Banyak KRL Sudah Uzur, KAI Minta Suntikan Negara Rp 2 Triliun

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyebut sebanyak 1.088 unit kereta KRL telah berusia 30 tahun atau lebih.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 01 Jul 2024, 18:15 WIB
Diterbitkan 01 Jul 2024, 18:15 WIB
Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Hanya saja, kata Suryadi, kondisi PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) terancam tidak dapat mengganti 10 unit rangkaian KRL Jabodetabek yang akan pensiun pada 2023 beserta 19 unit pada 2024. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo memaparkan urgensi penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp 2 triliun pada 2024. Usulan modal ini akan digunakan untuk melakukan pergantian dan peremajaan rangkaian kereta (trainset) KRL Jabodetabek milik PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) yang sudah uzur.

"Untuk itu lah maka diperlukan suatu pengadaan dan replacement. Sehingga sampai tahun 2027 diperlukan sekitar 37 trainset (pengganti) yang mayoritas sudah berusia di atas 30 tahun," kata Didiek dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Senin (1/7/2024).

Didiek menyebut sebanyak 1.088 unit kereta KRL telah berusia 30 tahun atau lebih. Sebab pengadaan trainset pengganti pada waktu-waktu sebelumnya dilakukan lewat impor rangkaian kereta bekas.

"Pengadaan sarana KRL saat ini sangat urgent dibutuhkan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang dan bertambahnya sarana KRL yang memasuki masa konservasi atau sudah masa yang harus diberhentikan operasinya," ungkap Dirut KAI.

Penumpang Makin Banyak

Terlebih, ia melanjutkan, volume penumpang KRL Jabodetabek ke depan akan terus bertambah hingga mencapai 362 juta orang pada 2025. Jumlahnya diperkirakan akan naik menjadi 398 juga orang penumpang pada 2026, dan mencapai 410 juta orang penumpang di 2027.

"Apabila tanpa ada penambahan sarana, maka okupansi pada saat peak hour ini akan mencapai 242 persen pada tahun 2027, atau 223 persen pada 2026, 187 persen pada tahun 2025," terang Didiek.

Apabila diberikan penambahan PMN dalam rangka meningkatkan jumlah sarana, okupansi penumpang KRL Jabodetabek pun diperkirakan akan tetap mencapai 159 persen pada 2027.

"Artinya ini masih kepadatan yang normal, sehingga masih bisa memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, utamanya pada saat peak hour," imbuh Didiek.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Berapa Biaya Beli Kereta Baru?

Polemik Impor 29 Unit Rangkaian KRL Bekas dari Jepang
Suasana Stasiun Kereta KRL di Stasiun Karet Sudirman, Jakarta, Selasa (2/5/2023). PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) terancam tidak dapat mengganti 10 unit rangkaian KRL Jabodetabek yang akan pensiun pada tahun 2023 dan 19 unit pada tahun 2024 dikarenakan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menolak usulan PT KCI untuk mengimpor rangkaian kereta bekas dari Jepang serta meminta perseroan membeli produk dalam negeri. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Guna mencapai target itu, KAI melakukan pemetaan investasi pengadaan sarana KRL untuk kurun waktu 2023-2027 dengan total nilai Rp 9,18 triliun.

Investasi kereta baru tersebut akan dilakukan lewat beberapa cara, mulai dari pengadaan KRL baru dari PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA hingga impor KRL baru pengganti retrofit.

Untuk semester II 2024, jumlah pemasukan modal yang dibutuhkan sekitar Rp 810 miliar. Kebutuhan investasi pengadaan KRL ini akan memuncak pada 2025 mendatang, dengan kebutuhan Rp 2,37 triliun pada semester I dan Rp 3,61 triliun di semester II.

"Sehingga pemenuhan PMN di tahun ini sebesar Rp 2 triliun merupakan persiapan kami di semester II 2024 dan semester I 2025," pungkas Didiek.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya