Dongkrak Produksi Minyak, Indonesia Perlu Contek Cara AS

Menteri Bahlil menekankan bahwa untuk mempertahankan produktivitas sumur-sumur minyak dibutuhkan teknologi yang lebih efisien.

oleh Tira Santia diperbarui 30 Jan 2025, 16:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 16:00 WIB
Bahlil Lahadalia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkap penyebab kelangkaan elpiji 3 kg usai Diskusi Ekonomi Outlook 2025, di Jakarta, Kamis (30/1/2025). (Liputan6.com/Tira)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan pentingnya Indonesia belajar dari Amerika Serikat dalam meningkatkan produksi lifting minyak nasional.

Salah satu cara yang diusulkan adalah dengan memanfaatkan teknologi bor horizontal, yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan hasil produksi minyak.

"Kalau di Amerika dari 3 juta barel menjadi 13 juta barel Sekarang per day Itu dia bornya jadi bornya selama ini kita vertikal. Nah, di Amerika itu sudah bor horizontal, supaya bagian minyak yang tidak pernah diangkut naik itu sekarang sudah bisa dengan teknologi," kata Bahlil dalam Diskusi Ekonomi Outlook 2025, di Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Menurut Bahlil, Indonesia memiliki lebih dari 40 ribu sumur minyak, namun hanya sekitar 16 ribu sumur yang aktif berproduksi. Sebagian besar sumur yang ada sudah berusia tua, dengan banyak yang berusia lebih dari 75 tahun.

Ia pun mengibaratkan sumur-sumur tua ini seperti "Seorang yang berusia 75 tahun tapi disuruh lari maraton", ya tentu tidak akan mampu untuk memproduksi lifting dengan maksimal.

"Sumur-sumur kita ini udah pada tua, ini jujur aja ini usia 75 tahun disuruh lari maraton ya mampus lah. Nah, kemudian apa yang harus dilakukan agar dia tetap kuat?," katanya.

Bahlil pun menekankan bahwa untuk mempertahankan produktivitas sumur-sumur ini, dibutuhkan teknologi yang lebih efisien. Salah satu solusi yang dipandang efektif adalah penggunaan teknik bor horizontal, seperti yang diterapkan di Amerika Serikat.

Lebih lanjut, Bahlil Lahadalia menjelaskan, berbeda dengan metode bor vertikal yang konvensional, bor horizontal memungkinkan ekstraksi minyak yang sebelumnya sulit dijangkau.

 

Ironis, RI masih ketergantungan Impor BBM dari Singapura

Bahlil Lahadalia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkap penyebab kelangkaan elpiji 3 kg usai Diskusi Ekonomi Outlook 2025, di Jakarta, Kamis (30/1/2025). (Liputan6.com/Tira)... Selengkapnya

Disisi lain, Bhalil mengungkapkan keprihatinannya terhadap ketergantungan Indonesia yang masih mengimpor 54% bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura.

Ironisnya Singapura adalah sebuah negara yang tidak memiliki sumber daya minyak. Hal ini pun menjadi masalah besar, karena harga minyak yang diimpor dari Singapura ternyata setara dengan harga minyak dari Timur Tengah.

"Ironi lagi yang memalukan bangsa kita semua ini yang kita cintai ini 54% konsumsi minyak jadi kita impornya, tau dari mana? Singapura. Jadi, kita ini diimpur minyak oleh negara yang gak punya minyak Dan harganya sama dengan harga minyak dari Middle East," kata Bahlil dalam Diskusi Ekonomi Outlook 2025, di Jakarta, Kamis (30/1/2025).

Jika melihat kebelakang, kata Bahlil, pada masa 1996-1997, Indonesia mampu menghasilkan dan mengekspor migas dalam jumlah besar, dengan konsumsi domestik yang hanya mencapai 600.000 barel per hari, sementara produksi dalam negeri mencapai 1.600.000 barel per hari.

"Di tahun 1996-1997 mengatakan bahwa Pendapatan negara kita itu 40-50% itu dari migas. Lifting kita waktu itu sekitar 1.600.000. Konsumsi kita hanya 600.000 barrel per day dan kita mampu ekspor sekitar 1.000.000 barrel per day," ujarnya.

Namun, sejak krisis ekonomi 1996-1997, penurunan lifting migas Indonesia terjadi secara signifikan. Bahkan pada 2024, lifting minyak Indonesia turun menjadi sekitar 600.000 barel per hari, sementara impor per hari mencapai 1 juta barel.

 

Upaya Kementerian ESDM Tingkatkan Lifting Minyak domestik

Bahlil Lahadalia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, dalam Diskusi Ekonomi Outlook 2025, di Jakarta, Kamis (30/1/2025). Bahlil berkomentar mengenai keluarnya Amerika Serikat (AS ) dari Perjanjian Paris.... Selengkapnya

Untuk mengatasi masalah ini, Bahlil memfokuskan kebijakan pada tiga langkah utama, yakni mengoptimalkan sumur-sumur yang idle, menerapkan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi, serta mengevaluasi dan memanfaatkan 300 sumur yang sudah selesai eksplorasi namun belum diproduksi, termasuk kawasan Masela yang sudah lama terabaikan.

Bahlil menegaskan bahwa Indonesia harus menargetkan peningkatan lifting hingga 900.000 hingga 1 juta barel per hari pada 2028-2029. Dengan pendekatan yang lebih agresif dan memanfaatkan teknologi terkini.

Ia pun yakin Indonesia bisa mengurangi ketergantungannya terhadap impor BBM dan kembali mengendalikan sumber daya alamnya secara lebih optimal.

"Nah, kita targetkan bahwa Presiden Prabowo menargetkan di 2028-2029 sudah harus kita punya lifting kurang lebih sekitar 900 ribu sampai 1 juta. Ini bukan pekerjaan gampang, tapi ya sebagai anak dari timur kan nggak boleh menyerah," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya