Liputan6.com, Jakarta - Sempat dibuka melemah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis menjadi 15.857 pada Kamis (28/3/2024). Penguatan rupiah itu di tengah pasar menanti rilis data Indeks Harga Belanja Personal (PCE) Amerika Serikat (AS).
Kurs rupiah ditutup naik satu poin atau 0,01 persen menjadi 15.857 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.858 per dolar AS.Demikian dikutip dari Antara, Kamis pekan ini.
Baca Juga
"Pasar wait and see rilis data inflasi PCE AS, diprediksi lebih tinggi dari bulan Januari 2024," ujar analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri kepada ANTARA.
Advertisement
Indeks PCE inti AS Februari 2024 diprediksi naik menjadi 2,5 persen secara tahunan (year on year/yoy). Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (the Fed) masih menahan suku bunga Fed Funds Rate pada level tinggi di 5,5 persen untuk 1-3 bulan ke depan.
The Fed masih akan sangat hati-hati untuk menurunkan suku bunga. Selain itu, rilis data properti AS membaik, dan data building permits naik menjadi 2,4 persen yoy.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis melemah ke level Rp15.873 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.853 per dolar AS.
Pembukaan Rupiah
Sebelumnya diberitakan, pelaku pasar menanti isyarat mengenai penurunan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) bebani gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (28/3/2024).
Dikutip dari Antara, rupiah dibuka melemah 23 poin atau 0,14 persen menjadi 15.881 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.858 per dolar AS.
Analis Finex Brahmantya Himawan menuturkan, pelemahan rupiah dapat terjadi karena para pedagang menanti isyarat lebih lanjut mengenai penurunan suku bunga the Fed.
"Pasar akan fokus terhadap rilisan angka Indeks Harga Belanja Personal (PCE) utama Amerika pada Jumat malam,” ujar dia.
Data PCE akan menjadi kompas pergerakan dolar AS selanjutnya dan akan menjadi pedoman untuk pemangkasan suku bunga The Fed pada pertemuan selanjutnya. Data ini menjadi aktor utama berita ekonomi global pada pekan ini.
Sementara itu, kemenangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 melalui pemilihan umum (pemilu) 2024 dapat memberi sentimen positif bagi rupiah.
Hal ini seiring besar kemungkinan akan meneruskan program pertumbuhan ekonomi dan keberlanjutan dari Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sebelumnya 5 persen meningkat dengan target 6-7 persen yang dipandang optimistis bagi Indonesia sendiri.
Brahmantya prediksi rupiah bergerak pada kisaran Rp15.825 per dolar AS sampai dengan Rp15.925 per dolar AS pada Kamis, 28 Maret 2024.
Advertisement
Rupiah Terus Melemah, Investor Perlu Khawatir?
Sebelumnya diberitakan, Indeks dolar Amerika Serikat (USD) melanjutkan penguatan pada Rabu (27/3/2024). Dampaknya, nilai tukar rupiah juga mengalami tekanan yang cukup dalam hingga hampir menyentuh 16.000 per dolar AS.
Terkait pelemahan rupiah, Investment Strategist Bahana TCW, Emil Muhamad menjelaskan penyebabnya adalah tekanan global yang tidak bisa ditahan. Emil menuturkan pelemahan rupiah sejak awal tahun ini lebih sedikit dibandingkan naiknya dolar.
“Ada banyak mata uang yang melemahnya lebih besar dari Rupiah yaitu Franc Swiss dan Yen Jepang,” kata Emil dalam acara Media Briefing Bahana TCW, Rabu (27/3/2024).
Emil menjelaskan, pelemahan Rupiah ini murni akibat tekanan luar karena neraca dagang Indonesia masih alami surplus. Meskipun terjadi arus keluar capital di Surat Berharga Negara (SBN), tetapi ada arus masuk besar pada saham.
Emil menambahkan, Rupiah diprediksi kembali menguat jika The Fed menurunkan suku bunga yang diproyeksikan pada Juli 2024. Menurutnya kuartal dua ini menjadi kuartal berat untuk Rupiah dan diharapkan menjadi kuartal terberat terakhir di tahun ini.
Apakah Investor Perlu Khawatir?
Emil menuturkan, investor lebih khawatir dengan volatilitas dibandingkan Rupiah yang melemah. Menurut dia, selama pelemahan Rupiah volatilitasnya terjaga makan ini lebih baik dibandingkan volatilitasnya bergejolak.
“Investor asing hedging fund nya bukan dari pelemahan Rupiah, tetapi dari volatilitasnya. Selama Bank Indonesia (BI) bisa menjaga pelemahan, seharusnya investor tidak perlu khawatir,” jelas Emil.
Meskipun begitu, jika Rupiah melemah hingga level Rp 16.000 kekhawatiran akan terjadi pada masyarakat dan pengusaha yang akan memberikan sentimen buruk.