Ganggu Popularitas Pemilu, Subsidi Tetap Takkan Diterapkan 2014

Memasuki gerbang tahun pemilihan umum (pemilu), berbagai kebijakan yang dilahirkan pemerintah akan mendapat sorotan tajam dari masyarakat.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 22 Jul 2013, 11:45 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2013, 11:45 WIB
foto-bbm-9-130622a.jpg
Memasuki gerbang tahun pemilihan umum (pemilu), berbagai kebijakan yang dilahirkan pemerintah akan mendapat sorotan tajam dari masyarakat.

Dalam hal ini, pemerintah harus lebih berhati-hati memutuskan sebuah kebijakan supaya tak mengancam popularitas satu partai politik (parpol), termasuk rencana penetapan subsidi tetap energi.

Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, penetapan subsidi tetap bahan bakar minyak (BBM) dapat dilakukan kapanpun asal telah memperoleh restu dari sejumlah pihak yang terkait.

"Kalau sudah setuju semua (Presiden dan DPR), skema subsidi tetap bisa saja direalisasikan tahun ini atau tahun depan. Mungkin langkah pertama, sekarang lalu bertahap dikurangi sampai ke level yang ditetapkan tadi," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (22/7/2013).
 
Namun Purbaya meragukan bahwa pemerintah akan berani merealisasikan kebijakan tersebut tahun depan mengingat sudah masuk dalam tahun pemilu. Karena subsidi tetap dinilai menjadi salah satu kebijakan yang dapat mengganggu popularitas pemilu.

"Kalau pemberian subsidi tetap dengan jumlah yang lebih kecil daripada yang berlaku saat ini untuk per liternya, maka harusnya ada kenaikan harga BBM. Tapi itu tidak akan dilakukan tahun depan karena sudah tahun politik. Orang takut mengeluarkan kebijakan yang menganggu popularitas pemilu," tandas dia.

Sebelumnya Menteri Keuangan, Chatib Basri menjelaskan, pemerintah tidak akan menaikkan dan menurunkan subsidi tetap untuk energi meski harga mengalami fluktuatif setiap hari.

“Misalnya harga minyak di pasar internasional sekitar Rp 9.000 per liter, sedangkan harga domestik Rp 6.500, maka ada selisih Rp 2.500 dan itu adalah besaran subsidinya. Jadi kalau sewaktu-waktu harga minyak naik Rp 10 ribu per liter, maka harga subsidi pun tetap Rp 2.500 per liter,” tukasnya.

Begitu pula dengan harga minyak di 2014, tambah Chatib, bila terjadi penurunan semisal Rp 8.000 per liter, subsidi BBM tetap di angka itu.

“Kalau untuk sekarang belum tahu dan diputuskan besaran subsidi tetapnya, karena lagi dikaji. Yang jelas harga tidak ditentukan per hari tapi tergantung pasar,” cetus dia. (Fik/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya