RI Perlu Punya Kebun Energi

BPPT menyarankan pemerintah memikirkan perkebunan energi demi menjamin ketersediaan bahan bakar nabati.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Sep 2013, 13:10 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2013, 13:10 WIB
kebun-energi-130916b.jpg
Badan Pengkajian Penerapan Tehnologi (BPPT) menyarankan pemerintah memikirkan perkebunan energi untuk menjamin ketersediaan bahan bakar nabati (BBN), yang menjadi campuran bahan bakar minyak (BBM).

Deputi Teknologi Informasi Energi dan Material (TIEM) BPPT Unggul Priyanto mengatakan, dengan terjaminnya pasokan BBN maka akan membuat harga stabil.

"Pasokan yang stabil bisa direalisasikan dengan mengintegrasikan mata rantai bisnis dari hulu samapai hilir," kata Unggul di Kantor BPPT, Jakarta, Senin (16/9/2013).

Unggul menyebutkan, saat ini lahan untuk sawit seluas 9 juta hektare (ha) dari keseluruhan potensi kebocoran lahan untuk sawit seluas 45 juta ha. Jadi, peluang masih sangat terbuka untuk budidaya tanaman kelapa sawit ini untuk bahan bakar biodiesel, dan tentu tidak akan berkompetisi dengan pangan karena produk produksi crude palm oil (CPO) saat ini sudah belebihan sekitar 25 juta per ton.

"Dengan demikian, untuk kebun energi, misalnya kelapa sawit maka harga bahan baku biodisel seperti CPO ini bisa dibuat stabil karena hanya akan dipakai untuk biodeisel yang diproses di dalam kawasan kebun energi tersebut, dan tidak dipakai untuk kebutuhan lainnya seperti komoditas ekspor," jelasnya.

Kebun energi tersebut bertujuan untuk mendukung mandatory peningkatan penyerapan biodeisel dari 7,5% ke 10%, sebagai langkah pelaksanaan empat kebijakan ekonomi untuk mengangkat rupiah.

"Neraca pembayaran yang meningkat karena sebagian besar mengimpor BBM, itu menyumbang penurunan rupiah juga, karena kita banyak gunakan dolar AS mengimpor," terang Unggul. (Pew/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya