Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewanti-wanti Indonesia bakal mengalami gempa bumi dahsyat atau disebut dengan megathrust. Bahkan potensi terjadinya megathrust hanya tinggal menunggu waktu saja.
Semua pihak pun bersiap-siap, salah satunya adalah sektor konstruksi. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengungkapkan bahwa semua bangunan jalan tol dan gedung pencakar langit yang dikerjakan kementeriannya telah lolos uji tahan gempa.
"Kalau Megathrust itu kita kan, bangunan-bangunan yang sudah dibangun apalagi tol, bangunan tinggi di Jakarta itu pasti sudah dengan hitungan tahan gempa 1.000 tahunan sekarang yang SNI yang baru," kata Basuki dikutip dari Antara, Sabtu (24/8/2024).
Advertisement
Meski begitu, Basuki tidak mengetahui apakah uji coba tahan gempa sesuai SNI tersebut mampu menahan gempa dari Megathrust. Namun, dia hanya memastikan bahwa semua bangunan bangunan yang dikerjakan oleh Kementerian PUPR sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan uji tahan gempa
"Yang dibangun dengan itu, tergantung nanti kita nggak tahu Megathrust berapa kekuatannya," ucap Basuki.
Dalam kesempatan itu, Basuki juga menyatakan bahwa tidak ada dana atau anggaran yang dialokasikan secara khusus untuk memitigasi dari potensi Megathrust.
"Antisipasinya apa, (anggarannya) untuk apa? Antisipasinya apa? Antisipasi untuk Megathrust pada saat mendesain bangunan itu dengan SNI tahan gempa 1.000 tahunan. (Tetapi) tergantung nanti Megathrust kekuatannya berapa," jelas Basuki.
BMKG Peringatkan Gempa Megathrust, Apa Itu?
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) belakangan ini memberikan peringatan kepada Indonesia untuk mewaspadai dampak yang ditimbulkan oleh gempa yang bersumber dari Megathrust Nankai di timur lepas pantai Pulau Kyushu, Shikoku, dan Kinki di Jepang.
Peringatan tersebut dibagikan oleh Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono pada Senin (12/8/2024) di Jakarta. Pihaknya menjelaskan bahwa Megathrust Nankai merupakan salah satu zona seismic gap.
Sebagai informasi, seismic gap merupakan zona sumber gempa potensial, tetapi belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Kemudian, saat ini diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan atau stres kerak bumi.
Menurut sejarah yang telah dihimpun BMKG, gempa Megathrust Nankai telah membangkitkan beberapa kali gempa dahsyat yang destruktif. Hampir semua gempa tersebut memicu tsunami karena sistem Megathrust Nankai memiliki potensi sangat aktif.
Gempanya juga menunjukkan zona sumber gempa tersebut bisa memicu gempa dahsyat berkekuatan 8,0 magnitudo hingga lebih dari setiap satu atau dua abad. Selain itu, Ilmuwan Jepang meyakini bahwa Palung Nankai memiliki beberapa segmen megathrust.
Sehingga, jika seluruh tepian patahan tersebut tergelincir sekaligus mampu menghasilkan gempa berkekuatan 9,1 magnitudo. Ia juga menyebutkan kondisi tersebut dikhawatirkan para ilmuwan Jepang.
Terutama setelah dikeluarkannya peringatan pasca-gempa Miyazaki 7,1 magnitudo pada Kamis (8/8/2024) lalu. Pasalnya, gempa besar tersebut dipicu oleh salah satu segmen di Megathrust Nankai.
Para ilmuwan Jepang juga mengkhawatirkan gempa 7,1 magnitudo kemarin menjadi pemicu atau pembuka gempa dahsyat berikutnya. Jika kekhawatiran tersebut menjadi kenyataan selanjutnya gempa dahsyat tidak hanya berdampak merusak namun juga memicu Tsunami.
“Jika gempa dahsyat di Megathrust Nankai tersebut benar-benar terjadi dan menimbulkan tsunami maka hal ini perlu kita waspadai, karena tsunami besar di Jepang dapat menjalar hingga wilayah Indonesia,” ucapnya mengutip dari Antara.
Kemudian, Daryono menegaskan gempa besar di Megathrust Nankai tersebut tidak akan berdampak pada sistem lempeng tektonik di wilayah Indonesia karena jaraknya yang sangat jauh dan biasanya hanya berskala lokal hingga regional di sistem Tunjaman Nankai.
Advertisement
Tetap Waspada
Saat ini, Daryono juga memastikan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak perlu khawatir. Pasalnya pihak BMKG telah menyiapkan sistem monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
Sistem tersebut menjadi langkah antisipasi dan mitigasi serta BMKG memiliki sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang bisa digunakan dalam segera menyebarluaskan informasi gempa bumi dan peringatan dini tsunami di seluruh Indonesia.
Termasuk untuk memantau aktivitas gempa dan tsunami di zona Megathrust Nankai Jepang dan sekitarnya secara realtime. Selain itu para ilmuwan Indonesia juga sama khawatirnya dengan Ilmuwan Jepang.
Diketahui, para Ilmuwan Indonesia khawatir terhadap seismic gap Megathrust Selat Sunda M8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M8,9. Pihaknya menilai rilis gempa di kedua segmen tersebut bisa dikategorikan tinggal menunggu waktu.
Mengingat kedua wilayah Megathrust tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar. Pihak BMKG juga berharap memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, evakuasi dan lain-lain bisa menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi.
“Kami berharap upaya dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami tersebut dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim,” ucapnya.
Lantas Apa Itu Gempa Megathrust?
Gempa Megathrust adalah gempa bumi yang sumbernya berasal dari zona megathrust. Sementara arti dari kata Megathrust yaitu “Mega” berarti besar dan “Thrust” berarti sesar sungkup.
Letak megathrust berada di perbatasan pertemuan continental crust (kerak benua) dan oceanic crust (kerak samudra). Melansir dari Antara dalam buku “Peta Sumber dan Bahaya Gempabumi Indonesia Tahun 2017” terdapat penjelasan tentang megathrust.
Salah satunya terkait zona tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang menunjam masuk ke bawah Pulau Jawa disebut zona megathrust. Kemudian gempa bumi yang terjadi di jalur atau zona megathrust dijuluki juga sebagai gempa bumi interplate.
Sementara zona megathrust disebut sebagai istilah yang menunjukan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal yaitu lempeng samudra yang menujam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng yang bisa bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Jika zona tersebut terjadi gempa maka bagian lempeng benua yang berada di atas lempeng samudra bergerak terdorong naik atau thrusting dan gempa yang terjadi dalam segala besar di laut bisa memicu terjadinya tsunami.
Di Indonesia sendiri zona megathrust bukan sesuatu yang baru dan sudah ada sejak jutaan tahun yang lalu bahkan saat terbentuknya rangkaian busur kepulauan Indonesia. Zona megathrust di Indonesia berada di zona subduksi aktif di antaranya:
1. Subduksi Sunda mencakup Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba.
2. Subduksi Banda.
3. Subduksi Lempeng Laut Maluku.
4. Subduksi Sulawesi.
5. Subduksi Lempeng Laut Filipina.
6. Subduksi Utara Papua.
Advertisement