AS Terancam Resesi, Investasi Migas Bakal Mandek?

SKK Migas optimistis Amerika tidak akan serta merta mencabut investasinya di sektor hulu migas Indonesia.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 07 Agu 2024, 19:30 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2024, 19:30 WIB
Produksi Minyak
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatatkan produksi minyak sebesar 566 ribu barel per hari (MBOPD) dan produksi gas 2.766 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) sehingga produksi migas sebesar 1.044 ribu barel setara minyak per hari (MBOEPD). Dok PHE

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) tak menampik bahwa ancaman resesi yang dialami Amerika Serikat (AS) bisa turut berdampak terhadap di sektor industri hulu migas Indonesia. 

"Kalau kita umpamanya bicara (ancaman resesi) Amerika Serikat, itu pasti akan ada dampaknya. Tapi dampaknya seperti apa, ya kita harus lihat juga. Karena mereka sangat ter-connected dengan global economy," kata Kepala Divisi Program dan KomunikasiSKK Migas, Hudi Suryodipuro di kantornya, Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Meski begitu, Hudi menambahkan, SKK Migas optimistis Amerika tidak akan serta merta mencabut investasinya di sektor hulu migas Indonesia. Sebagai contoh, ia menyebut ExxonMobil, salah satu perusahaan migas asal Negeri Paman Sam yang justru berencana mengembangkan investasinya di Tanah Air.  

Hudi meyakini proyek Banyu Urip Infill & Clastic yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) masih tetap berlanjut dan target onstream dalam waktu dekat. 

"Sampai sekarang kita masih belum mendapatkan indikasi ExxonMobil mau melakukan hal tersebut. Saya tahu ExxonMobil juga sedang melakukan beberapa joint study di Indonesia," ujar dia. 

Selain itu, ExxonMobil juga tengah melakukan studi terkait pengembangan proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) Bub di Cekungan Sunda dan Cekungan Asri. 

SKK Migas lantas melihat itu sebagai peluang untuk menawarkan proyek-proyek baru potensial lainnya kepada raksasa migas Amerika Serikat tersebut ht.  

"Bahkan kita sedang koordinasi sama ExxonMobil untuk kita coba melihat, apa sih potensi-potensi, opportunity-opportunity apa lagi yang bisa kita (tawarkan). Jadi kalau secara investasi, kita melihat trennya untuk ExxonMobil masih sangat bagus di sini," tuturnya. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


AS Terancam Resesi, Investasi Migas Bakal Mandek?

Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko memberikan penjelasan mengenai acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024. (Maulandy/Liputan6.com)
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko memberikan penjelasan mengenai acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024. (Maulandy/Liputan6.com)

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) akan menggelar acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024. 

Melalui acara itu, Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko mengatakan, pihaknya akan mengumpulkan para pemain di sektor industri hulu migas. Selaras dengan tujuan pemerintah mengejar target produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) di 2030.

Kegiatan ini menindaklanjuti acara CEO Forum di awal tahun, dimana para pemain migas punya kekhawatiran akan adanya backlog dalam pengadaan barang dan jasa untuk proyek-proyek besar.

"Semua konsen bahwa tahun ini ke depan itu akan banyak proyek-proyek baru, dalam rangka target kita 1 juta barrel minyak dan 12 billion cubic feet target gas," ujar Rudi dalam sesi konferensi pers di Kantor SKK Migas, Jakarta, Rabu (7/8/2024).

Rudi menyampaikan, Indonesia saat ini memiliki 4 proyek strategis nasional (PSN) yang akan berproduksi, yakni BP Tangguh UCC, Abadi Masela, Indonesia Deep Water Development (IDD) & Geng North, serta Asap Kido Merah Genting Oil Kasuari. 

"Karena itu proyeknya besar juga. Jadi karena proyek-proyek itu hampir bersamaan rata-rata kita targetkan on stream yang paling cepat itu Geng North, (milik) ENI 2007-2008. Dan yang paling terakhir nanti Masela di sekitar 2030-an," ungkapnya. 


Ketahanan Rantai Pasok

Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko memberikan penjelasan mengenai acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024. (Maulandy/Liputan6.com)
Deputi Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko memberikan penjelasan mengenai acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 di Jakarta pada 14-16 Agustus 2024. (Maulandy/Liputan6.com)

SKK Migas dalam tiga hari acara Supply Chain & National Capacity Summit 2024 nantinya akan menghadirkan para pemangku kepentingan utama, termasuk pembuat kebijakan sektor hulu migas. Dengan tujuan untuk mengatasi tantangan kritis serta peluang dalam ketahanan rantai pasok, peningkatan kapasitas nasional, dan masa depan industri hulu migas.

"Para pembicara akan membedah tantangan utama sektor hulu migas, terutama manajemen supply chain, termasuk alokasi sumber daya, optimasi logistik, serta mitigasi risiko," kata Rudi. 

Lebih lanjut, ia juga turut menyoroti bergeraknya industri hulu migas di tingkat global yang cukup masif. Sehingga berpotensi menyedot banyak sumber daya yang tersedia di Indonesia. 

"Untuk itulah makanya kami mengadakan acara ini untuk meng-gathering semua stakeholders dalam rangka menunjang proyek-proyek besar itu nanti," pungkas Rudi.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya