Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog memberangkatkan 650 orang dengan 13 unit bus yang mengikuti program Mudik Gratis BUMN Bersama Perum Bulog. Acara pelepasan tersebut digelar di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta, Kamis (27/3/2025).
Wakil Direktur Utama Perum Bulog Marga Taufiq menyampaikan, pihaknya menambah kuota pemberangkatan mudik gratis, dari tahun sebelumnya dengan 9 bus menjadi 13 bus pada 2025.
Baca Juga
"Program ini setiap tahun dan tahun ini ada peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau tahun sebelumnya itu hanya 9 bus sekarang 13 bus," ujar Marga saat melepas pemberangkatan mudik gratis Perum Bulog, Kamis (27/3/2025).
Advertisement
13 bus tersebut masing-masing akan diberangkatkan ke 13 destinasi tujuan di Pulau Jawa dan Sumatera. Mulai dari Semarang, Purwokerto, Wonosari, Cilacap, Yogyakarta, Klaten, Wonosobo, Purwantoro, Ponorogo, Lamongan, Malang, Metro (Lampung), dan Palembang.Â
"Rute terjauh itu kalau di Sumatera itu di Palembang, kalau Jawa itu di Malang, Jawa Timur," ucap Marga.Â
Program mudik gratis ini digelar sebagai kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perum Bulog yang termasuk dalam Program TJSL Bulog Peduli Aksi Berbagi, Pilar Pembangunan Sosial, khususnya TPB 1 Tanpa Kemiskinan.
"Jadi kita juga tidak asal memberangkatkan, kita lihat tadi busnya itu adalah bus-bus yang baru, tujuannya apa? Supaya para saudara-saudara kita yang mudik ini juga sebelum sampai sana di dalam perjalanan yang panjang juga nyaman, aman, sampai tujuan juga tidak was-was," ungkapnya.Â
Pada program mudik gratis ini, Bulog juga membagikan souvenir kepada para pemudik, berupa kaos dan topi mudik, paket sembako, travel kit, obat-obatan perjalanan, hingga konsumsi berupa snack dan makan/minuman berbuka puasa.Â
"Tadi itu kita berikan bekal selama perjalanan. Sebagaimana kita orang Indonesia kan kalau pulang ke kampung harus bawa oleh-oleh, jadi ada lah dikit-dikit oleh-oleh dari Bulog," pungkas Marga.
Â
Â
Â
Serap 3 Juta Ton Beras, Anggaran Rp 16,6 Triliun untuk Bulog Sudah Cair
Sebelumnya, Perum Bulog mengaku telah menerima anggaran sebesar Rp 16,6 triliun, untuk menyerap 3 juta ton beras selama periode Februari-April 2025.
"Sudah, tanggal 10 Maret (anggaran Rp 16,6 triliun telah cair). Pokoknya dananya sudah siap, buat serapan beras di tahun ini yang 3 juta ton," ujar Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq di kantornya, Jakarta, Kamis (27/3/2025).
Marga mengatakan, anggaran tersebut akan digunakan untuk membeli gabah kering panen (GKP) langsung dari petani seharga Rp 6.500 per kg. Adapun hasil serapan Bulog kini telah mencapai 650 ribu ton.Â
"Jadi kita dengan petani cash and carry, bayar di sawah, Rp 6.500. Stok yang kita serap, gabah sudah 650 ribu ton, CBP (Cadangan Beras Pemerintah) 2,2 juta ton," terang dia.
"Stok kita jadi sangat aman. Sarapan harian di atas 30 Bu (ton) paling tinggi. Ini memang mulai naik (penyerapan beras dari petani), mulai panen raya," dia menegaskan.
Marga turut buka suara soal kecurangan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang diduga mengalami pengurangan isi. Ia menegaskan, aksi curang itu bukan merupakan ulah Bulog.Â
"Yang jelas itu bukan Bulog ya. Dari Bulog pengawasannya itu ketika kita sudah lepas melalui quality control kita ada. Setelah itu di pasar itulah, itu bukan beras Bulog," beber dia.Â
Advertisement
Jadi Perintah Prabowo
Terkait serapan beras, Presiden Prabowo Subianto telah memerintahkan Perum Bulog untuk menyerap beras sebesar 3 juta ton pada 2025, bertambah dari target sebelumnya 2 juta ton. Untuk itu, Bulog membutuhkan dana sekitar Rp 57 triliun untuk bisa mengolah beras hasil serapan petani yang jumlahnya bertambah.Â
Direktur Keuangan Bulog Iryanto Hutagaol memaparkan, dari 2 juta ton target penyerapan sebelumnya, saat ini ada sekitar 1,7 juta ton stok beras yang tersimpan di gudang perseroan.Â
Pengelolaan Beras
Menurut skenario sebelumnya, Bulog diproyeksikan bakal mengelola sekitar 3,7 juta ton beras pada tahun ini. Namun dengan adanya tambahan target menjadi 3 juta ton, alhasil Bulog harus menambah 1 juta ton penyerapan setara beras.
"Artinya, kita akan mengelola kurang lebih 3,7 juta ton beras tahun ini. Tapi dengan kabar akan diminta 3 juta ton menyerap, artinya kita akan mengelola 4,7 juta ton," kata Iryanto beberapa waktu lalu.Â
Dalam proses penyerapan ini, Gabah Kering Petani (GKP) hasil panen nantinya akan dibawa menuju penggilingan. Bulog selanjutnya bakal menyerap beras hasil penggilingan seharga Rp 12.000 per kg.
Butuh Rp 57 TriliunÂ
Berdasarkan penghitungan itu, Iryanto melanjutkan, Bulog membutuhkan dana sekitar Rp 57 triliun untuk bisa memenuhi target pengadaan 3 juta ton. Lantaran Bulog harus mengurus total 4,7 juta ton setara beras sepanjang tahun ini.  Â
"Kalau kita hitung harga Rp 12.000 per kg, artinya 4,7 juta ton kali 12.000. Kurang lebih Rp 57 triliun harus kita sediakan dalam waktu mengolah bisnis ini ke beras ini oleh pemerintah," sebut dia.Â
Guna mendapat pendanaan itu, Bulog kini tengah berbicara dengan pemerintah. Untuk memberikan bantuan yang lebih terstruktur soal masalah pembiayaan.
"Saat ini kita dibantu perbankan. Kalau struktur kita dibantu oleh pemerintah, nanti pemerintah sebagian memberikan APBN-nya langsung kepada kita," ungkap Iryanto.
Â
Â
