PBB Ramal Populasi Dunia Menyusut Tahun 2.100, Apa Sebabnya?

PBB memperkirakan populasi dunia akan menurun secara bertahap menjadi 10,2 miliar pada tahun 2100.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Jul 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2024, 18:00 WIB
Suasana Malam di Tokyo Jelang Pemberlakuan Pembatasan Baru
Orang-orang yang memakai masker berjalan di distrik Shibuya di Tokyo (19/1/2022). Pemerintah Jepang menyetujui pembatasan virus corona baru di sebagian besar negara, termasuk ibu kota untuk memerangi rekor infeksi yang dipicu oleh varian Omicron. (AFP/Behrouz Mehri)

Liputan6.com, Jakarta Populasi dunia diperkirakan mencapai puncaknya lebih awal dari perkiraan pada abad ini karena beberapa negara terbesar di dunia menghadapi penurunan angka kelahiran.

Perkiraan itu dikeluarkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).

Melansir Channel News Asia, Jumat (12/7/2024) laporan Prospek Populasi Dunia yang diterbitkan PBB menunjukkan bahwa populasi global diproyeksikan mencapai puncaknya sekitar 10,3 miliar pada pertengahan tahun 2080 dari saat ini 8,2 miliar.

PBB memperkirakan populasi dunia akan menurun secara bertahap menjadi 10,2 miliar pada tahun 2100, 6% lebih rendah dari perkiraan satu dekade lalu.

Sebelumnya, pada tahun 2022, PBB memperkirakan populasi dunia akan mencapai puncaknya sebesar 10,4 miliar tahun 2080-an.

 

"Di beberapa negara, angka kelahiran kini bahkan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya, dan kita juga melihat penurunan yang sedikit lebih cepat di beberapa wilayah dengan kesuburan tinggi," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB untuk Urusan Ekonomi dan Sosial, Li Junhua.

"Puncak yang lebih awal dan lebih rendah merupakan tanda yang penuh harapan. Hal ini berarti berkurangnya tekanan lingkungan akibat dampak manusia karena konsumsi agregat yang lebih rendah," tambah Li.

Rata-rata secara global, jumlah perempuan yang memiliki satu anak kini lebih sedikit dibandingkan tahun 1990.

Di lebih dari separuh negara, jumlah rata-rata kelahiran hidup per perempuan telah turun di bawah 2,1, yang menandai tingkat yang dibutuhkan suatu populasi untuk mempertahankan jumlah anak yang konsisten tanpa migrasi.

PBB menyebut, negara-negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, Spanyol dan Italia memiliki tingkat kesuburan yang "sangat rendah".

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Populasi Tiongkok hingga Jepang Diramal Menyusut 14% 30 Tahun ke Depan

FOTO: Shanghai Akan Kembali Dibuka
Para komuter yang mengenakan masker menunggu di persimpangan kawasan pusat bisnis di Beijing, China, Selasa (31/5/2022). Otoritas Shanghai mengatakan mereka akan mengambil beberapa langkah besar pada Rabu untuk membuka kembali kota terbesar di China setelah dua bulan penguncian COVID-19. (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Pada tahun 2024, populasinya telah mencapai puncaknya di 63 negara termasuk Tiongkok, Jerman, Jepang, dan Rusia. Total populasi negara-negara ini diperkirakan akan turun sebesar 14% dalam 30 tahun ke depan.

Namun, di sembilan negara termasuk Niger, Somalia, Republik Afrika Tengah dan Republik Demokratik Kongo, pertumbuhan yang sangat pesat diproyeksikan dimana total populasi kelompok ini akan meningkat dua kali lipat antara tahun 2024 dan 2054.

Adapun di 126 negara termasuk Amerika Serikat, India, Indonesia, dan Pakistan, populasinya diperkirakan akan mencapai puncaknya pada paruh kedua abad ini atau setelahnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya