Februari 2025 Alami Deflasi, Daya Beli Masyarakat Aman?

Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa deflasi tahunan yang terjadi pada Februari 2025 bukan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, melainkan oleh diskon tarif diskon listrik.

oleh Tira Santia Diperbarui 06 Mar 2025, 21:31 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2025, 21:31 WIB
Inflasi
Pedagang menata telur di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa deflasi tahunan yang terjadi pada Februari 2025 bukan dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, melainkan oleh diskon tarif diskon listrik.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menjelaskan bahwa BI lebih mengacu pada inflasi inti dalam mengukur daya beli masyarakat, karena indikator ini lebih mencerminkan keseimbangan antara permintaan dan penawaran.

"Terkait dengan inflasi inti sendiri sampai dengan bulan Februari, inflasi inti secara tahunan ada di kisaran 2,5 persen atau 2,48 persen. Jadi masih di angka yang rendah dan stabil," jelas Juli saat Taklimat Media, di Jakarta, dikutip Jumat (7/3/2025).

Juli juga menambahkan bahwa konsumsi rumah tangga tetap tumbuh dengan baik. Berdasarkan catatan BPS, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal IV 2024 bahkan di sepanjang tahun 2024 berada di kisaran 5 persen.

"Menurut kami ini masih cukup baik, terkait dengan pertumbuhan ekonomi khususnya konsumsi rumah tangga," ujarnya.

Lebih lanjut, Juli menegaskan kembali bahwa deflasi yang terjadi pada Januari dan Februari 2025 lebih dipengaruhi oleh faktor kebijakan, bukan pelemahan ekonomi.

Salah satu penyebab utama adalah kebijakan pemerintah terkait diskon tarif listrik, yang berdampak pada kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices).

"Deflasinya ini lebih disebabkan karena diskon tarif listrik, karena ada kebijakan pemerintah dan di kelompok administered price (harga yang diatur pemerintah), tapi secara umum inflasi tahun masih rendah dan stabil, kemudian inflasi ini juga masih ada di kisaran 2 persen," ujarnya.

 

Promosi 1

BPS: Deflasi Februari 2025

20161003-Pasar Tebet-Jakarta- Angga Yuniar
Pedagang merapikan barang dagangannya di Tebet, Jakarta, Senin (3/10). Secara umum, bahan makanan deflasi tapi ada kenaikan cabai merah sehingga peranannya mengalami inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48% secara bulanan atau terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 105,99 pada januari 2025 menjadi 105,48 pada Februari 2025.

"Secara YoY, juga terjadi deflasi 0,09% dan secara tahun kalender mengalami deflasi sebesar 1,24%," kata Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi terbesar adalah perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga dengan deflasi sebesar 3,59% dan memberikan andil deflasi 0,52%.

Karena komoditas yang dominan mendorong deflasi kelompok ini adalah diskon tarif listrik yang memberikan andil deflasi 0,67%," ujarnya.Adapun komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi, karena penurunan harga beberapa pangan bergejolak, seperti daging ayam ras yang harganya turun, sehingga memberikan andil deflasi 0,06%.

"Bawang merah, dan cabai merah juga mengalami penurunan ahrga sepanjang bulan Februari, sehingga memberikan andil deflasi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,04%," ujarnya.

Selain itu, terdapat komoditas-komoditas lain yang memberikan andil inflasi pada Februari 2025, antara lain kenaikan tarif air minum PAM memberikan andil inflasi sebesar 0,13%. Kemudian, masih naiknya emas dan perhiasan dan ada penyesuaian harga bensin. Hal itu berturut-turut memberikan andil inflasi sebesar 0,08% untuk emas perhiasan, dan 0,03% andil dari bensin.

Menurut Komponen Deflasi yang terjadi pada Februari 2025 sebesar 0,48%, utamanya didorong deflasi komponen harga yang diatur Pemerintah. Komponen inti masih mengalami inflasi sebesar 0,25%, dengan andil inflasi sebesar 0,16%.

"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi komponen inti adalah emas perhiasan, kopi bubuk, dan mobil," ujarnya.Sementara, komponen harga diatur pemerintah mengalami deflasi sebesar 2,65% dengan andil deflasi sebesar 0,48%. Komdoutas yang dominan memberikan andil deflasi adalah tarif listrik. Untuk komponen bergejolaj mengalami deflasi sebesar 0,93% dengan andil deflasi sebesar 0,16%.

 

Historis 5 Tahun Terakhir

Jaga Inflasi, Bank Indonesia Komitmen Perkuat Efektivitas Kebijakan Moneter.
Warga berbelanja bahan kebutuhan pangan di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (21/1/2025). (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Berdasarkan historis lima tahun terakhir, tingkat inflasi Februari lebih rendah dibandingkan Januari pada 2021-2023. Sedangkan, pada 2024, tingkat inflasi Februari lebih tinggi dibandingkan Januari. Namun, hal yang berbeda terjadi pada 2025, deflasi pada Februari 2025 sebesar 0,48%, tidak sedalam deflasi Januari 2025.

Adapun komoditas utama penyebab deflasi Februari 2024 adalah komoditas tarif listrik, daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras.

"Untuk tarif listrik tadi saya sampaikan karena diskon listrik masih berlangsung, di bulan Februari 2025. Dan untuk pelanggan pasca bayar merasakan penurunan harga ataupun diskon tarif listrik ini untuk pembayaran tagihan listrik Januari 2025," ujarnya.

Sementara itu, dengan adanya stabilisasi harga dan penyesuaian ahrga setelah peningkatan harga di beberapa bulan sebelumnya, daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, cabai rawit, tomat, dan telur ayam ras mengalami penurunan harga.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya