IMF Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China jadi 5% pada 2024, Apa Pendorongnya?

Sementara untuk tahun 2025 mendatang, IMF memperkirakan ekonomi China akan tumbuh sebesar 4,5%.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Mei 2024, 15:30 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2024, 15:30 WIB
IMF Kerek Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi China jadi 5% pada 2024, Apa Pendorongnya?
Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekononi China menjadi 5% pada 2024, dari sebelumnya 4,6%. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekononi China menjadi 5% pada 2024, dari sebelumnya 4,6%. 

Kenaikan proyeksi ini didukung oleh kinerja ekonomi China yang kuat di kuartal pertama 2024, dan langkah-langkah kebijakan baru-baru ini.

Melansir CNBC International, Kamis (30/5/2024) peningkatan tersebut menyusul kunjungan IMF ke China untuk melakukan penilaian rutin.

Untuk 2025, IMF kini memperkirakan ekonomi China akan tumbuh sebesar 4,5%, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,1%. Namun, untuk 2029, IMF memperkirakan pertumbuhan China akan melambat menjadi 3,3% karena populasi yang menua dan pertumbuhan produktivitas yang lebih lambat.

Angka tersebut turun dari perkiraan IMF sebelumnya yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,5% dalam jangka menengah.

Pada kuartal pertama 2024, perekonomian China tumbuh lebih baik dari perkiraan sebesar 5,3%, didukung oleh ekspor yang kuat. Namun, data ekonomi China pada April menunjukkan belanja konsumen masih lesu, sementara aktivitas industri meningkat.

Sekitar dua pekan lalu, pihak berwenang China mengumumkan langkah-langkah besar untuk mendukung sektor real estate yang sedang mengalami kesulitan, termasuk menghapus batas bawah suku bunga hipotek.

Gita Gopinath, wakil direktur pelaksana pertama IMF mengatakan bahwa pihaknya menyambut naik langkah tersebut, namun diperlukan tindakan yang lebih komprehensif.

"Prioritasnya adalah memobilisasi sumber daya pemerintah pusat untuk melindungi pembeli rumah pra-penjualan yang belum selesai dan mempercepat penyelesaian rumah pra-penjualan yang belum selesai, sehingga membuka jalan untuk menyelesaikan pengembang yang bangkrut," ujar dia.

"Memperbolehkan fleksibilitas harga yang lebih besar, sambil memantau dan memitigasi potensi dampak keuangan makro, dapat lebih mendorong permintaan perumahan (di China) dan membantu memulihkan keseimbangan," tambah dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


IMF: Kebijakan Makroekonomi China Harus Mendukung Permintaan Domestik

Virus Corona Mewabah, Kota Markas Alibaba Sepi Aktivitas
Seorang wanita berlari di depan kantor pusat Alibaba di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang, China, Rabu (5/2/2020). Pemerintah Hangzhou memberlakukan pembatasan pergerakan bagi warganya menyusul mewabahnya virus corona. (NOEL CELIS/AFP)

Selain itu, rilis IMF juga menyebutkan bahwa selama kunjungannya ke China bulan ini, Gopinath bertemu dengan Gubernur Bank Rakyat China Pan Gongsheng, Wakil Menteri Keuangan Liao Min, Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen, Wakil Gubernur PBOC Xuan Changneng, serta Wakil Ketua Administrasi Regulasi Keuangan Nasional China, Xiao Yuanqi.

"Kebijakan makroekonomi jangka pendek harus diarahkan untuk mendukung permintaan domestik dan memitigasi risiko penurunan," kata Gopinat selama pertemuan tersebut.

"Untuk mencapai pertumbuhan berkualitas tinggi memerlukan reformasi struktural untuk mengatasi hambatan dan mengatasi ketidakseimbangan yang mendasarinya," tambahnya.

Dalam pertemuan hari Senin, Presiden China Xi Jinping juga menekankan perlunya mempromosikan lapangan kerja berkualitas tinggi dan memadai, menurut media pemerintah.

"Xi secara khusus menekankan peningkatan kebijakan dukungan lapangan kerja bagi lulusan perguruan tinggi dan generasi muda lainnya, demikian dalam laporan Xinhua.


IMF Dongkrak Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia pada 2024

Jakarta Juara Dunia Polusi Udara saat Diguyur Hujan Lebat
Di urutan kota dengan kualitas udara buruk berikutnya adalah Delhi (India) dengan nilai 154, Wuhan (China) 144, Lahore (Pakistan) 135, Shanghai (China) 133, dan Riyadh (Saudi) 131. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Diwartakan sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau the International Monetary Fund (IMF) telah menaikkan prediksi pertumbuhan ekonomi Asia pada 2024. IMF tetap optimistis terhadap pertumbuhan India dan fokus pada perlu lebih banyaknya stimulus dari China.

Mengutip CNBC, ditulis Rabu (1/5/2024), IMF prediksi ekonomi Asia tumbuh 4,5 persen pada 2024. Pertumbuhan itu naik 0,3 poin dari enam bulan sebelumnya. Perkiraan untuk 2025 tetap tidak berubah pada 4,3 persen.

"Prospek Asia dan Pasifik pada 2024 semakin cerah. Kami kini prediksi ekonomi kawasan ini akan kurang melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya karena tekanan inflasi terus mereda,” tulis Direktur IMF Asia Pasifik, Krishna Srinivasan.

IMF menambahkan, revisi ke atas mencerminkan peningkatan bagi China yang memperkirakan stimulus kebijakan akan berikan dukungan.

IMF juga sebut India sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi paling cepat di dunia. Investasi publik tetap menjadi pendorong yang penting. India saat ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB)sebesar USD 3,7 triliun dan bertujuan menjadi negara terbesar ketiga di dunia pada 2027.

 


Properti di China

China Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen di Tahun 2023
Seorang pekerja berdiri di atas perancah lokasi konstruksi di sebuah pusat perbelanjaan, Beijing, China, Senin (6/3/2023). Pejabat ekonomi China menyatakan keyakinannya bahwa mereka dapat memenuhi target pertumbuhan tahun ini sekitar 5 persen dengan menghasilkan 12 juta pekerjaan baru dan mendorong pengeluaran konsumen setelah berakhirnya kontrol antivirus yang membuat jutaan orang tetap di rumah. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Ia juga  menyebutkan, konsumsi swasta yang kuat akan terus mendorong pertumbuhan di negara-negara berkembang lainnya di Asia.

IMF memuji pengetatan moneter, penurunan harga komoditas dan meredanya gangguan rantai pasokan dengan menurunnya inflasi di Asia meski permintaan meningkat tinggi.

Mengurangi Krisis Properti di China

IMF mengatakan, risiko terbesar bagi ekonomi Asia adalah koreksi yang berkepanjangan di sektor properti China. Hal ini akan melemahkan permintaan dan meningkatkan kemungkinan deflasi yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan peluang dampak terhadap negara lain melalui limpahan perdagangan langsung.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya