Donald Trump Menang Pilpres AS, Hantu Tarif Impor Tinggi Tebar Ketakutan ke Dunia

Donald trump sebagia Presiden terpilih AS diperkirakan akan memberlakukan komitmen kampanye untuk memangkas pajak, menindak tegas imigrasi, dan menaikkan tarif impor.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 07 Nov 2024, 14:00 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2024, 14:00 WIB
Pilpres AS 2024, Donald Trump Klaim Menang dan Jadi Presiden ke-47 Amerika Serikat
Sejauh ini, Donald Trump berhasil meraih 277 suara elektoral, sementara Kamala Harris hanya meraup 224. (Ronda Churchill/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat (AS) 2024 menimbulkan kekhawatiran inflasi meningkat, jika Presiden terpilih AS tersebut memberlakukan komitmen kampanyenya untuk memangkas pajak, menindak tegas imigrasi, dan menaikkan tarif impor.

Melansir CNN Business, Kamis (7/11/2024), profesor ekonomi di INSEAD, sebuah sekolah bisnis yang berkantor pusat di Prancis, Antonio Fatás menilai bahwa kebijakan yang diusulkan Donald Trump, termasuk mendeportasi imigran hingga tarif impor kemungkinan besar menyebabkan penurunan substansial dalam output ekonomi AS dan peningkatan besar dalam inflasi.

Senada, kepala keuangan dan pasar di platform investasi Hargreaves Lansdown,  Susannah Streeter juga melihat Dolar AS yang lebih kuat mencerminkan ekspektasi bahwa Trump akan memangkas pajak, menaikkan tarif, dan menekan imigrasi, yang semuanya mendorong inflasi dan kemungkinan berarti suku bunga yang lebih tinggi di tahun-tahun mendatang.

"Investor bersiap menghadapi tarif, yang akan menaikkan harga barang impor bagi pembeli Amerika," papar Sreeter.

 "Komitmen Trump untuk mengelurkan imigran dengan gelombang deportasi juga dapat berdampak pada ekonomi, yang berpotensi meningkatkan tagihan upah bagi perusahaan," bebernya.

Selama masa kampanye, Trump mengusulkan tarif 10-20% untuk semua barang impor yang masuk ke AS. Ini menandai peningkatan tajam dari rata-rata tarif impor di Amerika saat ini sebesar 2% atau, dalam banyak kasus, nol.

Untuk impor dari Tiongkok, Trump mengusulkan tarif yang lebih tinggi, setidaknya 60%. Ditambah lagi, ia telah memberlakukan tarif 100% atau 200% untuk mobil yang dibuat di Meksiko atau untuk produk yang dibuat oleh perusahaan yang memindahkan produksi dari AS ke Meksiko.

"Kami sekarang memperkirakan hanya satu pemotongan The Fed pada tahun 2025, dengan kebijakan (moneter) ditunda hingga guncangan inflasi yang terealisasi dari tarif telah berlalu," tulis analis Nomura dalam sebuah catatan.

Kebijakan Tarif Impor Donald Trump Berisiko Naikkan inflasi Global?

Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

Dampak buruk dari kebijakan tarif impor oleh Trump akan terasa jauh melampaui batas-batas AS, menurut ekonom.

Jika mitra dagang Amerika membalas dengan tarif mereka sendiri atas impor AS, peningkatan material dalam inflasi global akan terjadi, sementara pukulan berikutnya terhadap perdagangan dunia akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi, kata kepala ekonom Investec, Philip Shaw dan ekonom Ellie Henderson.

Dolar yang lebih kuat juga dapat memberikan tekanan pada inflasi secara global.

"Ketika dolar menguat, negara-negara yang mengimpor komoditas dengan harga dalam USD juga dapat mengalami kenaikan harga, yang perlu diserap oleh perusahaan atau diteruskan ke pelanggan," kata Streeter.

Di sisi lain, disinflasi dapat diperkuat dalam ekonomi dengan tingkat tarif yang lebih rendah daripada di AS jika itu berarti bahwa China membuang kelebihan barangnya di negara-negara ini, kata Anthony Kettle, seorang manajer portofolio pasar berkembang senior di RBC Global Asset Management.

China hingga Jerman Berisiko

BMI, sebuah firma riset pasar milik Fitch Solutions, berpendapat bahwa Meksiko dan Kanada mungkin berada di garis sasaran langsung dalam hal tarif impor karena ekonomi mereka sangat bergantung pada ekspor ke AS.

"Kami juga percaya bahwa Trump dapat memutuskan untuk menerapkan tarif yang lebih tinggi pada ekonomi yang memiliki surplus perdagangan besar dengan AS," tulis analis BMI dalam sebuah catatan.

Meksiko memiliki surplus perdagangan yang besar dengan tetangganya di kawasan utara Amerika dan, bersama dengan negara-negara seperti China, Jepang, Jerman, dan Korea Selatan, dapat berada di bawah tekanan lebih besar untuk meningkatkan permintaan barang-barang AS, menurut BMI.

BMI juga mengatakan bahwa tarif 60% untuk barang-barang China akan menekan pertumbuhan ekonomi China antara 0,5 poin persentase dan 0,8 poin persentase selama dua tahun ke depan.

Eksportir Jerman, yang menganggap AS sebagai pasar tunggal terbesar di luar Uni Eropa, juga harus bersiap menghadapi kerugian besar jika Trump mengenakan tarif 20% pada semua mitra dagang, unkap Institut Riset Ekonomi Ifo yang berpusat di Munich.

Lembaga tersebut memperkirakan bahwa ekspor Jerman ke AS dapat anjlok sekitar 15% jika tarif impor baru diberlakukan.

"Langkah ekonomi Donald Trump akan menimbulkan masalah besar bagi Jerman dan Uni Eropa," kata lembaga tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya