Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir masuk pada pekan keempat Maret 2025. Sepanjang 2025, tercatat masih banyak modal asing yang keluar dari Indonesia.
Direktur Eksekutif Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, berdasarkan data transaksi 24 hingga 26 Maret 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp1,93 triliun.
Baca Juga
“Nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp1,93 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp2,63 triliun di pasar saham, serta jual neto sebesar Rp0,51 triliun di pasar SBN, dan Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)” kata Ramdan dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (30/3/2025).
Advertisement
Ramdan menambahkan, selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen s.d. 26 Maret 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp32,02 triliun di pasar saham, serta beli neto sebesar Rp16,08 triliun di pasar SBN dan Rp10,98 triliun di SRBI
Premi CDS Indonesia 5 tahun per 26 Maret 2025 sebesar 90,84 bps, naik dibanding dengan 21 Maret 2025 sebesar 90,41 bps. Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.575 per dolar AS dan Rupiah ditutup pada level (bid) Rp16.575 per dolar AS.
Rupiah Sempat Melemah
Sebelumnya, Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, salah satu penyebab utama Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir adalah meningkatnya kekhawatiran terkait arah perang dagang yang diperkirakan akan berlanjut pada pekan depan.
Ketidakpastian ini mendorong investor untuk mencari perlindungan dengan membeli Dolar AS sebelum libur panjang, sehingga menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.
"Pelemahan nilai tukar Rupiah pada hari ini, salah satunya disebabkan oleh berlanjutnya kekhawatiran terkait arah perang dagang pada pekan depan, sehingga investor mengantisipasi risiko tersebut dengan melakukan pembelian Dolar AS sebelum libur panjang," kata Josua kepada Liputan6.com, Kamis (27/3/2025).
Tren Penurunan Harga Komoditas
Selain faktor eksternal tersebut, pelemahan Rupiah juga dipicu oleh tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia dalam satu minggu terakhir.
Komoditas seperti crude palm oil (CPO), batu bara, dan nikel mengalami koreksi harga yang cukup signifikan. Penurunan harga ini berpotensi memperlebar defisit transaksi berjalan Indonesia tahun ini. Dengan semakin memburuknya neraca perdagangan, pasar memproyeksikan nilai tukar Rupiah akan mengalami depresiasi lebih lanjut.
"Selain dari sisi perang dagang, depresiasi nilai tukar Rupiah juga disebabkan oleh tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti CPO, batu bara, serta nikel dalam 1 minggu terakhir," ujarnya.
Advertisement
Penguatan Dolar AS dan Dampaknya ke Rupiah
Di sisi lain, penguatan Dolar AS terhadap mayoritas mata uang global juga menjadi faktor yang memperberat tekanan terhadap Rupiah. Penguatan ini didorong oleh kombinasi beberapa faktor, seperti antisipasi perang dagang.
Investor global cenderung mengalihkan investasinya ke aset yang lebih aman (safe haven) seperti Dolar AS untuk mengurangi risiko akibat ketidakpastian perdagangan global.
