ABAC Desak Liberalisasi Perdagangan Asia Pasifik Segera Terwujud

ABAC mendesak para pemimpin APEC untuk mempercepat liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Pasifik

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Okt 2013, 10:35 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2013, 10:35 WIB
mendag-gita-131009a.jpg
APEC Business Advisory Council (ABAC) mendesak para pemimpin APEC untuk mempercepat liberalisasi perdagangan di kawasan Asia Pasifik. Inilah yang menjadi salah satu rekomendasi penting dari pertemuan ABAC dengan 21 leaders.

Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengatakan, liberalisasi perdagangan menjadi tujuan utama forum APEC.

Bogor Goals sendiri telah menetapkan penurunan hambatan tarif untuk dicapai negara maju di tahun 2010 dan tahun 2020 untuk negara berkembang.

"ABAC berpesan agar APEC bekerja sama dengan lebih erat sehingga Konferensi Tingkat Menteri World Trade Organization (KTM WTO) di Bali dapat menghasilkan perjanjian fasilitasi perdagangan yang dapat mendorong kegiatan perdagangan menjadi lebih murah, cepat dan mudah," jelas dia di Nusa Dua Bali, seperti ditulis Rabu (9/10/2013).

ABAC juga menaruh harapan agar APEC dapat berperan lebih aktif memastikan keberhasilan KTM WTO ke-9 yang akan digelar di Bali, Desember mendatang. Karena bisa capaian APEC telah berhasil menurunkan tingkat taruf dari 16% menjadi 5% saat ini.

Namun Gita menambahkan, penurunan ini dinilai kurang agresif mengingat seluruh ekonomi APEC diimbau lebih cepat membuka pasarnya dengan penurunan tarif signifikan. Bukan saja di perdagangan, tapiliberalisasi investasi juga menjadi sorotan ABAC.

"ABAC juga meminya supaya pemimpin APEC mendorong koherensi peraturan, memperkuat konektivitas mata rantai, ketahanan pangan, energi, mendorong investasi bidang infrastruktur dan pembangunan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta melibatkan wanita dalam perekonomian," tutur dia.

Indonesia, lanjut dia, APEC masih menghadapi tantangan di masa depan yang dapat mengganggu capaian optimal. Misalnya saja praktik behind the border barriers serta kurangnya fasilitas untuk mengembangkan perdagangan dan investasi. "Jadi sangat penting untuk terus melanjutkan reformasi struktural," tandas Gita. (Fik/Sis/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya