Subsidi BBM Siap-Siap Naik Imbas Perang Iran vs Israel

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk menghitung ulang anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menyusul, kenaikan harga minyak mentah akibat konflik Iran dengan Israel.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Apr 2024, 14:15 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 14:15 WIB
Harga BBM Naik, Pertalite Jadi Rp 10.000, Pertamax Jadi 14.500, Solar Jadi 6.800
Sejumlah kendaraan mengantri di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Sabtu (3/9/2022). Pemerintah akhirnya menaikan harga BBM bersubsidi, Adapun harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite menjadi Rp 10.000 per liter, harga solar menjadi Rp 6.800 per liter dan Pertamax menjadi Rp 14.500 per liter. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berencana untuk menghitung ulang anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM). Menyusul, kenaikan harga minyak mentah akibat konflik Iran dengan Israel.

"Kita dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam negeri terutama tertentu terkait dengan subsidi, kita harus mengkalibrasi lagi anggaran yang digunakan," kata Airlangga dalam acara Halal Bihalal Media di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4).

Saat ini, pemerintah masih melakukan pengamatan terkait potensi peningkatan konflik Iran dan Israel yang mendorong kenaikan harga minyak mentah lebih tinggi. Dengan, ini penyesuaian subsidi BBM tidak dilakukan dalam waktu dekat.

"Kita melihat satu, dua bulan situasi seperti apa, jadi kalah tidak ada eskalasi kita harap harga minyak bisa flatten (tetap), tetapi kalau ada eskalasi tentu berbeda," bebernya.

Airlangga menerangkan bahwa konflik antara Iran dan Israel akan memberikan tekanan besar terhadap tiga sektor perekonomian. Pertama, mendorong tren kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Kedua, kenaikan harga minyak mentah yang berdampak pada lonjakan anggaran subsidi dan kompensasi BBM. Ketiga, kenaikan harga logistik akibat gangguan rantai pasok.

"Tiga hal menjadi isu (ekonomi), satu, interest rate global (suku bunga), dua, harga minyak, ketiga harga logistik," ujar Airlangga.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk menjaga laju inflasi tetap terkendali dan memperhatikan risiko kenaikan suku bunga. Selain itu, pemerintah juga akan melanjutkan reformasi struktural untuk menjaga perekonomian nasional tetap positif.

"Dari segi makro kita menjaga juga makroprudensial untuk (target) perekonomian kita di tahun ini," pungkas Airlangga.

 

Anggaran Subsidi

Pertamina
Petugas SPBU melakukan pengisian BBM Pertamax ke salah satu kendaraan konsumen saat satgas RAFI 2024 yang diselenggarakan di SPBU 31.128.02, MT Haryono, Jakarta pada Senin (1/4)/Istimewa.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji memprediksi anggaran subsidi dan kompensasi bahan bakar minyak (BBM) akan  naik menjadi Rp 249,86 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

 Proyeksi kenaikan BBM ini seiring meningkatnya harga minyak mentah akibat konflik Iran dan Israel.

Asumsi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 100 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

Bahkan, anggaran subsidi dan kompensasi BBM bisa membengkak menjadi Rp 287,24 triliun dari asumsi APBN 2024 sekitar Rp160,91 triliun.

Proyeksi kenaikan anggaran subsidi dan kompensasi BBM ini mempertimbangkan pada harga jual minyak mentah di Indonesia (Indonesian Crude Oil Price/ICP) USD 110 per barel dan asumsi kurs Rp15.900 per USD.

Iran Vs Israel, Harga Minyak Siap-Siap Tembus USD 100 per Barel

Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, memproyeksikan Indonesian Crude Oil Price akan mengalami tekanan imbas dari konflik antara Iran dengan Israel.

Menurutnya, konflik tersebut berpotensi dapat mendorong ICP naik dikisaran USD 5 - 10 per barel. Sehingga, kemungkinan potensi harga minyak ICP tembus USD 100 per barel bisa terjadi.

"Jadi, ini masih pendapat dan kajian dari kami. Jadi, kalau harga minyak (ICP) dugaan kami akan ada tekanan untuk naik dan tekanan untuk naik itu diwujudkan dalam premium resiko itu kalau menurut pendapat kami 5-10 USD per barel. Jadi, kalau sekarang kan USD 90 per barel,jadi kalau menurut kami memang untuk naik mendekati USD 100 per barel kayaknya bisa terjadi," kata Tutuka saat ditemui usai menghadiri Halalbihalal di Kementerian ESDM, Selasa (16/4/2024).

Sebagai informasi, berdasarkan data yang dimiliki oleh Kementerian ESDM, ICP per 12 April 2024 sebesar 89,51 dolar AS per barel. Tercatat sebelum adanya serangan Iran terhadap Israel, kata Tutuka, harga minyak sudah mengalami peningkatan kurang lebih USD 5 per barel tiap bulannya.

 

Impor Minyak

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Lebih lanjut, Tutuka menjelaskan, Indonesia sendiri memang masih impor minyak mentah dan BBM. Dengan demikian, jika harga minyak mentah dunia meningkat maka akan berdampak pada harga impor minyak dan BBM itu sendiri.

"Kan kita impor crude sama impor BBM. Otomatis kalau impor crude pasti naik kan, BBM akhirnya naik juga. Kita impor BBM itu sebagian besar dari Singapura dan Malaysia. Itu yang sedang disimulasikan, kita minta Pertamina untuk mensimulasikan akibatnya apa," jelasnya.

Kendati ICP diproyeksikan akan naik, namun diproyeksikan akan turun lagi. Hal itu dilihat dari tensi konflik antara Iran dengan Israel. Jika terus memanas maka dampaknya terhadap kenaikan harga ICP tak akan terbendung lagi.

"Tapi kalau menurut saya kenaikan itu kemungkinan spike terus turun lagi, tapi kita tidak boleh lengah, karena dalam kondisi seperti ini sedikit saja salah bisa jadi besar, itu yang tidak bisa kita semua negara-negara manapun juga bisa mengkondisikan semua berjalan lancar karena ada mistake dan accident saja bisa timbul, jadi kita mesti siap-sipa kemungkinan terburuk," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya