Harga Emas Dunia Merosot Tajam, Ada Apa?

Harga emas merosot pada hari Senin (Selasa waktu Jakarta), mengakhiri kenaikan empat hari berturut-turut. Harga emas anjlok usai dolar Amerika Serikat (AS) mengalami reli tajam dan investor bersiap menunggu data ekonomi penting serta potensi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) terkait jalur suku bunga.

oleh Septian Deny diperbarui 03 Des 2024, 07:29 WIB
Diterbitkan 03 Des 2024, 07:29 WIB
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini. Harga emas merosot pada hari Senin (Selasa waktu Jakarta), mengakhiri kenaikan empat hari berturut-turut. (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Harga emas merosot pada hari Senin (Selasa waktu Jakarta), mengakhiri kenaikan empat hari berturut-turut. Harga emas anjlok usai dolar Amerika Serikat (AS) mengalami reli tajam dan investor bersiap menunggu data ekonomi penting serta potensi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) terkait jalur suku bunga.

Dikutip dari CNBC, Selasa (3/12/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,6% menjadi USD 2.636,54 per ons, setelah turun sebanyak 1% pada awal hari. Sedangkan harga emas berjangka AS ditutup 0,8% lebih rendah pada USD 2.658,50.

Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior Zaner Metals, Peter Grant mengatakan, kurs dolar AS yang lebih kuat sebagian didorong oleh komentar Presiden terpilih AS Donald Trump bahwa negara-negara BRICS harus menahan diri dari mencoba mengganti dolar sehingga menekan harga emas.

Trump mendesak blok 9 negara itu untuk tidak mendukung atau menciptakan alternatif terhadap dolar, dan mengancam tarif 100% sebagai bentuk pembangkangan.

Hal ini memicu kekhawatiran bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Kekhawatiran tersebut telah memicu penurunan 3% pada emas yang tidak memberikan imbal hasil selama bulan November. Ini merupakan penurunan bulanan tertajam sejak September 2023.

Harga Emas Memangkas Kerugian

Grant mencatat bahwa harga emas telah memangkas kerugian, dengan emas batangan didukung oleh ketidakpastian geopolitik yang terus-menerus. Ia mengatakan penurunannya terbatas dan memperkirakan pasar emas akan bergejolak dan berkonsolidasi hingga akhir tahun.

Indeks dolar melonjak 0,7%, siap untuk kinerja harian terkuatnya dalam hampir empat minggu, menekan harga aemas dan membuat logam yang dihargakan dalam dolar AS tersebut lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

 

Data Lowongan Kerja

Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga emas dunia hari ini (Foto By AI)

Peristiwa ekonomi utama AS minggu ini meliputi rilis data lowongan kerja, laporan ketenagakerjaan ADP, dan data penggajian nonpertanian. Pidato dari pejabat Fed, termasuk Ketua Jerome Powell.

“Kami mencatat adanya risiko penurunan yang kuat terhadap harga emas pada 2025, dan mengantisipasi volatilitas yang signifikan karena kemungkinan besar Federal Reserve AS akan mengambil pendekatan yang lebih hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga, yang akan merugikan harga emas,” kata Analis BMI dalam sebuah catatan.

Setelah pengurangan 25 basis poin bulan lalu menjadi 4,50%-4,75%, pasar sekarang mematok peluang pemotongan lagi pada bulan Desember sebesar 64%, sejalan dengan ekspektasi pialang besar.

Di tempat lain, harga perak turun 0,6% menjadi USD 30,41 per ons, hargaa platinum naik 0,1% menjadi USD 946,25 dan harga paladium naik 0,6% menjadi USD 984,75. 

Analisa Harga Emas Minggu Ini, Lanjut Turun atau Tambah Mahal Lagi?

Ilustrasi harga emas hari ini
Ilustrasi harga emas hari ini (dok: Foto AI)

Perdagangan tipis selama libur mendukung harga emas pada Jumat. Sementara investor menghadapi volatilitas harga emas signifikan yang dipengaruhi oleh sentimen geopolitik yang terus berubah.

Pasar emas memulai pekan ini dengan penurunan dramatis sebesar 3% pada Senin, setelah Presiden terpilih Donald Trump mencalonkan Scott Bessent, seorang finansial tradisional dari Wall Street, sebagai pemimpin Departemen Keuangan AS. Pasar memperkirakan Bessent akan membawa stabilitas bagi ekonomi AS.

Pengumuman potensi gencatan senjata antara Israel dan Lebanon pada awal pekan juga meredakan kekhawatiran geopolitik, sehingga mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven).

Namun, emas kembali mendapatkan dukungan sebagai aset aman sehari kemudian setelah Trump mengancam Meksiko dan Kanada dengan tarif 25% serta mengusulkan tarif 10% untuk semua produk dari China.

Bakal Hadapi Volatilitas Harga

Chantelle Schieven, Kepala Riset di Capitalight Research, mengatakan bahwa pasar emas kemungkinan akan menghadapi volatilitas dalam waktu dekat karena pasar terus bereaksi terhadap pernyataan Trump menjelang pelantikannya.

"Saat ini, kita berada dalam mode menunggu dan melihat, dan pasar akan sangat sensitif karena kita belum tahu seperti apa pemerintahan baru nantinya," ujar Schieven, dikutip dari Kitco, Senin (2/12/2024).

"Kita tidak tahu seberapa banyak komentarnya hanya sekadar retorika atau seberapa keras ia akan mendorong kebijakan-kebijakannya."

Dalam jangka pendek, Schieven memprediksi harga emas kemungkinan akan bergerak dalam rentang antara USD 2.500 hingga USD 2.750 per ons. Meskipun ini mungkin membuat frustrasi beberapa investor dan pedagang, ia menekankan bahwa periode konsolidasi ini akan sehat untuk pasar emas.

"Kita tidak perlu terlalu khawatir dengan volatilitas ini," katanya. "Harga emas masih mengalami kenaikan yang signifikan dan cukup stabil. Menurut saya, ini adalah konsolidasi yang sehat."

 

 

Koreksi Pasar Emas Belum Berakhir?

Harga Emas Antam Kembali Turun
Petugas menunjukkan sampel logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, (23/7/2020). Usai cetak rekor ke posisi termahalnya di Rp 982 ribu, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Emas Antam) kembali turun Rp 5.000 menjadi Rp 977 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Meskipun pasar emas mengakhiri pekan ini dengan catatan positif, beberapa analis percaya bahwa penurunan besar pada Senin mungkin menandakan bahwa arah pergerakan harga cenderung melemah.

Naeem Aslam, Chief Investment Officer di Zaye Capital Markets, mengatakan bahwa meskipun harga emas telah pulih sebagian pekan ini karena inflasi yang masih tinggi, kemungkinan masih ada ruang untuk koreksi lebih lanjut. "Kami pikir harga bisa sedikit turun lagi, karena koreksi saat ini belum sepenuhnya selesai," jelasnya.

Alex Kuptsikevich, Analis Pasar Utama di FxPro, mencatat bahwa meskipun pedagang bearish saat ini mendominasi aksi harga emas, pasar tetap relatif tangguh. Menurutnya, level USD 2.540 per ons adalah level kunci yang harus diperhatikan; jika harga turun di bawah ini, level USD 2.400 bisa menjadi target berikutnya.

Namun, ia juga mencatat bahwa emas batangan berhasil mempertahankan dukungan kuat di atas USD 2.600.

"Kenaikan lambat tetapi stabil dari Selasa hingga Jumat menunjukkan minat beli yang hati-hati, yang menunjukkan minat berkelanjutan bahkan di level tinggi secara historis. Penutupan mingguan dan bulanan di atas USD 2.670 dapat menjadi sinyal untuk kenaikan lebih lanjut," ujarnya.

Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jurus Pemerintahan Prabowo - Gibran Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya