Harga minyak kembali turun ke bawah US$ 105 per barel pada perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), mengakhiri lonjakan harga tertinggi dalam 16 bulan terakhir.
Seperti dilansir dari Washington Post, Jumat (12/7/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,61 menjadi US$ 104,91 per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent turun US$ 78 sen ke level US$ 107,73 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut mengikuti laporan dari International Energy Agency/IEA yang mengatakan pasokan akan melebihi lonjakan permintaan tahun depan.
Dalam beberapa hari, harga minyak melonjak tinggi akibat data penurunan pasokan minyak dan bensin yang luar biasa di AS. Penurunan tersebut bisa menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan.
Harga minyak mentah sempat menembus harga tertinggnya sejak Maret tahun lalu, di level US$ 107,45 per barel pada sesi pembukaan. Namun harganya kembali turun di sesi perdagangan berikutnya.
Meskipun harganya naik, para analis menilai, pasokan minyak global masih cukup dan tak ada peningkatan permintaan yang signifikan.
"Pasar minyak AS sudah semakin matang," tulis analis Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch dalam laporannya.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak terus naik menyusul data Departemen Energi yang mengungkapkan pasokan minyak mentah AS berkurang sebanyak 9,9 juta barel pada 5 Juli lalu. Pasokan bensin juga diketahui turun sebanyak 2,6 juta barel.
Sementara dalam dua minggu terakhir, pasokan minyak tercatat anjlok hingga 20,2 juta barel.
Berkurangnya pasokan minyak membuat harga minyak naik sebesar US$ 11 per barel dalam dua minggu. Hal tersebut juga seiring dengan kekhawatiran adanya gangguan pengiriman dari Timur Tengah akibat kerusuhan di mesir.
Meski mengalami penurunan jumlah pasokan, tapi persediaan minyak dan bensin AS masih di atas rata-rata lima tahun terakhir.
IEA memprediksi pertumbuhan pasokan akan terjadi lewat penambahan 1,3 juta barel per hari (bph) pada 2014. Sementara itu permintaan global diprediksi sebanyak 1,2 juta bph.
(Sis/Ndw)
Seperti dilansir dari Washington Post, Jumat (12/7/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,61 menjadi US$ 104,91 per barel. Sementara minyak mentah jenis Brent turun US$ 78 sen ke level US$ 107,73 per barel.
Penurunan harga minyak tersebut mengikuti laporan dari International Energy Agency/IEA yang mengatakan pasokan akan melebihi lonjakan permintaan tahun depan.
Dalam beberapa hari, harga minyak melonjak tinggi akibat data penurunan pasokan minyak dan bensin yang luar biasa di AS. Penurunan tersebut bisa menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan.
Harga minyak mentah sempat menembus harga tertinggnya sejak Maret tahun lalu, di level US$ 107,45 per barel pada sesi pembukaan. Namun harganya kembali turun di sesi perdagangan berikutnya.
Meskipun harganya naik, para analis menilai, pasokan minyak global masih cukup dan tak ada peningkatan permintaan yang signifikan.
"Pasar minyak AS sudah semakin matang," tulis analis Ritterbusch & Associates, Jim Ritterbusch dalam laporannya.
Pada perdagangan kemarin, harga minyak terus naik menyusul data Departemen Energi yang mengungkapkan pasokan minyak mentah AS berkurang sebanyak 9,9 juta barel pada 5 Juli lalu. Pasokan bensin juga diketahui turun sebanyak 2,6 juta barel.
Sementara dalam dua minggu terakhir, pasokan minyak tercatat anjlok hingga 20,2 juta barel.
Berkurangnya pasokan minyak membuat harga minyak naik sebesar US$ 11 per barel dalam dua minggu. Hal tersebut juga seiring dengan kekhawatiran adanya gangguan pengiriman dari Timur Tengah akibat kerusuhan di mesir.
Meski mengalami penurunan jumlah pasokan, tapi persediaan minyak dan bensin AS masih di atas rata-rata lima tahun terakhir.
IEA memprediksi pertumbuhan pasokan akan terjadi lewat penambahan 1,3 juta barel per hari (bph) pada 2014. Sementara itu permintaan global diprediksi sebanyak 1,2 juta bph.
(Sis/Ndw)