Rusia-Ukraina Memanas, Harga Minyak Dunia Naik Hampir 2%

Kenaikan harga minyak ini mengesampingkan dampak dari peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 22 Nov 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2024, 08:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah global meningkat pada Kamis, didorong oleh ketegangan geopolitik setelah Rusia dan Ukraina saling meluncurkan rudal. Kenaikan harga minyak ini mengesampingkan dampak dari peningkatan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (22/11/2024), brent crude futures naik sebesar USD 1,44 atau 1,98%, mencapai USD 74,25 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) naik USD 1,35 atau 1,96%, menetap di USD 70,10 per barel.

Ketegangan Geopolitik Menekan Pasar

Pada Rabu, Ukraina menggunakan rudal jelajah buatan Inggris untuk menyerang Rusia, sehari setelah meluncurkan rudal buatan AS.

Sebagai tanggapan, Rusia pada Kamis pagi meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Ukraina, menandai pertama kalinya Moskow menggunakan senjata jarak jauh dan kuat tersebut selama konflik.

Rusia menegaskan bahwa penggunaan senjata Barat untuk menyerang wilayahnya jauh dari perbatasan adalah eskalasi besar dalam perang. Namun, Kyiv bersikeras bahwa untuk mempertahankan diri, mereka harus mampu menghantam basis Rusia yang mendukung invasi Moskow, yang kini memasuki hari ke-1.000.

“Bagi pasar minyak, risiko besar adalah jika Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia. Risiko lainnya adalah ketidakpastian bagaimana Rusia merespons serangan tersebut,” tulis analis dari ING dalam sebuah catatan.

 

Kebijakan Produksi OPEC+ di Tengah Permintaan Lemah

Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/atlascompany
Harga Minyak Dunia. Foto: Freepik/atlascompany

Sementara itu, kelompok OPEC+ mungkin kembali menunda peningkatan produksi minyak ketika bertemu pada 1 Desember, karena lemahnya permintaan minyak global, menurut tiga sumber dari OPEC+.

Kelompok yang mencakup Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, memproduksi sekitar separuh pasokan minyak dunia. Awalnya, OPEC+ berencana untuk secara bertahap membalikkan pemotongan produksi mulai akhir 2024 hingga 2025.

Namun, laporan International Energy Agency (IEA) menyebutkan bahwa meskipun pemotongan produksi OPEC+ tetap berlaku, pasokan minyak global diperkirakan akan tetap melampaui permintaan pada 2025.

Peningkatan Stok Minyak AS Menambah Tekanan

Data dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS naik 545.000 barel menjadi 430,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 15 November, melebihi ekspektasi analis.

Inventaris bensin juga meningkat lebih dari perkiraan, sementara stok distilat mencatat penurunan yang lebih besar dari yang diprediksi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya