Pemanfaatan Baterai untuk Pembangkit Listrik EBT Bakal jadi Tren Baru di Indonesia

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan baterai untuk pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 05 Sep 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 20:20 WIB
ESDM
PLTB ini bisa mengaliri listrik 360 ribu pelanggan 450 KV. Proyek ini bagian dari proyek percepatan pembangunan pembangkit 35.000 MW, sekaligus bagian dari upaya Pemerintah mencapai target bauran energi nasional 23 persen dari EBT pada 2025.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pemanfaatan baterai untuk pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT).

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi menilai, pembangkit listrik penyimpanan baterai atau battery energy storage system (BESS) jadi satu nilai tambah untuk mengelola sistem transisi energi di Tanah Air. 

"Karena storage baterai sangat perlu, apalagi untuk mengkombinasikan new renewable energy yang fluktuatif harus dikombinasikan dengan baterai," ujar Eniya saat ditemui di sela acara ISF 2024 di Jakarta Convention Center, Kamis (5/9/2024).

Untuk penerapannya, Eniya melihat peluang di kawasan Indonesia Timur. Pasalnya, beberapa wilayah di sana masih belum punya sistem jaringan memadai. 

"Saya meng-address di Indonesia Timur, karena di sana tidak ada grid dan yang ada off grid system. Sehingga sistem itu harus bisa stabil, bisa di-deliver ke masyarakat. Makanya kita perlu baterai sebagai energy storage kita," ungkapnya. 

Dengan menggunakan sumber energi hijau lain semisal angin atau tenaga matahari, suplainya bersifat tidak terus menerus. Sehingga, potensi EBT di kawasan Indonesia Timur bisa dikombinasikan dengan baterai.  

"Sehingga kita sedang mendorong smart grid system dikombinasikan dengan baterai sebagai energy storage system," kata Eniya. 

Pengembangan BESS

Adapun pengembangan BESS sudah masuk ke dalam Rancangan Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Dengan target jangka pendek 2 gigawatt (GW) hingga 2030, dan 18 GW sampai 2060. 

"Target dari baterai sebagai energy storage sampai dengan 2060 itu 18 GW, 2 GW sampai dengan 2030. Jadi kebutuhan kita banyak. Kita perlu baterai, sehingga itu bisa jadi suatu market untuk Indonesia," sebut dia. 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produksi Mobil Listrik Indonesia Bisa Pakai Energi Bersih 8 Tahun Lagi

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2024). Menko Luhut mengungkap mengenai masa depan PLTU Suralaya. (Arief/Liputan6.com)
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (14/8/2024). Menko Luhut mengungkap mengenai masa depan PLTU Suralaya. (Arief/Liputan6.com)

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kendaraan listrik bisa diproduksi berbasis energi hijau dalam 8 tahun mendatang. Menyusul, proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berskala besar yang akan rampung pada waktu yang sama.

Menko Luhut mengatakan, PLTA tersebut ada di Kalimantan Utara, itu merujuk pada PLTA Kayan yang dibangun PT Kayan Hydro Energy (KHE).

"Seperti yang saya sebutkan kepada Anda, dalam waktu delapan tahun, Anda dapat melihat produksi kendaraan listrik hijau dari Indonesia karena pembangunan pembangkit listrik tenaga air kami akan selesai dalam waktu delapan tahun dari sekarang," ujar Menko Luhut dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024).

Dia menyinggung juga Kalimantan Utara sebagai sentra industri hijau. Nantinya, hasil produksi tersebut akan dipasok untuk membangun kendaraan listrik.

Basis energi yang digunakannya, seperti listrik, bersumber dari PLTA. Dengan begitu, ada jaminan energi baru terbarukan (EBT) yang digunakan.

"Jadi di Kalimantan Utara, anda mungkin dapat melihat produksi aluminium hijau, produksi kendaraan listrik, bahkan produksi petrokimia hijau karena kami akan menggunakan energi hijau," tegasnya.

Menko Luhut meyakini hal tersebut bisa dicapai. Kuncinya ada kolaborasi dari seluruh pihak yang terlibat.

"Jadi, menurut saya, itulah impiannya. Apakah ini dapat dicapai atau tidak, tentu saja dapat dicapai karena saya yakin kita dapat membangun kolaborasi," pungkas Menko Luhut.

 


PLTA Kayan Pasok Listrik ke IKN

PT Kayan Hydro Energy (KHE) siap memulai pembangunan fisik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara.
PT Kayan Hydro Energy (KHE) siap memulai pembangunan fisik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara.

Sebelumnya, Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Kayan digadang-gadang menjadi pembangkit listrik tenaga air terbesar di Asia Tenggara. Rencananya, pasokan listrik dari PLTA tersebut akan menyuplai listrik hijau bagi warga Pulau Kalimantan, industri hingga Ibu Kota Nusantara (IKN).

“Target (IKN), salah satunya iya. Kan kita ditanya, kalau harus mendukung IKN, ya jawabannya mesti siaplah,” ujar Eksekutif Komite PT Kayan Hydro Energy (KHE) di sela syukuran PLTA Kayan di Tanjung Selor, Bulungan, Kalimantan Utara, Kamis (30/5/2024).

Steven mengingatkan jika IKN merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang harus mendapatkan dukungan dari semua pihak. Pihaknya berencana bekerjasama dengan PLN untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke IKN.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya