di Yaman terhadap kapal komersial telah mengakibatkan banyak perusahaan memutuskan menghindari salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia tersebut.
Kelompok Houthi telah menyatakan dukungannya terhadap Hamas. Kelompok tersebut menargetkan kapal-kapal yang melakukan perjalanan ke Israel, meski tidak jelas apakah semua kapal yang diserang benar-benar menuju ke Israel.
Advertisement
Pasukan angkatan laut Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Laut Merah kini telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran pemberontak Houthi di Yaman sebagai tanggapan atas serangan terhadap kapal.BBC pun melaporkan sejumlah hal terkait dengan krisis di Laut Merah tersebut. Berikut ulasannya yang dikutip dari BBC, Minggu pekan ini:
Apa yang telah terjadi?
Kelompok Houthi telah meningkatkan serangan sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada Oktober. Kelompok yang didukung oleh Iran telah memakai drone dan roket terhadap kapal-kapal milik asing yang mengangkut barang melalui selat Bab al-Mandab, jalur selebar 20 mil yang memisahkan Eritrea dan Djibouti di sisi Afrika dan Yaman di sisi Semenanjung Arab.Kapal biasanya mengambil rute ini dari Selatan untuk mencapai Terusan Suez Mesir lebih jauh ke utara.
Namun, serangan-serangan tersebut dan ancaman serangan ke depan, beberapa perusahaan pelayaran terbesar di dunia termasuk Mediterranean Shipping Company dan Maersk telah mengalihkan kapal-kapal ke rute yang lebih panjang di sekitar Tanjung Harapan di Afrika dan sisi barat Tanjung Harapan.
BP juga menghentikan semua pengiriman minyak melalui Laut Merah dan menyalahkan situasi keamanan yang memburuk. Perjalanan yang lebih panjang menambah setidaknya 10 hari waktu pengiriman dan merugikan perusahaan jutaan dolar Amerika Serikat.
Alasan Jalur Laut Merah Penting untuk Perdagangan
Mengapa jalur pelayaran ini penting?
Setiap kapal yang melewati Terusan Suez menuju atau dari Samudera Hindia harus melalui selat Bab al-Mandab dan Laut Merah.
Terusan Suez merupakan jalur laut tercepat antara Asia dan Eropa dan sangat penting dalam pengangkutan minyak dan gas alam cair (LNG).
Sekitar sembilan juta barel minyak per hari dikirim melalui Terusan Suez pada paruh pertama 2023, menurut perusahaan analisis pengangkutan Vortexa.
Analis di S&P Global Market Intelligence mengatakan, hampir 15 persen barang yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Utara dikirim dari Asia dan Teluk melalui laut. Itu termasuk 21,5 persen minyak sulingan dan lebih dari 13 persen minyak mentah.
Namun, ini bukan hanya tentang minyak. Kapal kontainer membawa segala macam barang konsumsi yang terlihat di toko-toko termasuk TV, pakaian, sepatu olah raga dan peralatan olah raga.
Â
Advertisement
40% Perdagangan Asia dan Eropa Melewati Wilayah Itu
Dikutip dari TTNews, sekitar 40 persen perdagangan Asia-Eropa biasanya melewati wilayah tersebut, termasuk sejumlah besar minyak dan bahan bakar diesel untuk Eropa yang bergantung pada impor.
Begitu juga dengan produk makanan antara lain minyak sawit, dan bahan bakar diesel untuk Eropa yang bergantung pada impor. Begitu juga dengan produk makanan antara lain minyak sawit, biji-bijian dan barang lainnya yang dibawa dengan kapal kontainer yang merupakan sebagian besar produk manufaktur dunia.
Secara keseluruhan, sekitar 30 persen lalu lintas peti kemas global dan lebih dari 1 juta barel minyak mentah per hari biasanya melewati Terusan Suez,berdasarkan platform pemesanan angkutan global Freightos Group.
Dengan perusahaan perusahaan kontainer pelayaran besar hindari Laut Merah dan mengirim kapal mereka mengelilingi Afrika dan Tanjung Harapan menambah waktu perjalanan sekitar seminggu hingga dua minggu, menurut analis. Biaya asuransi dan bahan bakar pun meningkat.
Jumlah kontainer yang melewati Laut Merah turun lebih dari setengah pada Desember menjadi 200.000 dari 500.000 pada November. Angka tersebut 66 persen lebih rendah dibandingkan rata-rata pra pandemi COVID-19 pada 2017-2019, menurut indikator perdagangan yang disusun Kiel Institute for the World Economy di Jerman.
Dampak terhadap Konsumen
Apa dampaknya terhadap konsumen?
Dikutip dari BBC, Head of Supply Chain Research S&P Global Market Intelligence, Chris Rogers menuturkan, tidak dapat dihindari rantai pasokan akan terkena dampak karena kapal-kapal dialihkan menjauh dari Laut Merah, tetapi barang-barang konsumen akan menghadapi dampak terbesar.
Namun, ia mencatat gangguan saat ini telah terjadi selama musim pengirim di luar jam sibuk. Keterlambatan produk mencapai toko mungkin terjadi karena rute Tanjung Harapan bertambah sekitar 3.500 mil laut.
Raksasa furnitur Ikea dan peritel Inggris Next telah memperingatkan pasokan produk dapat tertunda jika gangguan pengiriman terus berlanjut.
Tesla telah menghentikan produksi di satu-satunya pabrik mobil listrik di Eropa karena pasokan terganggu.
Selain itu, jarak pelayaran yang bertambah juga akan merugikan perusahaan lebih banyak. Menurut penasihat Drewry menuturkan, harga pemakaian kontainer berukuran 40 kaki telah meningkat 15 persen dalam seminggu terakhir. Biaya tambahan ini dapat dibebankan oleh bisnis kepada pelanggan.
Â
Â
Advertisement
Kekhawatiran Harga Minyak Naik
Ada juga kekhawatiran gangguan ini dapat mendorong harga minyak naik. Kenaikan harga minyak dapat menyebabkan harga lebih tinggi di SPBU dan mendorong inflasi lebih tinggi.
Selain itu, saat pengiriman gas alam cair terganggu, bahkan jika harga grosir energi naik, kenaikan apa pun tidak akan memenuhi tagihan dalam negeri hingga paling cepat pada April 2024.
Hal ini karena batasan harga energi yang membatasi jumlah yang dapat dibebankan oleh pemasok telah ditetapkan pada Januari.
Apakah memindahkan barang melalui laut merupakan satu-satunya pilihan? Rogers menuturkan, pengangkutan barang dengan kereta api akan memerlukan menyeberangi Rusia yang berada di bawah sanksi ekonomi karena invasi Ukraina. Sedangkan truk dari teluk ke Israel mungkin hanya mengimbangi sekitar 3 persen pengiriman.
Â