Alasan BI Tahan Suku Bunga Acuan 6% di Januari 2024

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.

oleh Tira Santia diperbarui 17 Jan 2024, 14:53 WIB
Diterbitkan 17 Jan 2024, 14:48 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulan November 2023, dikutip Kamis (23/11/2023).
Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI di kisaran 6 persen pada bulan Januari 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Januari 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6 persen suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75 persen," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG Januari 2024, Rabu (17/1/2024).

Keputusan mempertahankan BI-Rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1 persen pada 2024.

Sementara itu, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Disisi lain, Perry menegaskan bahwa kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk mendorong kredit/pembiayaan perbankan kepada dunia usaha dan rumah tangga.

Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah juga terus didorong untuk meningkatkan volume transaksi dan memperluas inklusi ekonomi-keuangan digital.

Bank Indonesia terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, melalui upaya sebagai berikut:

  • Stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder;- Penguatan strategi operasi moneter yang pro-market untuk efektivitas kebijakan moneter, termasuk optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI);
  • Penguatan kebijakan transparansi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) dengan fokus pada suku bunga kredit per sektor ekonomi (Lampiran);
  • Akselerasi digitalisasi sistem pembayaran dan perluasan kerja sama antarnegara guna mendorong inklusi ekonomi keuangan dan memperluas Ekonomi Keuangan Digital (EKD).
  • Penguatan dan perluasan kerja sama internasional dengan bank sentral dan otoritas negara mitra, khususnya di area kebanksentralan termasuk mempercepat konektivitas pembayaran dan Local Currency Transactions (LCT), serta memfasilitasi promosi investasi, perdagangan, dan pariwisata di sektor prioritas bekerja sama dengan instansi terkait.

 

Ini Ramalan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia di 2024

Ilustrasi Bank Indonesia
Ilustrasi Bank Indonesia

Sebelumnya, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan Bank Indonesia (BI) mulai memangkas suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate pada paruh kedua 2024.

"Bank Indonesia diperkirakan memiliki ruang untuk menurunkan BI-Rate pada paruh kedua tahun 2024," kata Josua diikutip dari Antara, Rabu (17/11/2024).

Selain itu, ia memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga BI-Rate di level 6 persen pada Rawat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan Januari 2024. Perkiraan tersebut dibuat dengan mempertimbangkan perkembangan terakhir dari sisi global dan domestik.

Sikap hati-hati bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed terkait penurunan suku bunga pada 2024, ditambah dengan risiko inflasi domestik yang sedang berlangsung di paruh pertama tahun ini akibat El-Nino.

"Kami terus mempertahankan perkiraan kami bahwa BI-Rate akan berada di level 5,50 persen pada akhir tahun 2024," ujarnya.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 20-21 Desember 2023 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI rate sebesar 6 persen. Suku bunga deposit facility dipertahankan sebesar 5,25 persen, dan suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,75 persen.

"Keputusan Bank Indonesia mempertahankan BI rate pada level 6 persen tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Desember 2023 di Jakarta, Kamis (21/12).

Keputusan tersebut dilakukan untuk mendukung langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 plus minus satu persen pada 2024.

Rupiah Dibuka Melemah Terhadap Dolar AS, Menanti Hasil RDG Bank Indonesia

Donald Trump Kalah Pilpres AS, Rupiah Menguat
Petugas menghitung uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Senin (9/11/2020). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak menguat pada perdagangan di awal pekan ini Salah satu sentimen pendorong penguatan rupiah kali ini adalah kemenangan Joe Biden atas Donald Trump. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Rabu pagi turun 33 poin atau 0,21 persen menjadi 15.626 per dolar AS dari sebelumnya 15.593 per dolar AS.

Pelemahan rupiah ini menjelang rilis hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI).

"Hari ini Bl akan mengumumkan hasil rapat BI," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede dikutip dari ANTARA, Rabu (17/1/2024).Josua memperkirakan Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga kebijakan atau BI-Rate di level 6 persen.

Prediksi Rupiah

Rupiah pada perdagangan Rabu diproyeksikan akan berada di rentang 15.550 per dolar AS sampai dengan 15.675 per dolar AS. Sementara itu, Surat Berharga Negara (SBN) diperdagangkan beragam meskipun rupiah melemah pada Selasa (16/1).

Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp 29,07 triliun pada Selasa, lebih tinggi dibandingkan volume perdagangan pada Senin sebesar Rp6,58 triliun.

Kepemilikan asing pada obligasi Pemerintah Indonesia naik Rp 1,09 triliun menjadi Rp 846 triliun (14,92 persen dari total beredar) pada 15 Januari 2024. Pemerintah mengadakan lelang dan menyerap Rp24 triliun dari Rp67,56 triliun penawaran yang masuk, lebih tinggi dari penawaran yang masuk pada lelang sebelumnya sebesar Rp39,80 triliun.

 

Sentimen Global

Rupiah Menguat
Sedangkan mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Di sisi global, keraguan investor meningkat terhadap kemungkinan penurunan suku bunga kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed pada Maret 2024, terutama karena kurangnya sinyal dari anggota The Fed dan solidnya data ekonomi AS terkini.

Kondisi tersebut menyebabkan investor beralih ke aset dolar AS sehingga mendorong penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil obligasi Pemerintah AS atau US Treasury (UST).

Investor menunggu pidato dari pejabat Fed lainnya untuk mengetahui sinyal penurunan suku bunga kebijakan. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga kebijakannya sebesar 150 basis poin pada 2024.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya