Deflasi Juli 2024 Jadi yang Terdalam Sejak November 2022, Sektor Ini Penyumbangnya

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan sejumlah kelompok yang menjadi penyumbang terbesar deflasi pada Juli 2024.

oleh Arief Rahman Hakim diperbarui 01 Agu 2024, 14:30 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 14:30 WIB
Deflasi Juli 2024 Jadi yang Terdalam Sejak November 2022, Sektor Ini Penyumbangnya
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen. Angka deflasi ini disebut menjadi yang terdalam sejak November 2022.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, tingkat deflasi Juli 2024 disumbang paling besar oleh kelompok pengeluaran kategori makanan, minuman dan tembakau. 

"Tingkat deflasi kelompok makanan minuman dan tembakau pada bulan Juli 2024 adalah yang terdalam sejak November 2022," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Dia juga mencatat, kelompok ini menjadi penyumbang deflasi selama 4 bulan berturut-turut pada 2024. "Kelompok makanan minuman dan tembakau menjadi penyumbang deflasi selama 4 bulan berturut-turut," ungkapnya.

Sebagai rinciannya, komoditas utama penyumbang deflasi selama Juli 2024 antara lain bawang merah menyumbang andil deflasi sebesar 0,11 persen. Cabai merah menyumbang andil deflasi sebesar 0,09 persen. Tomat menyumbang andil deflasi sebesar 0,07 persen dan daging ayam ras menyumbang andil deflasi sebesar 0,04 persen.

"Di antara komoditas tersebut, tomat mengalami deflasi terdalam sepanjang 2022 sampai dengan 2024," ujar Amalia.

Didorong Komponen Harga Bergejolak

Pada kesempatan ini, Amalia menyebut deflasi pada Juli 2024 sebesar 0,18 persen ini didorong oleh deflasi komponen harga bergejolak. Komponen harga bergejolak mengalami deflasi sebesar 1,92 persen. Komponen ini memberikan andil deflasi sebesar 0,32 persen. 

"Komoditas yang dominan memberikan andil deflasi adalah bawang merah, cabe merah, tomat, daging ayam ras, bawang putih dan telur ayam ras," urainya.

Sementara itu, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,18 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,12 persen komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah emas perhiasan, kopi bubuk, biaya sekolah SD SMP dan SMA.

Komponen harga diatur pemerintah juga mengalami inflasi sebesar 0,11 persen dengan andil finflasi sebesri 0,02 persen. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret kretek tangan (SKT).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


32 Provinsi Alami Deflasi

BI Prediksi Deflasi 0,11 Persen di Minggu Kedua Februari 2022
Warga membawa bahan makanan dengan sepeda motor saat melintas di kawasan Tangerang, Banten, Rabu (16/2/2022).Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi penurunan harga komoditas atau deflasi pada Februari 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 32 provinsi di Indonesia mengalami deflasi pada Juli 2024. Catatan deflasi terdalam terjadi di Provinsi Sumatera Barat dengan deflasi 1,07 persen.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menuturkan, 32 provinsi dari 38 provinsi di Indonesia mengalami deflasi. Sementara itu, 6 provinsi lainnya mengalami inflasi pada Juli 2024 ini.

"Sebanyak 32 dari 38 provinsi Indonesia mengalami deflasi sedangkan 6 lainnya mengalami inflasi," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Adapun, 6 provinsi yang mengalami inflasi antara lain Papua Barat Daya dengan angka 0,25 persen, Papua Barat dengan 0,13 persen, Papua Tengah dengan 0,12 persen. Lalu, Bali dengan 0,10 persen, Jawa Barat dengan 0,06 persen, dan Jawa Timur dengan 0,04 persen.

"Deflasi terdalam sebesar 1,07 persen terjadi di Sumatera Barat. Sementara itu, inflasi tertinggi terjadi di Papua Barat Daya sebesar 0,25 persen," ucap Amalia.

Jika dilihat dari sebaran wilayahnya, di Sumatera deflasi terdalam dialami Sumatera Barat dengan 1,07 persen, sementara deflasi terendah terjadi di Aceh dengan 0,11 persen.

Lalu, di Pulau Jawa, deflasi terdalam dialami Provinsi Banten dengan 0,24 persen dan inflasi tertinggi di Jawa Barat dengan 0,06 persen.

Kawasan Bali-Nusa Tenggara mencatatkan deflasi terdalam di Nusa Tenggara Barat sebesar 0,35 persen dan inflasi tertinggi di Bali dengan 0,10 persen. Kalimantan mencatatkan deflasi terendah di Kalimantan Utara dengan 0,01 persen dan deflasi terdalam di Kalimantan Tengah 0,68 persen.

Di Sulawesi, tercatat deflasi terendah di Sulawesi Utara dengan 0,11 persen dan deflasi terdalam di Gorontalo dengan 0,95 persen.

Serta, Maluku-Papua mencatatkan inflasi tertinggi di Papua Barat Daya dengan 0,25 persen dan deflasi terdalam di Papua Selatan dengan 0,92 persen.

 


BPS: Indonesia Deflasi 0,18 Persen pada Juli 2024

BI Prediksi Deflasi 0,11 Persen di Minggu Kedua Februari 2022
Warga membawa bahan makanan dengan sepeda motor di kawasan Tangerang, Banten, Rabu (16/2/2022). Hal itu berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) BI pada minggu kedua Februari 2022 memperkirakan terjadi deflasi 0,11 persen secara bulanan (month to month/mtm). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi secara bulanan dari Juni 2024 ke Juli 2024. Besaran deflasi tercatat sebesar 0,18 persen di Juli 2024.

Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan deflasi ini diakibatkan oleh penurunan indeks harga konsumen dari bulan sebelumnya.

"Pada Juli 2024 terjadi deflasi sebesar 0,18 persen secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,28 pada Juni 2024 menjadi 106,09 pada Juli 2024," kata Amalia dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (1/8/2024).

Dia juga mencatat, angka deflasi ini lebih dalam ketimbang deflasi pada Mei dan Juni 2024 lalu. Ini menjadikan deflasi ketiga selama 2024 ini.

"Deflasi bulan Juli 2024 ini lebih dalam dibandingkan Juni 2024 dan merupakan deflasi ketiga pada 2024," ungkapnya.

Sementara itu, jika dilihat secara tahunan, Juli 2024 ini mengalami inflasi 2,13 persen dari Juli 2023 lalu.

"Sementara itu secaya year on year terjadi inflasi 2,13 persen dan secara tahun kalender year to date terjadi inflasi sebesar 0,89 persen," paparnya.

Kelompok Pengeluaran Penyumbang Deflasi

Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan minuman dan tembakau dengan deflasi sebesar 0,97 persen dan memberikan andil deflasi sebesar 0,28 persen.

Namun, dicatatkan juga ada komoditas yang memberikan andil inflasi secara bulanan. Antara lain cabai rawit dan beras dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,04 persen.

"Emas perhiasan, kopi bubuk, kentang, sigaret kretek mesin dan sigaret krekek tangan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01 persen. Catatan lainnya adalah kelompok pendidikan juga memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,04 persen atau mengalami inflasi sebesar 0,69 persen," Amalia menambahkan.


Deflasi Terus-menerus Bisa Bikin Resesi, Pemerintah Harus Lakukan Hal Ini

BI Prediksi Deflasi 0,11 Persen di Minggu Kedua Februari 2022
Warga membawa bahan makanan dengan sepeda motor saat melintas di kawasan Tangerang, Banten, Rabu (16/2/2022).Bank Indonesia (BI) memperkirakan terjadi penurunan harga komoditas atau deflasi pada Februari 2022. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya deflasi 0,08 persen pada Juni 2024 jika dihitung secara bulanan, atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,37 pada Mei 2024 menjadi 106,28 pada Juni 2024. Deflasi bulan Juni 2024 lebih dalam dibandingkan Mei 2024, dan merupakan deflasi kedua pada 2024.

Direktur Eksekutif Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti, mengatakan jika terjadi deflasi terus-menerus maka akan berdampak buruk, salah satunya mendorong PHK besar-besaran, devisa negara menurun, hingga sebabkan resesi.

Oleh karena itu, Pemerintah harus dengan cepat melakukan langkah mitigasi deflasi agar tidak berkelanjutan.

"Cara mengatasi deflasi. Agar kondisi perekonomian suatu negara tidak semakin parah," kata Esther kepada Liputan6.com, Selasa (2/7/2024).

Adapun cara mengatasi deflasi pertama yakni dengan mengimplementasikan kebijakan moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral (Bank Indonesia) dengan menambahkan jumlah uang yang beredar dalam masyarakat.

Kedua, menerapkan kebijakan politik diskonto. Hal ini merupakan kebijakan dari Bank Sentral dengan menurunkan tingkat suku bunga bank, sehingga masyarakat akan menarik tabungan dari bank.

"Menurunnya tingkat suku bunga akan membuat investor menarik sejumlah dana dan memilih mencari laba melalui bisnis konvensional. Sehingga jumlah uang yang beredar dalam masyarakat akan bertambah," ujarnya.

Ketiga, cara mengatasi deflasi adalah lewat penerapan kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam rangka mengatasi disinflasi.

Bentuk kebijakan berupa pengelolaan dan pembuatan strategi agar kondisi perekonomian menjadi lebih baik. Selain itu, pemerintah juga mengatur dan memperbarui pendapatan dan pengeluaran negara.

"Terakhir, cara mengatasi deflasi adalah dengan mengimplementasikan kebijakan non moneter atau kebijakan yang terjadi secara alamiah atas kesadaran tingkah laku masyarakat," pungkasnya.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya