Harga Kopi Cetak Rekor Termahal, Apa Penyebabnya?

Harga kopi di pasar internasional mencatat rekor tertinggi, hal ini tentunya mengancam untuk menaikkan harga minuman favorit ini di berbagai belahan dunia.

oleh Satrya Bima Pramudatama diperbarui 12 Des 2024, 20:00 WIB
Diterbitkan 12 Des 2024, 20:00 WIB
Ilustrasi segelas kopi
Ilustrasi segelas kopi. (Image by onlyyouqj on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta - Harga kopi di pasar internasional mencatat rekor tertinggi, hal ini tentunya mengancam untuk menaikkan harga minuman favorit ini di berbagai belahan dunia.

Pada hari Selasa, biji kopi Arabika, varietas kopi yang paling banyak diproduksi, mencapai harga USD 3,44 per pon setelah mengalami kenaikan lebih dari 80% sepanjang tahun ini. Sedangkan biji kopi Robusta juga mencatat harga tertinggi pada September lalu. Dilansir dari CNBC pada Kamis  (12/12/2024).

Faktor Penyebab Kenaikan Harga

Dua produsen kopi terbesar dunia, Brasil dan Vietnam, menghadapi cuaca buruk yang memengaruhi hasil panen. Brasil dilanda kekeringan parah selama bulan Agustus dan September dalam 70 tahun belakangan serta diikuti oleh hujan lebat di Oktober, memicu kekhawatiran panen bunga gagal. Vietnam juga menghadapi kondisi serupa, yang memengaruhi produksi biji Robusta.

Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank, Ole Hansen menyatakan, "Kekhawatiran atas panen tahun 2025 di Brasil menjadi pendorong utama." Katanya.

Dampak terhadap Konsumen

Merek kopi besar mulai mempertimbangkan kenaikan harga karena tekanan biaya produksi. Kepala Merek Kopi Nestlé, David Rennie mengatakan bahwa industri ini tengah menghadapi "masa sulit," dan perusahaannya perlu menyesuaikan harga dan ukuran kemasan.

Perusahaan kopi asal Italia, Lavazza juga mengungkapkan kesulitan mempertahankan harga lama. "Kami terpaksa menyesuaikan harga, meskipun kualitas tetap menjadi prioritas utama kami," kata perwakilan Lavazza.

 

 

Tingkat Konsumsi Kopi Tetap Tinggi

Meskipun pasokan tertekan, permintaan kopi terus meningkat, terutama di pasar negara berkembang seperti Tiongkok, di mana konsumsi lebih dari dua kali lipat dalam dekade terakhir. Analis dari S&P Global Commodity Insights, Fernanda Okada menyebutkan bahwa tren kenaikan harga kemungkinan besar akan terus berlanjut. "Permintaan tetap tinggi sementara persediaan berada di level rendah," jelasnya.

Bagi pecinta kopi, perubahan ini dapat berarti harga yang lebih mahal di kedai kopi dan supermarket, terutama pada awal 2025.

Pangsa Pasar Kedai Kopi Indonesia Diperkirakan Capai USD 2,1 Miliar

Cerita Akhir Pekan: Apa Kabar Kopi Literan?
Ilustrasi kedai kopi. (dok. Clem Onojeghuo/Pexels)

Sebelumnya, Indonesia, sebagai salah satu produsen kopi terbesar dunia, memiliki potensi besar di industri kopi. Pangsa pasar kedai kopi Indonesia diperkirakan mencapai USD 2,1 miliar, dengan pertumbuhan CAGR sekitar 10% dalam beberapa tahun ke depan. Sebagai salah satu produsen utama kopi di dunia dengan pertumbuhan konsumsi yang sangat menjanjikan, industri kopi Indonesia memang memiliki potensi yang sangat besar.

Fore Coffee, menjadi salah satu pelopor brand kopi nasional dengan aplikasi digital yang mendorong pertumbuhan industri kopi nasional dengan membuka gerai kopi yang tersebar di seluruh Indonesia. Hingga September 2024, Fore Coffee berhasil membangun jaringan gerai sebanyak 216 yang tersebar di 43 kota di Indonesia.

CEO Fore Coffee, Vico Lomar, mengatakan, Fore Coffee berkontribusi meningkatkan konsumsi kopi di Indonesia dengan berbagai inovasi dan strategi, mulai dari menu kopi hingga layanan konsumen secara online. Sebagai informasi, aplikasi Fore Coffee telah diunduh jutaan pengguna sejak diluncurkan pada 2018.

Kehadiran aplikasi Fore Coffee tersebut sejalan dengan ide dan hipotesis dari para pendirinya, Willson Cuaca dari East Ventures serta Robin Boe dan Jhoni Kusno dari Otten

 

Pengalaman Personal

Coffee, mengenai pola konsumsi masyarakat yang telah terbiasa mendapatkan makanan dan minuman yang diinginkan secara cepat, berkat perkembangan ekosistem teknologi di Indonesia.

“Aplikasi Fore Coffee tidak hanya mempermudah konsumen untuk membeli kopi, tetapi juga memberikan pengalaman yang lebih personal dan interaktif bagi setiap penggunanya. Sejak berdiri, Fore Coffee mendedikasikan bisnisnya untuk menyebarkan potensi dan budaya kopi Indonesia,” katanya.

Vico Lomar melihat bahwa industri kopi di Indonesia memiliki prospek yang menjanjikan dan memiliki peluang yang sangat besar untuk terus ditingkatkan. Laporan dari United States Department of Agriculture (USDA) bertajuk “Indonesia: Coffee Annual” memproyeksikan konsumsi kopi di Indonesia pada periode 2024/2025 akan meningkat sebesar 10.000 kantong menjadi 4,8 juta kantong, dari 4,45 juta kantong pada periode 2020/2021. Satu kantong kopi setara dengan 60 kilogram.

Peningkatan Konsumsi

Menurut USDA, peningkatan konsumsi ini didorong oleh stabilitas ekonomi yang terus membaik, terutama di sektor makanan dan minuman, perhotelan, serta sektor terkait lainnya yang mendukung pertumbuhan konsumsi kopi.

Meski demikian, Vico Lomar mencatat bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan. Saat ini, Indonesia menempati peringkat di bawah Filipina dengan rasio lebih dari 27.800 orang per kedai kopi. Selain itu, konsumsi kopi per kapita Indonesia masih tergolong rendah, hanya 1,0 kilogram per tahun, menempatkannya di urutan kedua terendah di dunia.

Sebagai perbandingan, data dari Redseer Analysis (2023) mencatat konsumsi kopi per kapita negara seperti Finlandia mencapai 12 kg per kapita atau Amerika Serikat sebesar 5,0 kg per kapita di tahun 2023.

“Ini menunjukkan kesenjangan besar yang dapat diisi dan dimanfaatkan oleh penjual, salah satunya Fore Coffee,” kata Vico Lomar.

 

Ekspansi ke Singapura

Tak hanya berkontribusi dalam mengembangkan industri kopi di Indonesia, Fore Coffee juga telah mengharumkan nama tanah air dengan cara berekspansi ke Singapura sejak 9 November 2023 dengan membuka gerai pertama di Bugis Junction. Langkah strategis tersebut sejalan dengan ambisi dan komitmen Fore Coffee untuk membawa kopi terbaik Indonesia ke sejumlah negara.

Ambisi Fore Coffee untuk mengenalkan kopi Indonesia ke luar negeri juga dibarengi dengan komitmen keberlanjutan atau sustainability sesuai dengan tren dunia. Untuk itu, Fore Coffee juga mengedepankan aspek ramah lingkungan dalam operasional bisnisnya. Salah satu inisiatif yang diambil adalah pengelolaan bisnis yang peduli terhadap dampak lingkungan, baik dari segi produksi maupun kemasan.

“Hal itu sejalan dengan nama perusahaan kami “FORE” berasal dari kata “FOREST” yang artinya hutan, di mana filosofinya adalah dapat tumbuh cepat, kuat, tinggi, sambil tetap menciptakan kehidupan bagi lingkungannya. Kami berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam dan menciptakan dampak positif bagi lingkungan melalui langkah-langkah yang lebih berkelanjutan,” ujar Vico Lomar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya