Jangan Seperti BBM, RI Disarankan Tak Terus Subsidi BBN

Pemerintah disarankan memikirkan pemberian subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam jangka panjang, agar penggunaan BBN bisa berkembang.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 03 Sep 2013, 16:15 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2013, 16:15 WIB
pakai-biofuel-130826c.jpg
British Petroleum (BP) menyarankan pemerintah Indonesia memikirkan pemberian subsidi Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam jangka panjang, agar penggunaan BBN bisa berkembang dan efisien.

BP Chief Economist, Christof Ruhl mengatakan, saat Eropa sudah membebaskan biofuel dari subsidi, penggunaan biofuel akan kian meningkat.

Namun jika terus disubsidi maka akan memberatkan keuangan negara. Dia pun menyarankan agar biofuel tidak selamanya disubsidi pemerintah.

"Contoh Eropa, pemerintah melakukan segala hal agar renewable kompetitif dipakai. Di Eropa itu renewable awalnya sangat disubidi pemerintah ketika share penggunan meningkat, sehingga tidak bisa diteruskan subsidinya," kata Ruhl dalam dalam Laporan BP Statistical Review of World Energy di Jakarta, Selasa (3/9/2013).

Selain memberatkan negara, menurut dia, jika biofuel terus disubsidi akan membuat bahan bakar yang diperoleh dari tanaman tersebut tidak berkembang.

Hal itu juga membuat inovasi teknologi tidak bisa berkompetisi sehingga tidak mengembangkan sumber energi lain. "Penggunaan renewable lebih kompetitif dan cost efektif. Inovasi teknologi terjadi biasanya ada kompetif lebih kuat, itu terjadi pada shale gas tight oil, sehingga membuat energi baru tidak berkembang itu lebih kompetitif," ungkap dia.

Menurut dia, pemberian subsidi pada BBM bisa menjadi contoh. Hal yang membuat tidak berkembangnya energi lain. Dia pun menyarankan subsidi pada biofuel tidak selamanya diberikan.

"Itu sebabnya fosil fuel lebih kompetitif, yang lebih efektif adalah price mecanism pada fuel subsidi," pungkasnya. (Pew/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya