Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank of England, Andrew Bailey mendesak dukungan Amerika Serikat (AS) yang berkelanjutan terhadap dua lembaga ekonomi global, yaitu Dana Moneter International (IMF) dan Bank Dunia.
Mengutip BBC, Jumat (7/2/2025) Bailey mengatakan bahwa Bank Sentral Inggris mengamati kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan mengubah dukungannya pada IMF dan Bank Dunia.
Advertisement
“Sangat penting bahwa kita tidak mengalami fragmentasi ekonomi dunia,” kata Bailey.
Advertisement
“Sebagian besar dari itu adalah kita memiliki dukungan dan keterlibatan dalam lembaga-lembaga multilateral, lembaga-lembaga seperti IMF, Bank Dunia, yang mendukung operasi ekonomi dunia. Itu sangat penting “ ungkapnya.
Dilaporkan, ada kekhawatiran di antara kementerian keuangan dan bank-bank sentral di seluruh dunia tentang pelepasan AS dari lembaga keuangan global.
Perintah Eksekutif Gedung Putih
Sejumlah sumber di Washington juga mengatakan dua lembaga keuangan tersebut berada dalam perintah eksekutif Gedung Putih untuk meninjau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi internasional lainnya.
Sebagai informasi, AS merupakan pemegang saham terbesar di IMF dan Bank Dunia, lembaga yang dibentuk oleh Konferensi Bretton Woods pascaperang 80 tahun lalu.
IMF menyediakan pinjaman terakhir bagi negara-negara yang sedang mengalami kesulitan keuangan, dan mensurvei masalah ekonomi.
Sementara Bank Dunia memberikan uang dan pinjaman murah kepada negara-negara berkembang untuk pengentasan kemiskinan dan pembangunan.
Belum Ada Staf Khusus
Sejauh ini, Trump belum menunjuk staf untuk bidang ini, tetapi pengeluaran pembangunan USAID saat ini menjadi fokus pemotongan anggaran Departemen Efisiensi Pemerintahan Elon Musk.
Ketika ditanya tentang kemungkinan AS meninggalkan IMF, IMF mengatakan bahwa mereka memiliki "sejarah panjang" dalam bekerja sama dengan pemerintahan AS yang berurutan.
Presiden Bank Dunia: Jangan Buru-Buru Bereaksi pada Tarif Impor Donald Trump
Presiden Bank Dunia, Ajay Banga mengingatkan para pembuat kebijakan di seluruh dunia untuk tidak bereaksi tergesa-gesa, terhadap kebijakan tarif impor pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Satu-satunya saran saya kepada semua orang adalah jangan terlalu terburu-buru untuk menanggapi atau menilai," ujar Banga, dikutip dari The Business Standard.
Menurut Banga, negara-negara di seluruh dunia perlu menunggu untuk melihat kebijakan apa yang benar-benar akan dilaksanakan pemerintahan Donald Trump.
"Saya pernah berurusan dengannya (Trump) di masa lalu. Dia orang yang sangat praktis, dia mengerti angka, dia mengerti pengaruh dan dia mengerti keuntungan. Anda harus menemuinya dan menjelaskan kepadanya apa yang Anda bawa," ungkap Banga, dalam sebuah wawancara di sela-sela KTT Energi Mission 300 Africa di ibu kota komersial Tanzania, Dar Es Salaam.
Adapun dalam minggu pertama menjabat sebagai Presiden AS, Trump menandatangani serangkaian perintah eksekutif dan rencana kebijakan, mulai dari tarif impor terhadap Kanada, Meksiko, dan Tiongkok hingga peninjauan ulang terhadap semua bantuan asing yang ada.
AS dan Kolombia mengakhiri gelombang perang dagang setelah Gedung Putih mengatakan mitra dagang AS terbesar ketiga di Amerika Latin itu telah setuju untuk menerima pesawat militer yang membawa migran yang dideportasi.
Advertisement
Kebijakan Ditunda
Rancangan kebijakan Washington yang sekarang ditunda, mencakup penerapan tarif yang tinggi dan meningkat pada semua impor Kolombia, larangan perjalanan, dan pencabutan visa pada pejabat pemerintah Kolombia.
Bank Dunia pun tidak mengesampingkan dampak dari pembatasan perjalanan.
"Jika visa mereka tidak berfungsi, itu masalah," ucap Banga.
Ketika ditanya tentang perintah penghentian kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Luar Negeri AS atas semua bantuan asing ke AS, Banga mengatakan, pemberi pinjaman yang berpusat di Washington itu belum terpengaruh karena beroperasi secara berbeda dengan bantuan bilateral.
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)