Gabungan Koperasi Pengrajin Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) mengaku hal yang dibutuhkan para pelaku usaha tahu tempe yang menjadikan kedelai sebagai bahan baku saat ini adalah terjangkaunya harga kedelai. Bukan program-program kerja pemerintah terkait kedelai.
"Yang kita butuhkan adalah realita di lapangan seperti apa. Tahun 2008 kita demo di Istana karena ketahanan pangan kita rapuh, bukan hanya program-program semata,"ungkap Ketua II Gakoptindo, Sutaryo kepada Liputan6.com, Senin (9/9/2013)
Sutaryo menambahkan sebenarnya program-program yang dicanangkan Kementerian Pertanian untuk swasembada pangan terutama kedelai sudah sangat bagus termasuk penambahan produksi dengan menambah jumlah lahan, namun hal itu tidak sesuai dengan pelaksanaannya.
"Tahun 2010 hingga 2013 angka kedelai stagnan pada 850-900 ribu ton (produksi per tahun), pertanyakan lagi apa angka itu betulan apa tidak," tegasnya.
Selama ini dari seluruh produksi kedelai lokal tersebut setidaknya 85% diserap oleh para pengusaha tahu tempe sehingga apabila harga kedelai mengalami sedikit kenaikan itu akan sangat terasa bagi para pengusaha tahu tempe.
"2014 yang direncanakan swasembada, tahun 2013 Kementrian Pertanian menyatakan akan menambah produksi kedelai lokal dari tahun 2012 sebanyak 850 ton akan ditingkatkan jadi 1,5 juta ton per tahun, kenyataannya 0 lagi. Ini kan apa yang harus dilakukan pemerintah. Program bagus tapi tidak ada apa-apanya," paparnya.
Dalam tiga hari ke depan yang dimulai pada hari ini, para pengusaha dan penjual tahu melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap mahalnya harga kedelai yang terjadi sekarang ini.
Sutaryo menjelaskan para pelaku masih menunggu sikap dan reaksi dari pemerintah mengenai aksi protes tersebut. Diharapkan pemerintah segera bertindak secepat mungkin sehingga para pelaku usaha tahu tempe ini mampu kembali memperoleh keuntungan seperti biasa.
"Kalau tiga hari ke depan nggak ada reaksi dari pemerintah, ya kita lihat saja nanti, jangan komentari sekarang," tutupnya. (Yas/Igw)
"Yang kita butuhkan adalah realita di lapangan seperti apa. Tahun 2008 kita demo di Istana karena ketahanan pangan kita rapuh, bukan hanya program-program semata,"ungkap Ketua II Gakoptindo, Sutaryo kepada Liputan6.com, Senin (9/9/2013)
Sutaryo menambahkan sebenarnya program-program yang dicanangkan Kementerian Pertanian untuk swasembada pangan terutama kedelai sudah sangat bagus termasuk penambahan produksi dengan menambah jumlah lahan, namun hal itu tidak sesuai dengan pelaksanaannya.
"Tahun 2010 hingga 2013 angka kedelai stagnan pada 850-900 ribu ton (produksi per tahun), pertanyakan lagi apa angka itu betulan apa tidak," tegasnya.
Selama ini dari seluruh produksi kedelai lokal tersebut setidaknya 85% diserap oleh para pengusaha tahu tempe sehingga apabila harga kedelai mengalami sedikit kenaikan itu akan sangat terasa bagi para pengusaha tahu tempe.
"2014 yang direncanakan swasembada, tahun 2013 Kementrian Pertanian menyatakan akan menambah produksi kedelai lokal dari tahun 2012 sebanyak 850 ton akan ditingkatkan jadi 1,5 juta ton per tahun, kenyataannya 0 lagi. Ini kan apa yang harus dilakukan pemerintah. Program bagus tapi tidak ada apa-apanya," paparnya.
Dalam tiga hari ke depan yang dimulai pada hari ini, para pengusaha dan penjual tahu melakukan aksi mogok kerja sebagai bentuk protes terhadap mahalnya harga kedelai yang terjadi sekarang ini.
Sutaryo menjelaskan para pelaku masih menunggu sikap dan reaksi dari pemerintah mengenai aksi protes tersebut. Diharapkan pemerintah segera bertindak secepat mungkin sehingga para pelaku usaha tahu tempe ini mampu kembali memperoleh keuntungan seperti biasa.
"Kalau tiga hari ke depan nggak ada reaksi dari pemerintah, ya kita lihat saja nanti, jangan komentari sekarang," tutupnya. (Yas/Igw)