Rupiah Jebol 11.000, Kedelai Kena Batunya

Besarnya pasokan dari impor membuat harga kedelai otomatis terus mengikuti fluktuasi nilai tukar rupiah.

oleh Nurmayanti diperbarui 27 Agu 2013, 12:02 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2013, 12:02 WIB
kedelai-subsidi-130826c.jpg
Satu demi satu industri nasional mulai merasakan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang menembus kisaran Rp 11 ribu. Salah satunya industri berbahan baku kedelai, tahu dan tempe.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Kedelai Indonesia, Andre Vincent Wenas menuturkan harga kedelai otomatis terus mengikuti fluktuasi nilai tukar rupiah. Jika harga pembelian kedelai petani Rp 7.600 per kg maka kini sudah mulai naik rata-rata 10% menjadi Rp 8.360 per kg.

"Jadi kalau rupiah melemah ya harga kedelai naik sebesar itu. Jadi akan begitu terus mengikuti dolar," ujar Andre saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (27/8/2013).

Seperti saat ini, kata dia, harga kedelai telah naik 7% sampai 10% mengikuti besaran pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah melemah 10%.

Kondisi itu terjadi karena hingga kini hampir 70% kebutuhan kedelai nasional masih dimpor dari luar negeri, terutama Amerika Serikat yang tentu menggunakan mata uang dolar.

Dari kebutuhan 2,5 juta ton kedelai, pasokan kedelai petani nasional hanya mampu memenuhi 700 ribu sampai 800 ribu ton.

"Kenaikan harga ini di luar kendali semua pemain (pedagang kedelai), lemahnya rupiah bikin harga kedelai mahal padahal harga kedelai di pasar internasional saat ini stabil," jelas dia. (Nur/*)




POPULER

Berita Terkini Selengkapnya