Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Tirta Karma Senjaya mengatakan, Bappebti berkomitmen terus meningkatkan kinerja di setiap sektor terkait. Selain itu, Bappebti terus memperkuat Perdagangan Berjangka Komoditi (PBK) dengan membentuk harga acuan memasuki 2025.
“Tahun ini akan menjadi tahun yang tidak mudah dan penuh tantangan. Komitmen Bappebti ini menjadi langkah strategis Bappebti dalam menghadapi berbagai tantangan perdagangan, baik di tataran global maupun dalam negeri dengan capain kinerja 2024 sebagai bahan refleksi dan pijakan,” tegas Tirta dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/1/2025).
Bappebti juga berkomitmen menyukseskan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk program swasembada pangan, swasembada energi, dan hilirisasi. Selain itu juga tentu menyukseskan tiga program kerja Menteri Perdagangan dalam pengamanan pasar dalam negeri, memperluas pasar ekspor, dan UMKM Bisa Ekspor, yang dapat memicu pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan dan produk lokal yang berdaya saing.
Advertisement
Tantangan lain, lanjut Tirta, adalah adanya peralihan kewenangan pengaturan dan pengawasan aset kripto dan derivatif keuangan dari Bappebti ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (IAKD), Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto; Derivatif Keuangan yaitu Indeks Saham dan Single Stock dari Bappebti ke OJK Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif (PMDK), dan Bursa Karbon; serta derivatif pasar uang dan pasar valuta asing (PUVA) atau Forex dari Bappebti ke Bank Indonesia. Hal ini membuat Rencana Strategis Bappebti lima tahun ke depan harus dilakukan sedikit refresh dan fokus pada penguatan perdagangan berbasis komoditas.
Tirta menguraikan, sebagai refleksi dan pijakan langkah ke depan, sejumlah capaian Bappebti sepanjang 2024 memberikan optimisme untuk pertumbuhan PBK lebih baik di 2025 dan tahun- tahun mendatang. Dari bidang Sistem Resi Gudang (SRG), pada 2024 terdapat 280 gudang SRG yang tersebar di 29 provinsi (144 kabupaten/kota) di Indonesia.
Nilai transaksi SRG pada 2024 mencapai Rp 2,87 triliun atau naik 202,64 persen dibandingkan dengan 2023 yang mencapai Rp 946 miliar. Pembiayaannya pun mencapai Rp 1,89 triliun atau naik 199,36 persen dibandingkan dengan 2023 yang hanya sebesar Rp 631 miliar.
”Beberapa komoditas SRG yang telah mampu mendorong terjaganya inflasi, antara lain beras, bawang merah, gula, ikan, gabah. Adapun yang mendorong penguatan ekspor nonmigas, antara lain kopi, beras organik, timah, lada, ikan, rumput laut, dan telur ikan terbang,” ungkap Tirta.
Pasar Lelang Komoditas
Selain itu, pada 2024, nilai transaksi Pasar Lelang Komoditas (PLK) mencapai Rp 97,15 miliar atau naik 47,18 persen dibandingkan 2023 yang hanya sebesar Rp 66,01 miliar.
”Kinerja SRG dan PLK masih berpotensi untuk dikembangkan. Optimalisasi SRG dan PLK menjadi instrumen penting untuk mendukung swasembada pangan, pengamanan pasar dalam negeri, dan perluasan pasar ekspor, serta tentunya meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan,” imbuh Tirta.
Sedangkan di bidang PBK, total nilai transaksi pada 2024 (national value) mencapai Rp 33,21 triliun atau naik 29,34 persen dibandingkan 2023 yang mencapai Rp25,67 triliun. Komoditas transaksi multilateral dalam transaksi PBK tersebut, antara lain timah, crude palm oil (CPO), emas, kopi, kakao, dan olein.
“Sebagai evaluasi, capaian kinerja PBK tersebut memang masih didominasi transaksi bilateral, sehingga perlu terus didorong penguatan transaksi multilateral berbasis komoditas unggulan Indonesia, seperti CPO, olein, kopi, kakao dan pengembangan komoditas yang berpotensi dalam kontrak berjangka, antara lain nikel, karet, dan renewable energy certificates (RECs),” terang Tirta.
Advertisement
Pasar Fisik Emas dan CPO
Capaian lainnya adalah perdagangan komoditas pasar fisik emas (secara digital) di bursa berjangka. Pada 2024, nilai transaksi perdagangan ini mencapai Rp5 8,3 triliun atau naik 466 persen dibandingkan 2023 yang hanya Rp 10,3 triliun. Sedangkan volume transaksinya mencapai 47,4 ton atau naik 358,3 persen dibandingkan 2023 yang mencapai 10,4 ton.
Hal ini dipicu karena harga emas yang baik pada 2024 dan kesadaran masyarakat yang meningkat untuk bertransaksi emas fisik di bursa berjangka.
“Untuk perdagangan CPO di Bursa CPO Indonesia, volume transaksi untuk CPO futures tercatat 28.613 lot (143.065 metrik ton). Transaksi CPO ini cukup menggembirakan meskipun untuk transaksi fisik masih harus kita dorong optimalisasinya. Kinerja Bursa CPO Indonesia perlu didorong agar transaksi lebih transparan, likuid, dan terpercaya,” jelas Tirta.
Demikian pula untuk perdagangan timah murni batangan ekspor di bursa berjangka, nilai transaksinya memang mengalami penurunan. Namun, total transaksi timah murni batangan lokal pada 2024 tercatat Rp1,78 triliun atau naik 60,2 persen dibandingkan 2023 yang sebesar Rp 1,11 triliun.