BULOG Bongkar Tantangan Produksi Beras Global, Apa Saja?

BULOG mengaku produksi beras saat ini terancam oleh berbagai masalah, terutama perubahan iklim yang berdampak pada stabilitas pangan.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2024, 16:30 WIB
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska Harahap
Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska Harahap dalam acara Indonesia Internasional Rice Conference (IIRC), Bali, Kamis (19/9/2024). (dok: Ayu)

Liputan6.com, Denpasar Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska Harahap, mengungkapkan tantangan serius yang dihadapi produksi beras global.

Dia menyebut produksi beras saat ini terancam oleh berbagai masalah, terutama perubahan iklim yang berdampak pada stabilitas pangan.

"Hari ini, produksi beras dihadapkan pada serangkaian masalah yang berdampak luas pada komunitas lokal dan sistem pangan global. Salah satu tantangan paling mendesak adalah perubahan iklim," kata Sonya dalam acara Indonesia Internasional Rice Conference (IIRC), Bali, Kamis (19/9/2024).

Ancaman Biologis

Tak hanya itu, ia menyebut ancaman biologis seperti hama dan penyakit semakin sulit dikelola, menambah beban pada petani.

"Perubahan ini tidak hanya mengganggu sistem pertanian, tetapi juga memperparah kelangkaan air, sumber daya penting untuk budidaya beras," jelas petinggi Bulog itu.

Selain faktor lingkungan, tekanan ekonomi dan gangguan rantai pasok global memperburuk situasi. Padahal, miliaran orang yang bergantung pada beras sebagai makanan pokok kini semakin rentan terhadap ketidakamanan pangan.

Sonya menekankan pentingnya pendekatan yang adaptif dan inovatif untuk mengatasi tantangan ini. Ia menilai ketahanan dalam produksi beras berarti harus mampu mengantisipasi dan beradaptasi terhadap berbagai gangguan, sambil tetap menjaga pasokan pangan yang berkelanjutan.

"Jelas bahwa untuk mengamankan masa depan beras, kita membutuhkan solusi inovatif, berkelanjutan, dan kolaboratif yang dapat membantu kita mengatasi tantangan global ini," papar dia.

 

Kasih Saran

harga beras di tingkat penggilingan
Petani memanen padi jenis baligo di sawahnya kawasan Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/04/2024). (merdeka.com/Arie Basuki)

Dia menyarankan penerapan praktik pertanian cerdas iklim, seperti pengelolaan air yang efisien dan peningkatan kesehatan tanah, serta pengembangan varietas beras yang tahan terhadap kekeringan dan hama.

Lebih lanjut, dia menegaskan inovasi, termasuk teknologi pertanian presisi, sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi dampak lingkungan.

"Inovasi tidak hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang cara berpikir dan berkolaborasi yang baru. Kita harus mendorong ekosistem yang mendorong eksperimen, menerima ide-ide baru," pungkasnya.

 

 

 

Reporter: Siti Ayu Rachma

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya