Liputan6.com, Jakarta Kenaikan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada industri hulu migas bisa menciptakan dampak berganda yang besar terhadap perekonomian nasional.
Data Reforminer Institute mencatat bahwa sektor hulu migas nasional terkait dengan 129 industri lain, menyumbang 90% PDB nasional, dan menyerap 82% tenaga kerja di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Setiap investasi sebesar Rp 1 triliun di sektor hulu migas akan mampu menciptakan nilai tambah ekonomi hingga Rp5,43 triliun. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan satu dekade lalu.
Advertisement
“Indeks multiplier effect industri hulu migas terus tumbuh, mencerminkan besarnya peran sektor ini dalam mendorong ekonomi nasional,” ujar Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, dalam Media Training IPA Convex 2025 di Jakarta, Selasa (27/2/2025).
Selain kontribusi terhadap investasi dan penerimaan negara yang rata-rata Rp192,32 triliun per tahun terhadap APBN—hulu migas juga mempercepat pertumbuhan industri pendukung dalam negeri. TKDN dalam pengadaan barang dan jasa hulu migas selama 12 tahun terakhir stabil di kisaran 54%-68%.
Sementara itu, menurut Benny Joesoep, Direktur Keuangan dan Komersial Tripatra, mengungkapkan, dampak berganda akan terasa semakin luas dengan peningkatan peran penggunaan produk dan keterlibatan perusahaan Engineering, Procurement dan Construction (EPC) dalam negeri sepanjang Project Life Cycle.
“Dengan menguasai engineering, maka perusahaan EPC nasional akan menjadi lokomotif peningkatan penggunaan barang dan jasa dalam negeri,” kata Benny.
Pada kesempatan sama, Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association, Marjolijn Wajong, menambahkan, target produksi migas yang lebih ambisius dan agenda transisi energi akan membuat keterlibatan industri dalam negeri semakin strategis bagi ketahanan energi nasional.
“Kami berharap melalui Media Training ini, semakin banyak pihak memahami bahwa penguatan industri hulu migas adalah investasi jangka panjang bagi perekonomian Indonesia,” ujarnya.
Acara Media Training bertema “Dampak Berganda Industri Hulu Migas” ini merupakan bagian dari rangkaian acara menuju IPA Convex 2025 yang akan digelar pada 20-22 Mei 2025 di ICE BSD, Tangerang.
Aturan Baru Penyimpanan Karbon Beri Kepastian Pelaku Hulu Migas
Pelaku sektor hulu migas yang berada dalam naungan Indonesian Petroleum Association (IPA), menyambut baik terbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 16 Tahun 2024 yang diundangkan pada 24 Desember 2024, tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penyimpanan Karbon.
Peraturan ini melengkapi kerangka hukum yang sebelumnya telah diatur, melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan dan Penyimpanan Karbon serta Penangkapan dan Penyimpanan Karbon pada Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas.
Kemudian, Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Penangkapan dan Penyimpanan Karbon, yang fokus pada kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon atau yang lazim dikenal sebagai Carbon Capture and Storage (CCS).
Direktur Eksekutif IPA Marjolijn Wajong mengatakan, Permen ESDM Nomor 16/2024 menjadi tonggak penting yang memberikan kepastian hukum bagi industri.
"Dengan kerangka regulasi yang lengkap, pelaku usaha kini memiliki panduan yang jelas untuk mendukung implementasi CCS sebagai solusi dekarbonisasi yang andal dan berkelanjutan. Selain itu, CCS akan mendukung rencana Indonesia mencapai target Net Zero Emission, sambil memungkinkan pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan solusi bagi industri yang sulit melakukan dekarbonisasi," ujarnya, Selasa (7/1/2025).
Adapun CCS diyakini punya potensi besar untuk mendukung Indonesia mencapai target Nationally Determined Contributions (NDC). Dengan menyediakan solusi bagi industri yang perlu melakukan dekarbonisasi, seperti manufaktur, pembangkit listrik, kilang, petrokimia, baja, dan semen.
Advertisement
Kapasitas 8 Gigaton CO2
Selain itu, CCS juga memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja dan investasi dalam teknologi bersih.
Indonesia memiliki formasi geologi yang unik dan strategis, termasuk akuifer asin (saline aquifer) dan reservoir migas yang telah habis (depleted reservoirs), yang mampu menyimpan karbon dioksida (CO2) secara aman.
Mengacu data Kementerian ESDM, potensi kapasitas penyimpanan karbon Indonesia mencapai 8 gigaton CO2 di reservoir migas dan 400 gigaton di akuifer asin. Pengembangan CCS diproyeksikan akan meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai pusat penyimpanan karbon regional, yang sejalan dengan komitmen Indonesia yang disampaikan pada COP29 untuk menjadi pemimpin dalam inisiatif CCS di kawasan.
Pemerintah RI juga aktif menjalin kerjasama regional untuk mempercepat pengembangan CCS. Semisal Indonesia-Singapura menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk kolaborasi lintas batas dalam CCS, yang memungkinkan transportasi dan penyimpanan CO2 antara kedua negara. Kerjasama serupa juga dijajaki dengan Jepang dan Korea Selatan guna memperkuat posisi Indonesia sebagai hub CCS di Asia Tenggara.
