Liputan6.com, Jakarta - Ancaman perang tarif yang telah lama digembar-gemborkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata belum terwujud pada hari pertama ia menjabat atau usai dilantik. Namun, tidak berarti ancaman kenaikan tarif seperti yang Donald Trump janjikan sebelumnya telah hilang.
Mengutip Al Jazeera, Selasa (21/1/2025), Donald Trump lebih memilih untuk menunda kenaikan tarif pada hari pertamanya sebagai Presiden AS. Ia justru berjanji akan mengeluarkan tindakan eksekutif untuk memangkas harga energi dan menjinakkan inflasi.
Advertisement
Tetapi, tidak jelas apakah perintahnya akan cukup untuk menggerakkan ekonomi AS seperti yang dijanjikannya.
Advertisement
Saat kampanye, Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif 10 hingga 20 persen pada semua barang impor dan tarif hingga 60 persen untuk impor dari Tiongkok. Ia juga mengancam akan mengenakan tarif 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko jika mereka gagal menekan aliran obat-obatan terlarang dan migran yang memasuki AS secara ilegal.
Para analis mengingatkan, ancaman-ancaman itu tidak terwujud pada hari Senin, hari pertama dia menjabat, tetapi itu tidak berarti ancaman tersebut telah hilang.
Trump mengumumkan pembentukan External Revenue Service untuk mengumpulkan semua tarif, biaya, dan pendapatan.
"Jumlahnya akan sangat besar dari sumber-sumber asing,” katanya dalam pidato pelantikan.
“Ia memilih untuk tidak mengenakan tarif yang terburu-buru hari ini yang kemudian dapat dinegosiasikan, tetapi tujuan pemerintahan Trump dan Partai Republik untuk pendapatan tarif menunjukkan bahwa ancaman tarif masih ada,” kata analis risiko ekonomi dan politik, Rachel Ziemba, kepada Al Jazeera.
Peninjauan Kembali
Sementara itu, Trump akan menandatangani perintah eksekutif untuk memprioritaskan peninjauan hubungan perdagangan, termasuk memulai peninjauan perjanjian perdagangan AS-Meksiko-Kanada.
"Belum adanya pengumuman tarif pada hari Senin menunjukkan bahwa beberapa anggota timnya, termasuk calon Menteri Keuangan Scott Bessent, dan penasihat Kongres, mungkin telah berhasil membuatnya memberlakukan tarif secara bertahap dan mempertimbangkan strategi daripada mengumumkannya dan menegosiasikannya,” kata Ziemba.
Tiongkok
Terkait Tiongkok, tim Trump diperkirakan akan fokus pada kesepakatan tahun 2020 dari masa jabatan Trump sebelumnya sebagai presiden, yang mana Beijing seharusnya membeli sejumlah besar sumber daya AS untuk menjembatani defisit perdagangan antara kedua negara, sebuah janji yang gagal ditepati.
"Fokus sekarang pada pembelian semacam itu memberi waktu sebelum tarif yang lebih agresif dan menunjukkan AS mungkin terbuka terhadap pembelian dan target investasi semacam itu," kata Ziemba.
Hal ini tidak hanya mempersenjatai Trump dengan daya tawar negosiasi yang lebih besar di masa mendatang, tetapi juga mempertimbangkan kekhawatiran tentang tekanan pasar dan kekhawatiran bahwa penerapan tarif yang luas secara cepat akan bersifat inflasi, merusak kepentingan ekonomi AS, dan merusak pendapatan tarif jangka panjang," imbuh Ziemba.
Pidato Pertama Donald Trump sebagai Presiden AS: Era Emas Amerika Serikat Dimulai
Donald Trump menyampaikan pidato pertamanya sebagai presiden Amerika Serikat di Capitol Rotunda, Washington D.C, pada Senin (20/1/2025).
Pesan pertama yang ia sampaikan dalam pidatonya yaitu: era emas Amerika Serikat dimulai.
"Era emas Amerika Serikat dimulai sekarang juga," kata Donald Trump saat menyampaikan pidatonya, seperti yang disiarkan langsung di akun Joint Congressional Committee on Inaugural Ceremonies, Senin (20/1/2025).
Donald Trump juga berjanji untuk mengutamakan Amerika Serikat atau American First.
Trump mengatakan, ia kembali sebagai presiden dengan percaya diri dan rasa optimis.
"Saya percaya diri dan optimis bahwa kita berada di era baru dengan penuh kesuksesan."
Ia menambahkan dalam pidato pelantikannya bahwa gelombang perubahan sedang melanda AS.
"Sinar Matahari akan bersinar di seluruh dunia dan AS memiliki kesempatan untuk memanfaatkan momen yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Trump.
Advertisement
Sumpah Donald Trump sebagai Presiden AS
Donald Trump resmi menjadi presiden ke-47 Amerika Serikat usai membacakan sumpah jabatan pada Senin (20/1/2025) di Capitol Rotunda, Washington D.C.
"Saya bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan menjalankan jabatan Presiden Amerika Serikat dengan setia, dan dengan kemampuan terbaik saya, menjaga, melindungi dan membela Konstitusi Amerika Serikat. Semoga Tuhan menolong saya," kata Donald Trump saat menyampaikan sumpahnya, seperti yang disiarkan langsung di akun Joint Congressional Committee on Inaugural Ceremonies, Senin (20/1).
Sebelumnya, JD Vance juga secara resmi menjadi wakil presiden Amerika Serikat usai membacakan sumpah jabatannya.
Berikut ini isi sumpah yang dibacakan oleh JD Vance:
"Saya bersumpah dengan sungguh-sungguh bahwa saya akan mendukung dan membela Konstitusi Amerika Serikat dari semua musuh, baik asing maupun domestik. Bahwa saya akan memegang teguh iman dan kesetiaan saya, bahwa saya menerima kewajiban ini dengan sukarela, tanpa ada keraguan atau maksud untuk mengelak dan bahwa saya akan melaksanakan tugas jabatan yang akan saya emban dengan baik dan setia. Semoga Tuhan menolong saya."