Liputan6.com, Jakarta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah membayarkan klaim nasabah sebesar Rp 329,2 miliar dari Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang bangkrut. Ini merupakan data sepanjang 2023.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, angka klaim nasabah BPR bangkrut ini merupakan 92,6 persen dari total simpanan yang ada di dalam bank.
Baca Juga
Advertisement
"Pada dasarnya untuk yang tahun 2023 udah hampir semua ya, hingga saat ini LPS sudah membayarkan jaminan kepada nasabah bank gagal sebesar Rp 329,2 miliar atau 92,6 persen dari total simpanan bank gagal tersebut dengan nilai Rp 355,4 miliar," ujar Purbaya dalam Konferensi Pers, di Kantor LPS, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Sementara itu, dia mengatakan, ada sejumlah bank yang diserahkan ke LPS. Saat ini, proses pembayarannya masih berjalan.
"Tahun 2024 ini ada beberapa bank misalkan ke kami sedang dalam proses pembayaran," ungkap dia.
Purbaya menegaskan, pihaknya menjaga proses ini tetap berjalan mulus. Dia juga memastikan proses pembayaran akan dilakukan oleh LPS guna mengantisipasi adanya keributan di masyarakat.
"Kita menjaga supaya masyarakat di perbankan tenang bahwa uangnya betul-betul terjamin. Kami tahu kalau kami terlambat sedikit saja mereka sudah ribut, jangan-jangan penjaminannya tipu-tipu, enggak, kami pastikan tidak seperti itu," tegas Purbaya.
Pastikan Proses Mulus
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa memastikan proses penanganan Bank Perekonomian Rakyat (BPR) bangkrut akan berjalan mulus. Menyusul ada prediksi 6-7 BPR lagi yang akan gulung tikar tahun ini.
Purbaya mengaku sudah mengantongi informasi ada beberapa BPR yang akan bangkrut. Kendati belum ada jumlah pasti, Purbaya melihat adanya tren sekitar 6-7 BPR yang bangkrut setiap tahun dalam kurun waktu 18 tahun terakhir.
"Tahun ini juga ada yang menyampaikan ke kami, jumlahnya masih belum tahu tapi kami antisipasi beberapa akan diserahkan ke kami," ujar Purbaya dalam Konferensi Pers di Kantor LPS, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Tangani Proses BPR
Dia mengatakan, LPS akan bergandengan dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menangani proses BPR yang bangkrut tadi. Keduanya akan memastikan prosesnya berjalan dengan mulus sehingga tidak menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
Satu poin penting menurutnya adalah menjaga kondisi keuangan di Indonesia tetap baik-baik saja. Dia khawatir, kegaduhan akan menimbulkan kepanikan dan banyak nasabah menarik uang dari bank.
"Kami akan koordinasi amat ketat dengan OJK sehingga penanganannya berlangsung mulus dan tidak menimbulkan kegaduhan di publik, yang penting adalah jangan sampai ada kesan kita sedang kacau sehingga orang panik dan menarik uangnya ramai-ramai di bank," tuturnya.
"Kita sedang baik kondisi finansial dan ekonominya. Bank jatuh itu biasa dari waktu ke waktu, itu saya bilang tadi 6-7 itu, tahun ini mungkin akan jatuh ke rata-ratanya lagi kalau kita lihat kita antisipasi ya, jadi kami koordinasi ketat dengan OJK untuk masalah itu," sambung Purbaya.
Advertisement
Ada 6 BPR Bangkrut Tahun Ini
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap ada sekitar 6-7 Bank Perekonomian Rakyat (BPR) yang akan bangkkut tahun ini. Dia turut mengungkap penyebab dari bangkrutnya BPR tersebut.
Dia mengatakan, dalam 18 tahun terakhir, rata-rata ada 6-7 BPR atau BPRS yang bangkrut setiap tahunnya. Salah satunya karena kesalahan manajemen dari bank tersebut.
"BPR tuh setiap tahun tuh, kalau kita lihat dari 18 tahun terakhir rata2 setiap tahun itu 6-7 BPR jatuh utamanya bukan berhubungan dengan kondisi ekonomi, utamanya berhubungan dengan mismanagement," ujar Purbaya dalam Konferensi Pers, di Kantor LPS, Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Dia menjelaskan, beberapa diantaranya memang salah tata kelola. Namun, dia mengungkap penyebab lebih spesifik dari bank dengan skala yang tak terlalu besar dibanding bank umum tersebut.
Uang Dikorupsi
Purbaya melihat adanya kecenderungan korupsi atau fraud yang dilakukan oleh pejabat dari BPR atau BPRS yang bangkrut. Alhasil, bank tidak lagi mampu menjalankan bisnisnya.
"Umumnya, saya bilang tadi karena kesalahan manajemen, bukan salah manajemen, fraud. jadi dimaling sama pemilik bank-nya, utamanya itu, kalau salah manajemen masih bisa diperbaikin sih," tegas Purbaya.
Dia bilang, melihat tren saat ini, bank yang bangkrut menjadi sesuatu yang lazim. Prediksinya, BPR yang bangkrut tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan rata-rata dalam 18 bulan terakhir.
Advertisement