Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran Paus Fransiskus di Indonesia meninggalkan kesan mendalam bagi umat Katolik di seluruh penjuru Tanah Air. Tak hanya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus hadir sebagai simbol belas kasih, kesederhanaan, dan keberpihakan pada mereka yang termarjinalkan.
Hal yang sama turut dirasakan oleh Romo Gregorius Wilson dari Paroki Kalvari, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Ia mengenang momen luar biasa saat dirinya terlibat langsung dalam Misa Kudus bersama Paus di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Ia duduk berdampingan dengan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, sebagai diakon dalam Misa tersebut.
Baca Juga
"Peristiwa itu mungkin sekali seumur hidup saya," ujar Romo Wilson kepada Liputan6.com, Rabu (23/4/2025).
Advertisement
"Paus datang dengan pakaian sederhana, tanpa atribut emas. Bahkan tongkat gembala yang dibawanya terbuat dari kayu polos, tanpa ukiran, tanpa hiasan."
ÂÂÂView this post on Instagram
Ia menambahkan, "Paus tidak mengeluh meski cuaca Jakarta sangat panas. Ia membuka kaca mobilnya dan menyapa umat di pinggir jalan. Padahal, bagi orang Italia, panas ekstrem seperti itu hanya terjadi setahun sekali. Tapi beliau tetap ramah, penuh senyum, dan tidak mengeluh."
Kesederhanaan Paus Fransiskus tak berhenti di sana. Ia menolak menggunakan mobil anti-peluru selama berada di Jakarta, September 2024 lalu. Ini dinilai sebagai sebuah keputusan berani yang mencerminkan keyakinannya pada perlindungan Tuhan.
"Saya pernah berpikir, mungkin itu hanya pencitraan," kata Romo Wilson.
"Ternyata, semua yang dilakukannya adalah pilihan yang tulus. Tidak dibuat-buat dan Istimewa memancar dari sikapnya yang sederhana."
Kepedulian Terhadap Kelompok Terpinggirkan
Pengalaman bertemu dengan Paus Fransiskus itu pun mengingatkan Romo Wilson akan sosoknya yang dikenal sebagai pribadi yang konsisten membela hak migran dan kaum miskin. Dalam setiap pidatonya, ia tak pernah lelah menggaungkan pentingnya membangun dunia yang lebih adil dan manusiawi.
"Saya sungguh yakin bahwa pilihan-pilihan sikapnya untuk membela migran dan orang miskin merupakan buah dari imannya akan Tuhan yang memandang wajahnya," ungkapnya.Â
Selain sederhana, pemilik nama asli Jorge Mario Bergoglio itu juga dikenal sebagai sosok yang penuh belas kasih. Ia dipandang sebagai pribadi yang mengamalkan ajaran Yesus Kristus tentang kasih secara utuh.
Paus Fransiskus memilih moto "Miserando atque eligendo", yang artinya "Ia memandang dengan belas kasih dan memilih." Moto ini menggambarkan pengalaman spiritualnya, serupa dengan Matius yang mengalami tatapan belas kasih dari Allah.
Moto tersebut tercermin nyata dalam cara hidup Paus. Ia mengajak umat Katolik di seluruh dunia untuk melihat sesama dengan mata belaskasih—terutama mereka yang menderita dan tak bersuara.
"Saya teringat pada Tahun Suci Belaskasih tahun 2015," kenang Romo Wilson.
"Waktu itu, logo resminya menggambarkan mata Yesus yang menyatu dengan mata manusia yang sengsara. Pesan ini sangat kuat dan terus dibawa oleh Paus dalam pelayanannya."
Advertisement
Seruan untuk Peduli Lingkungan
Semasa memimpin hierarki Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus juga tegas menyuarakan kepeduliannya terhadap krisis lingkungan. Dalam ensiklik Laudato Si', ia menyebut kerusakan bumi sebagai akibat dari kurangnya iman dan rasa syukur manusia terhadap ciptaan Tuhan.
"Mencintai Allah, artinya mencintai kehidupan, mencintai bumi ini. Mencintai dan merawat bumi merupakan Tindakan keadilan, adil pada semua manusia agar dapat merasakan udara yang bersih dan sehat," ujar Romo Wilson.
"Merawat bumi bukan hanya tanggung jawab ekologis, tapi tindakan keadilan bagi generasi mendatang."
Romo Wilson pun kembali meningatkan akan Paus fransiskus untuk kembali mencintai alam ciptaan sebagai cara untuk memuji Allah.
