AS dan Israel Ancam Serang Kilang Iran, Harga Minyak Bakal Naik?

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan sekitar 5 persen, imbas konflik memanas yang terjadi di Timur Tengah saat ini.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 04 Okt 2024, 16:44 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2024, 16:44 WIB
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mengalami kenaikan sekitar 5 persen, imbas konflik memanas yang terjadi di Timur Tengah saat ini.

Lonjakan harga minyak terjadi usai Presiden AS Joe Biden mengancam akan bantu Israel untuk menyerang kilang milik Iran, sebagai balasan atas serangan rudal balistik dari Teheran.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian Energi dan Sumber Daya Manusia (ESDM) Agus Cahyono Adi mengatakan, komoditas minyak memang sensitif untuk terkena kenaikan harga.

"Harga minyak bergejolak kan enggak hari ini-ini aja, udah cukup panjang. Harga minyak itu sangat sensitif terhadap geopolitik, tidak sekadar kayak komoditas biasa hanya terkait supply-demand," ujar dia di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Meskipun gejolak di Timur Tengah tersebut belum sampai membuat pasokan terganggu, namun isu konflik yang semakin memanas berpotensi untuk terus mengerek harga minyak.

"Tapi kalau minyak itu belum terjadi shortage aja, isu aja sudah mengkhawatirkan akan kurang pasok, jadi naik," kata Agus.

Agus tak menafikan jika lonjakan harga minyak ini bakal turut berdampak pada harga BBM non subsidi. Jika pun harus naik, pemerintah telah memberi batas kepada badan usaha agar lonjakannya tetap sesuai dengan aturan.

"Ya tiap bulan kan (harga BBM non subsidi) mengikuti, ada aturan dari Permen ESDM, bahwa untuk jenis bahan bakar umum itu dilakukan oleh badan usaha terkait. Dengan kita di permen tersebut mengatur berapa sih batasnya, ada rumusannya di situ," tuturnya.

 

Nasib Harga Minyak Dunia di Tengah Memanasnya Situasi Timur Tengah

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik sekitar 5% pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta) dan membukukan kenaikan untuk sesi ketiga perdagangan secara berturut-turut. Lonjakan harga minyak dunia terjadi di tengah kekhawatiran bahwa Israel dapat menyerang industri minyak Iran sebagai balasan atas serangan rudal balistik Teheran minggu ini.

Berikut daftar harga minyak dunia dikutip dari dari CNBC, Jumat (4/10/2024):

  • Harga minyak West Texas Intermediate untuk kontrak November dipatok USD 73,71 per barel, naik USD 3,61 atau 5,15%. Sepanjang tahun ini, harga minyak mentah AS telah naik hampir 3%.
  • Harga minyak Brent untuk kontrak Desember dipatok USD 77,62 per barel, naik USD 3,72 atau 5,03%. Sepanjang tahun ini, patokan harga minyak global ini naik hampir 1%.Patokan harga minyak AS melonjak 5,5% di awal sesi ke level tertinggi intraday di level USD 73,99 per barel.

Harga West Texas Intermediate naik sekitar 8% minggu ini, menuju kenaikan mingguan terbaiknya sejak Maret 2023.

 

 

Gangguan Pasokan Minyak

Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)
Ilustrasi harga minyak dunia hari ini (Foto By AI)

Presiden Joe Biden ditanya oleh wartawan pada Kamis pagi apakah AS akan mendukung serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. “Kami sedang membahasnya," kata Biden. Komentar Biden menjadi katalis yang mendorong harga naik, kata Daniel Ghali, ahli strategi komoditas senior di TD Securities.

“Risiko geopolitik di Timur Tengah mungkin berada pada level tertinggi sejak Perang Teluk,” kata Ghali dari TD Securities.

Kepala Ekonom Rystad Energy Claudio Galimberti menyatakan, risiko gangguan pasokan minyak meningkat seiring meningkatnya pertempuran di Timur Tengah, tetapi OPEC+ memiliki sejumlah besar minyak mentah cadangan yang dapat menggantikannya.

“Kapasitas cadangan minyak ini untuk saat ini mencegah harga melonjak di tengah salah satu krisis terdalam dan paling meluas di Timur Tengah dalam empat dekade terakhir,” kata Galimberti.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya