Tengok Cara Bos AMD Raih Sukses hingga Dapat Predikat CEO Terbaik Dunia

CEO AMD, Lisa Su dikenal dengan gaya kepemimpinan yang ambisius. Ia berhasil mengubah AMD menjadi raksasa industri chip senilai USD 210 miliar.

oleh Elyza Binta Chabibillah diperbarui 17 Des 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 17 Des 2024, 06:00 WIB
Lisa Su
Lisa Su. (Foto: Dokumen/AMD)

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa CEO mendorong keseimbangan kerja dan kehidupan bagi karyawannya. Namun, ada juga yang mengharapkan karyawannya tetap online hingga larut malam bahkan di akhir pekan.

Mengutip dari CNBC, Selasa (17/12/2024) CEO produsen chip Advanced Micro Devices (AMD), Lisa Su mengakui dirinya termasuk dalam kategori kedua. Untuk menjalankan perusahaan senilai USD 210 miliar ini, ia mengadakan rapat di akhir pekan dan panggilan pagi panjang dengan para eksekutif untuk membahas memo yang ia kirimkan setelah tengah malam.

Su, 55 tahun, dinobatkan sebagai CEO Terbaik 2024 oleh Time—sebuah penghargaan yang mencerminkan bagaimana ia telah mengembangkan perusahaannya secara dramatis sejak menjadi CEO pada 2014.

Dalam satu dekade terakhir, harga saham AMD meningkat hampir 50 kali lipat, sementara Su membangun perusahaan ini menjadi raksasa industri yang saat ini berada di antara para pesaing utamanya, Intel dan Nvidia, dalam hal kapitalisasi pasar.

Pemimpin Dilatih, Bukan Dilahirkan

Su mencapai hal tersebut, sebagian, dengan menetapkan harapan yang sangat tinggi untuk orang-orang di sekitarnya. "Saya tidak percaya pemimpin dilahirkan. Saya percaya pemimpin dilatih," kata Su, seraya mencatat bahwa kariernya dibentuk oleh kerja keras dan semangat pantang menyerah.

"Orang sangat terinspirasi oleh tujuan yang ambisius," tambahnya. "Strategi sebelumnya, seperti ‘Ayo kita tingkatkan sedikit di sini dan di sana,’ sebenarnya kurang memotivasi."

Meskipun para pemimpin dan eksekutif di AMD memiliki jadwal yang sangat sibuk dan sering begadang menyelesaikan tugas, sebagian besar karyawan perusahaan memiliki "keseimbangan kerja-hidup yang baik," menurut lebih dari 400 ulasan di Glassdoor.

Ulasan anonim di situs tersebut menyebut budaya perusahaan yang kuat dan paket manfaat yang baik, meskipun mengeluhkan "kompensasi yang rendah dibandingkan Nvidia dan Intel." Su memiliki tingkat persetujuan 95% sebagai CEO AMD berdasarkan ulasan di Glassdoor.

Jika Ingin Melakukan Hal Luar Biasa, Itu Tidak Akan Mudah

Jensen Huang
CEO NVIDIA, Jensen Huang (Stanford Institute for Economic Policy Research)

CEO Nvidia, Jensen Huang yang kebetulan adalah sepupu Su juga mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang sulit untuk diajak bekerja, dan ia tidak berencana untuk berubah.

Huang disebut “menuntut,” “perfeksionis,” dan “tidak mudah diajak bekerja sama,” menurut karyawan Nvidia di kantor pusat Santa Clara, California, kepada 60 Minutes CBS pada April lalu. Deskripsi itu sangat cocok untuknya, kata Huang dalam acara tersebut.

"Seharusnya memang begitu. Jika ingin melakukan hal luar biasa, itu tidak akan mudah," kata Huang.

Baik Nvidia maupun AMD merupakan bagian dari ledakan industri kecerdasan buatan (AI) yang bergerak cepat, menyediakan chip komputer yang dibutuhkan perusahaan teknologi untuk menangani pelatihan dan pemrosesan AI dalam jumlah besar.

Industri ini sangat intens saat ini: Profesional AI di perusahaan seperti Amazon, Google, dan Microsoft merasakan tekanan untuk bekerja berlebihan, dengan mengatakan kepada CNBC pada Mei bahwa mereka diharapkan membantu peluncuran cepat dengan waktu yang sangat terbatas untuk mempelajari model yang mereka kerjakan.

CEO yang Menginspirasi Meski dengan Ekspektasi Tinggi

Bill Gates ( Foto: CNBC.com)
Bill Gates ( Foto: CNBC.com)

Meskipun para karyawannya sering begadang, CEO teknologi umumnya dihormati karena dedikasi mereka terhadap kemajuan dan pertumbuhan di perusahaan mereka, tulis peneliti kepemimpinan Rainer Zitelmann.

Pada masa awal Microsoft, karyawannya menggambarkan Bill Gates sebagai sosok yang suka memaksa dan seperti “bully” di tempat kerja. Namun Gates lebih tahu daripada pengusaha lainnya bagaimana menginspirasi dan memotivasi stafnya untuk mencapai tujuan bersama, sekaligus memberi mereka kebebasan untuk berkembang secara kreatif,” tulis Zitelmann.

Microsoft berkembang pesat hingga akhirnya menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. Setelah perusahaan menjadi mapan, Gates mulai merasa menyesal atas gaya kepemimpinannya yang keras. Ia mengungkapkan hal ini kepada para mahasiswa dalam pidato wisuda di Northern Arizona University tahun lalu.

"Ketika saya seusia kalian, saya tidak percaya pada liburan. Saya tidak percaya pada akhir pekan. Saya tidak percaya orang-orang yang bekerja dengan saya juga butuh itu," kata Gates. 

"Jangan tunggu selama saya untuk mempelajari pelajaran ini. Luangkan waktu untuk merawat hubungan kalian. Beristirahatlah ketika kalian membutuhkannya. Bersikaplah lebih lunak kepada orang-orang di sekitar kalian ketika mereka membutuhkannya juga." tutupnya.

 
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya