Kenapa Tak Boleh Beragama dengan Cara Berpikir Orang Filsafat? Simak Penjelasan Gus Baha

Kiai zaman dahulu juga tahu bahwa Allah tidak butuh kita. Tapi mereka tetap sholat, karena kita yang butuh Allah SWT. Sholat itu adalah cara kita mengekspresikan kebutuhan kita kepada Allah.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Des 2024, 18:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2024, 18:30 WIB
gus baha 23
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan beragama, sering kali muncul pemahaman yang menyimpang akibat pendekatan yang salah. Gus Baha, atau KH Ahmad Bahauddin Nursalim, mengingatkan pentingnya mengikuti sanad dalam beragama.

Dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @gusbaha-n8f, Gus Baha menyampaikan penjelasan yang lugas dan tegas terkait cara beragama yang benar. Menurutnya, agama tidak bisa dijalankan hanya berdasarkan logika atau pemikiran pribadi.

“Termasuk nikmat itu ketika kita tidak tergantung pada orang lain dalam urusan dunia. Tapi untuk urusan akhirat, kita tidak bisa tidak bergantung kepada guru,” tegasnya. Ia menekankan pentingnya sanad dalam memahami agama.

Sanad adalah rangkaian kelimuan dari guru yang bersambung hingga Rasulullah SAW. Gus Baha menegaskan bahwa dalam urusan akhirat, seseorang tidak bisa mengandalkan pemikirannya sendiri tanpa bimbingan dari ulama yang memiliki sanad yang sahih.

“Kamu boleh berpikir sendiri untuk urusan dunia, tapi tidak untuk agama. Agama itu riwayat, bukan sekadar logika atau pendapat pribadi,” lanjut Gus Baha.

Ia memberikan contoh kesalahan berpikir yang sering dilakukan oleh orang-orang filsafat. Menurutnya, mereka cenderung mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mereka sendiri, tanpa mengikuti ajaran yang diwariskan Rasulullah SAW.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Ini Cara Berpikir Orang Filsafat

Sholat - Vania
Ilustrasi sholat/Fimela.com by Adrian Putra

“Orang filsafat sering berpikir seperti ini: ‘Saya tidak perlu sholat, Allah kan tidak butuh ibadah kita. Jadi, kenapa kita harus sholat?’” tutur Gus Baha.

Pernyataan semacam ini, menurut Gus Baha, adalah bentuk kesombongan intelektual yang berbahaya. Ia menjelaskan bahwa sejak dahulu para ulama sudah memahami bahwa Allah memang tidak membutuhkan ibadah manusia.

“Kiai zaman dahulu juga tahu bahwa Allah tidak butuh kita. Tapi mereka tetap sholat, karena kita yang butuh Allah,” jelasnya. “Sholat itu adalah cara kita mengekspresikan kebutuhan kita kepada Allah.”

Gus Baha menegaskan bahwa ibadah seperti sholat adalah bentuk implementasi ajaran Rasulullah SAW. Dengan mengikuti ajaran tersebut, manusia menunjukkan kerendahan hati dan ketergantungan kepada Allah.

“Kita tahu Allah tidak butuh kita. Tapi kenapa kita sholat? Karena kita butuh Allah. Dan kebutuhan itu diekspresikan melalui ajaran Rasulullah SAW,” ungkapnya.

Menurut Gus Baha, pendekatan beragama yang hanya mengandalkan pemikiran sendiri dapat menyesatkan.

“Orang filsafat itu berpikir beragama dengan caranya sendiri. Padahal, agama itu bukan sekadar logika. Ada tata cara dan aturan yang sudah diajarkan oleh Rasulullah,” katanya.

Jangan Terjebak dalam Pemikiran Salah

tata cara sholat dhuha
ilustrasi sholat ©Ilustrasi dibuat Stable Diffusion

Ia mengingatkan bahwa kedisiplinan dalam menjalankan ajaran agama sesuai dengan tuntunan Rasulullah adalah bentuk penghormatan kepada Allah. Dengan begitu, seseorang tidak akan terjebak dalam kesalahan pemikiran.

Gus Baha juga menekankan pentingnya belajar kepada ulama yang memiliki sanad ilmu yang jelas. Tanpa bimbingan dari guru yang kompeten, seseorang rentan terjebak dalam pemahaman yang salah.

“Kita butuh sanad sampai kepada Rasulullah SAW. Tanpa itu, kita akan kehilangan arah dalam beragama,” paparnya.

Ia menutup ceramahnya dengan pesan agar umat Islam tidak hanya menggunakan akal dalam memahami agama, tetapi juga merujuk pada riwayat dan ajaran yang telah diwariskan oleh Rasulullah SAW.

Kisah dan nasihat Gus Baha ini menjadi pengingat pentingnya merendahkan hati dan belajar kepada ulama yang terpercaya. Dengan begitu, perjalanan beragama akan lebih terarah dan diberkahi.

Semoga pesan ini dapat menjadi inspirasi untuk terus memperbaiki kualitas ibadah dan memperkuat hubungan dengan Allah melalui cara yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya