Kembangkan Panas Bumi, Indonesia Kalah dari Filipina

Jika Filipina bisa mengembangkan panas bumi padahal kapasitas fiskal dan moneter di bawah Indonesia. Maka sudah seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan panas bumi jauh lebih baik,

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2024, 11:00 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2024, 11:00 WIB
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), emiten berkode PGEO siap menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT). (Foto: Pertamina Geothermal Energy)
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE), emiten berkode PGEO siap menyambut pengembangan proyek Energi Baru dan Terbarukan (EBT). (Foto: Pertamina Geothermal Energy)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, menyebut Indonesia masih kalah oleh Filipina dalam pengembangan dan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) Panas Bumi.

Padahal Filipina secara fiskal maupun moneter tidak jauh lebih baik dibandingkan Indonesia. Namun, mereka mampu mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi dengan baik untuk kelistrikan di negaranya.

"Negara yang secara fiskal maupun moneter itu tidak jauh lebih baik dibandingkan kita, misalnya kita sebut Filipina. Mereka relatif leading dalam bauran energinya terutama porsi panas bumi dalam kapasitas pembangkit listriknya," kata Komaidi dalam Webinar Strategi Penciptaan Nilai Tambah Panas Bumi sebagai langkah mendukung NZE 2060, Senin (15/1/2024).

Artinya, jika Filipina bisa mengembangkan panas bumi padahal kapasitas fiskal dan moneter di bawah Indonesia. Maka sudah seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan panas bumi jauh lebih baik, lantaran memiliki kapasitas fiskal dan moneter diatas Filipina.

"Mereka bisa, kita dengan kapasitas fiskal dan moneter yang jauh lebih baik juga bisa menuju ke sana, ketika treatment kebijakannya lebih pas," ujarnya.

Lebih lanjut, Komaidi mengatakan, berdasarkan riset reforminer jika semua potensi panas bumi bisa dioptimalkan maka akan ada penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 183 juta ton CO2 ekuivalen.

Maka setara dengan 58 persen atau 60 persen dari target penurunan GRK di tahun 2030, untuk sektor energi yang ditetapkan di kisaran 314 juta ton CO2 ekuivalen. Dengan demikian target net Zero emisi 2060 bisa tercapai dengan cepat.

"Artinya panas bumi ini memiliki potensi yang sangat luar biasa untuk bisa menjadi pendorong atau mewujudkan apa yang ditetapkan oleh pemerintah," pungkasnya.

Chevron dan Pertamina Geothermal Bentuk Usaha Patungan yang Kembangkan Panas Bumi di Lampung

Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Mega Watt (MW). (Dok Pertamina)
Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan enam PLTP dengan total kapasitas sebesar 672 Mega Watt (MW). (Dok Pertamina)

Sebelumnya, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE berkomitmen bersama Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd (Chevron) untuk mengembangkan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Way Ratai, Lampung, terus berlanjut. 

Sebagai wujud nyata, kedua pihak membentuk Joint Venture Company (JVC) yang dilanjutkan dengan pengurusan Izin Panas Bumi (IPB) serta perizinan lainnya. Hal ini disampaikan pada acara penandatanganan akta pendirian PT Cahaya Anagata Energy yang dilaksanakan di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.

Acara penandatanganan akta pendirian ini dilakukan oleh perwakilan Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. Siddharth Jain dan Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi dan disaksikan oleh Chevron Indonesia Country Manager Wahyu Budiarto serta PTH. Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) Said Reza Pahlevy.

"WKP Way Ratai ini sangat strategis dan salah satu yang terbaik di Indonesia, posisi Way Ratai ini juga memiliki peran penting sebagai Hub di Sumatera sehingga bisa menambah nilai dari panas bumi dengan mengembangkan secondary product khususnya green hydrogen. Kami optimis kerja sama ini menjadi langkah maju yang positif," kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, Julfi Hadi dalam keterbukaan informasi, dikutip Sabtu (9/12/2023).

Ia melanjutkan, perusahaan patungan yang diberi nama PT Cahaya Anagata Energy dalam bahasa sansekerta, Anagata berarti masa depan yang mencerminkan komitmen berkelanjutan kedua belah pihak dalam mengembangkan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) sebagai energi masa depan.

"Semua ini berfokus dan sejalan dengan agenda pemerintah untuk mencapai net zero emission 2060," ujarnya.

Komposisi Pemegang Saham

PT Pertamina Geothermal Energy (PGE)
Langkah PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) dinilai sangat positif bagi perusahaan.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina New & Renewable Energy (PNRE), Said Reza Pahlevy mengatakan, penandatanganan akta pendirian ini, menandai langkah maju yang signifikan dalam upaya mencapai solusi energi berkelanjutan.

"Pendirian PT Cahaya Anagata Energy merupakan bukti komitmen kami dalam membina kolaborasi dan kemitraan dalam industri energi baru dan terbarukan. Melalui usaha patungan ini, kami memanfaatkan pemahaman mendalam PGE mengenai lanskap panas bumi dan juga pengalaman luas Chevron di industri ini untuk menjajaki peluang baru untuk diversifikasi dan transisi energi," kata Reza.

Adapun 40 persen saham PT Cahaya Anagata Energy dimiliki oleh PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Sisanya sebanyak 60 persen dikantongi oleh Chevron.

PT Cahaya Anagata Energy akan fokus melakukan eksplorasi panas bumi di WKP Way Ratai, Lampung, yang akan dilakukan hingga 2028.

Sebelumnya PGE dan Chevron yang tergabung dalam satu konsorsium telah diumumkan sebagai pemenang lelang WKP Way Ratai oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada Juni silam.

Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Infografis: Bumi Makin Panas, Apa Solusinya? (Liputan6.com / Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya