Harga Minyak Dunia Kembali Melambung karena PM Israel Menolak Damai

Harga minyak dunia naik untuk ketiga kalinya setelah perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak berjalan dengan baik. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu menolak proposal yang dibuat oleh Hamas

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 08 Feb 2024, 08:00 WIB
Diterbitkan 08 Feb 2024, 08:00 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak bulan Maret bertambah 55 sen atau 0,75% menjadi USD 73,86 per barel. Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik untuk ketiga kalinya setelah perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak berjalan dengan baik. Selain itu, harga minyak dunia juga melambung karena melambatnya produksi AS meredakan kekhawatiran bahwa pasar mengalami kelebihan pasokan.

Mengutip CNBC, Kamis (8/2/2024), harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk kontrak bulan Maret bertambah 55 sen atau 0,75% menjadi USD 73,86 per barel.

Sedangkan harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia untuk kontrak April naik 62 sen atau 0,79% menjadi USD 79,21 per barel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu menolak proposal yang dibuat oleh Hamas untuk melakukan gencatan senjata permanen. Bahkan Netanyahu bersumpah untuk terus berperang di Gaza sampai mencapai kemenangan mutlak.

Komentar Netanyahu muncul tak lama setelah dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mencoba memfasilitasi gencatan senjata di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera.

“Meskipun ada beberapa hal yang jelas-jelas tidak dimulai dari Hamas, kami pikir hal ini menciptakan ruang untuk mencapai kesepakatan dan kami akan berupaya tanpa henti sampai kami mencapainya,” kata Blinken kepada wartawan pada konferensi pers di Israel.

Perang antara Israel dan Hamas mengancam akan menyeret AS ke dalam konfrontasi langsung dengan Iran. AS melancarkan serangan udara terhadap pasukan Iran dan militan sekutunya di Irak dan Suriah akhir pekan lalu sebagai pembalasan atas kematian tiga tentara Amerika dalam serangan pesawat tak berawak di Yordania.

Para analis telah memperingatkan bahwa konfrontasi antara AS dan Iran dapat berdampak pada pasar minyak jika terjadi gangguan berkepanjangan di Selat Hormuz, jalur penting bagi aliran minyak mentah.

 

Produksi AS

Ilustrasi harga minyak dunia
Ilustrasi harga minyak dunia (dok: Foto AI)

Selain risiko geopolitik, harga minyak juga mendapat dukungan dari perkiraan bahwa produksi AS akan tumbuh lebih lambat tahun ini dibandingkan perkiraan.

Badan Informasi Energi (EIA) yang merupakan bagian dari Departemen Energi AS menyatakan bahwa AS memproduksi minyak mentah sebanyak 13,3 juta barel per hari pada Desember, namun produksinya diperkirakan tidak akan melampaui level ini hingga awal 2025.

Secara keseluruhan, produksi minyak dalam negeri AS diperkirakan akan tumbuh sebesar 170.000 barel per hari pada tahun ini, turun secara signifikan dari perkiraan EIA sebelumnya sebesar 290.000 barel per hari.

Produksi minyak mentah turun pada bulan Januari karena cuaca dan diperkirakan akan pulih pada bulan Februari sebelum sedikit berkurang pada pertengahan tahun.

Produksi minyak AS telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pedagang bahwa pasar mengalami kelebihan pasokan karena melemahnya perekonomian Tiongkok dan permintaan minyak mentah.

Namun, menurut perkiraan EIA, dunia akan menghadapi defisit pasokan minyak mentah sebesar 120.000 barel per hari tahun ini.

 

Kekurangan Pasokan dio 2025

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

CEO Occidental Petroleum Corp Vicki Hollub mengatakan kepada CNBC pada minggu ini bahwa meskipun pasar saat ini kelebihan pasokan, dunia akan menghadapi kekurangan pasokan yang besar pada akhir 2025.

Kekurangan pasokan yang akan terjadi dalam dua tahun lagi ini karena cadangan minyak mentah tidak dapat digantikan dengan cukup cepat.

“Sekarang kita akan berada dalam situasi di mana dalam beberapa tahun kita akan kekurangan pasokan,” kata Hollub kepada CNBC.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya