Liputan6.com, Jakarta - Sawah padi Seluas 873 hektare yang berada di 14 kecamatan, Kabupaten Lebak, Banten, terancam kekeringan. Hal ini karena adanya kemarau panjang atau El Nino.
"Kami berupaya melakukan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi di lahan-lahan yang terdapat sumber mata air," kata Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Lebak Deni Iskandar dikutip dari Antara, Kamis (8/8/2024).
Baca Juga
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak optimistis tanaman padi yang terancam kekeringan itu bisa diselamatkan dengan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi khususnya di lahan-lahan yang terdapat sumber mata air permukaan Sungai Ciujung, Sungai Ciberang, Sungai Cisimeut, dan aliran sungai lainya.
Advertisement
Selain itu di lahan-lahan yang tidak memiliki sumber mata air, kata dia, dipastikan dibangun sumur bor dan pompa satelit. Dengan demikian pihaknya meyakini ratusan hektare tanaman padi yang terancam kekeringan bisa menghasilkan panen pada Agustus - September 2024.
Ia mengatakan tanaman padi yang terancam kekeringan itu usianya rata-rata 40-70 hari setelah tanam.
"Kami sekarang tengah melakukan pemasangan pompa dan irigasi pompanisasi di lahan kekeringan, tetapi memiliki sumber mata air," kata Deni.
Deni menyebutkan lahan seluas 873 hektare terancam kekeringan itu tersebar pada 14 kecamatan antara lain Malingping, Wanasalam, Bayah, Banjarsari, Gunungkencana, Muncang, Cipanas, Sajira, Cimarga, Cikulur, Warunggunung, Cibadak, Kalanganyar, dan Maja.
Gagal Panen
Saat ini Petugas Penyuluh Lapang (PPL) dan POPT terus mengoptimalkan pemantauan agar bisa dilakukan pemasangan pompa untuk menyelamatkan tanaman padi dari ancaman kekeringan.
"Kami tetap mewaspadai kekeringan akibat kemarau itu agar tidak menimbulkan gagal panen," katanya.
Sementara itu sejumlah petani di Desa Pasir Kupa, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, mengatakan 50 hektare areal persawahan di daerah itu terancam kekeringan akibat kemarau panjang.
"Kami mengajukan pemasangan sumur bor dan pompa satelit untuk memenuhi ketersediaan air, karena tidak memiliki sumber mata air permukaan," kata Mista (60) seorang petani Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak.
Advertisement