Tips Bisa Bekerja di Pertamina, Ternyata Tak Perlu IPK Tinggi

VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Mira Tripuspita membuka tips untuk bisa bekerja di Pertamina

oleh Septian Deny diperbarui 10 Okt 2024, 16:14 WIB
Diterbitkan 10 Okt 2024, 16:00 WIB
Lowongan kerja atau lowongan pekerjaan. Foto: Freepik
Lowongan kerja atau lowongan pekerjaan. Foto: Freepik

Liputan6.com, Jakarta VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Mira Tripuspita menjadi penbicara dalam sesi diskusi “Gen Z: Ambisi vs Kesehatan Mental”, yang diselenggarakan sebagai kerja sama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan ITS, di Auditorium Research Center, Kampus ITS.

Acara ini menjadi momen berharga bagi para peserta diskusi seperti mahasiswa ITS lintas jurusan. Pasalnya, Mira membuka tips untuk bisa bekerja di Pertamina.

"IPK minimal 3. Nggak usah berlebihan atau sampai stres. Pahami betul terkait perusahaan yang dilamar, mampu berkomunikasi baik, memiliki adab, keinginan kuat atau ketertarikan tinggi untuk bekerja di perusahaan, dan punya kompetensi yang menunjang posisi,” paparnya dikutip dari Antara, Kamis (10/10/2024).

Pada 2023 tercatat ada 36 ribu pendaftar di Pertamina Hulu Energi, anak perusahaan Pertamina yang mengelola sektor hulu migas. Hanya 100 pelamar yang berhasil lolos.

Sebagai informasi, Generasi Z, alias Gen Z, perlahan mulai mendominasi dunia kerja. Mereka, yang lahir di medio 1997-2012, tumbuh dalam era digital. Banyak ide segar, perspektif baru, serta keterampilan unik yang mengisi ruang-ruang kerja. Kendati demikian, banyak stigma yang melekat pada Gen Z.

Generasi yang melek teknologi ini punya sejumlah karakter khas. Mereka dikenal sebagai generasi stroberi (buah merah yang cantik tapi rapuh), yang sangat sensitif dengan tekanan dunia luar. Anak-anak Gen Z menganggap kesehatan mental dan keseimbangan kerja-hidup sehari-hari sebagai prioritas utama.

‘’Mereka bahkan terbiasa melakukan self diagnosed yang tidak pernah dilakukan oleh generasi sebelumnya. Seringkali Gen Z berpikir kurang jauh,” kata Mira.

Punya ambisi untuk memiliki rumah, misalnya, tapi enggan melakukan investasi. Mayoritas Gen Z berperilaku konsumtif, rutin menyambangi warung kopi untuk nongkrong.

 

Konsep FOMO

VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Mira Tripuspita
VP Business Support, Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa Mira Tripuspita menjadi penbicara dalam sesi diskusi “Gen Z: Ambisi vs Kesehatan Mental”, yang diselenggarakan sebagai kerja sama Pertamina Subholding Upstream Regional Jawa dan ITS, di Auditorium Research Center, Kampus ITS.

Ada pula wishlist negara yang wajib dikunjungi. Bahkan menurut penelitian, 75 persen Gen Z sudah memiliki setidaknya 1 tiket konser untuk 6 bulan ke depan. Semua dengan alasan demi healing, merilis stres.

Konsep FOMO (Fear of Missing Out/ketakutan akan ketertinggalan), YOLO (You Only Live Once/ hidup hanya sekali), dan FOPO (Fear of People Opinion/ketakutan terhadap pendapat orang lain) mendukung seluruh ambisi itu. Belum lagi desakan media sosial yang dikonsumsi setiap waktu. Pesan dari influencer menjadi kiblat dalam mengambil keputusan, termasuk ajakan menjadi diri sendiri dan apa adanya dalam proses melamar pekerjaan.‘

’Oke banget punya ambisi, tapi perlu check-in dengan realita untuk menghindari stres. Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan,” pesan Mira.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya