Liputan6.com, Jakarta Rupiah kembali melemah pada Rabu, 13 November 2024. Rupiah ditutup melemah tipis 2 point terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) setelah sebelumnya sempat menguat 8 point di level Rp 15.784 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15,781.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp.15.770 - Rp.15.850,” ungkap Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (11/13/2024).
Advertisement
Baca Juga
Saat ini, pasar beralih ke data inflasi indeks harga konsumen yang akan datang untuk isyarat lebih lanjut tentang suku bunga.
Advertisement
“Pembacaan tersebut diharapkan menunjukkan inflasi tetap stabil pada bulan Oktober, yang menjadi pertanda buruk bagi taruhan pada pelonggaran moneter berkelanjutan oleh Federal Reserve,” kata Ibrahim.
Di sisi lain, kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS menambah ketidakpastian atas prospek inflasi. Hal ini karena presiden terpilih AS tersebut secara luas diperkirakan akan meluncurkan lebih banyak kebijakan ekspansif selama masa jabatan keduanya, yang menghadirkan prospek inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi.
“Beberapa komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve juga membebani sentimen, karena Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari memperingatkan bahwa setiap kenaikan inflasi dapat membuat Fed mempertahankan suku bunga tetap pada bulan Desember,” papar Ibrahim.
Sentimen Asia
Sementara itu, di Asia, rencana China untuk menambah utang sebesar 10 triliun yuan sebagian besar tidak memuaskan.
Karena persoalan tersebut, investor kini menunggu lebih banyak langkah fiskal yang bertujuan untuk meningkatkan belanja konsumen dan mendukung pasar properti.
Pajak Properti
Laporan Bloomberg mengatakan negara tersebut mempertimbangkan untuk memangkas pajak pembelian rumah untuk mendukung sektor properti, meskipun hal ini tidak banyak membantu menopang saham lokal.
“Analis mengatakan Beijing kemungkinan mencari lebih banyak petunjuk tentang kebijakan Trump terhadap negara tersebut, mengingat ia telah berjanji untuk meningkatkan tarif perdagangan atas impor China,” imbuhnya.
“China kini diperkirakan akan menguraikan lebih banyak stimulus fiskal selama dua pertemuan politik tingkat tinggi pada bulan Desember,” tambah Ibrahim.
Advertisement