Meski telah merdeka selama 68 tahun, Indonesia ternyata masih dijajah secara ekonomi. Buktinya, hingga kini harga komoditas yang diproduksi Indonesia ditentukan asing.
Contohnya, timah dan kelapa sawit. Untuk dua komoditas itu, Indonesia tercatat sebagai produsen terbesar di dunia. Tapi harga timah Indonesia masih ditentukan oleh London Metal Exchange (LME), sedangkan kelapa sawit ditentukan oleh Bursa Malaysia.
Untuk itulah, PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) hadir. Didirikan pada 23 Juni 2009, BKDI bermimpi bisa membawa Indonesia sebagai penentu harga komoditas dunia.
Bagai gayung bersambut, ternyata impian itu sejalan dengan cita-cita pemerintah. BKDI kemudian ditunjuk sebagai bursa berjangka yang mengurus transaksi jual beli timah batangan di Tanah Air.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 32 Tahun 2013 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Sejak 30 Agustus 2013, hanya penjual dan pembeli yang jadi anggota BKDI yang diperbolehkan melakukan transaksi jual beli timah.
Tak tanggung-tanggung, BKDI menggandeng salah satu produsen dan eksportir timah terbesar di dunia yaitu PT Timah Tbk (TINS) dan sejumlah perusahaan kelas kakap lainnya.
Tak hanya timah, saat ini terdapat beberapa komoditas lainnya yang diperdagangkan di BKDI seperti emas, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan olein (produk turunan CPO).
Bagaimana kiprah BKDI membawa Indonesia menjadi penentu harga komoditas dunia, berikut hasil wawancara tim Liputan6.com dengan Head business development BKDI, Christilia Angelica, seperti ditulis Selasa (22/10/2013).
Saat ini bursa berjangka masih kurang dikenal masyarakat, bisa Anda jelaskan apa itu BKDI?
ICDX atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, kita kembali ke visi misi, bursa ini berdiri 23 Juni 2009. Kenapa ada bursa ini? Saya kembali pada zaman penjajahan Belanda. Selama kita dijajah selama 350 tahun, hasil sumber daya alam (SDA) kita diambil dan mereka yang menentukan harga. Kalau kopi, mereka bilang harganya A, ya itu harus A. Parahnya, kopi itu untuk keperluan bangsa-bangsa lain, negara-negara lain yang mayoritas Belanda.
Jadi meski kita sudah merdeka pada tahun 1945, tapi yang tidak disadari kita masih dijajah secara ekonomi. Mengapa? karena kita tidak bisa menentu harga komoditi-komoditi tersebut, sampai sekarang pun kita belum bisa menjadi penentu harga komoditi kita. Contoh, sekarang harga minyak kelapa sawit kita ditentukan oleh Bursa Malaysia, padahal kita adalah produsen pertama di dunia.
Timah kita pun sangat kaya, tapi ditentukan oleh LME. Jadi berdirinya bursa komoditi yaitu membawa Indonesia sebagai penentu harga. Meski memang belum begitu awam seperti bursa saham. Di mana semua main saham, karena kalau kita tanya om, tante, ibu-ibu rumah tangga yang investasi, biasanya di saham bukan di bursa komoditi.
Karena jujur saja sosialisasi bursa berjangka kurang, tapi sedang on going-lah oleh bursa dan anggota kami yaitu pialang sebagai perpanjangan tangan bursa untuk mengenalkan bursa berjangka ke masyarakat.
Saat ini komoditas apa aja yang diperdagangkan di BKDI?
Sampai sekarang kita punya emas, CPO, kita juga ada derivatifnya turunannya CPO yaitu olein, kita juga ada timah yang baru diluncurkan 30 Agustus lalu. Perdagangan timah di BKDI, itu bukanlah request (permintaan) dari pada bursa sendiri.
Kita memang bisa mengajukan suatu produk kepada regulator, kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag), tapi kita ditunjuk melalui Permendag Nomor 32 tahun 2013 bahwa semua timah batangan harus diperdagangkan melalui bursa timah, yang ditunjuk BKDI. Tujuan dari regulasi itu adalah supaya membatasi ekspor daripada timah kita.
Sekarang ini kita kan eksportir timah nomor satu di dunia, tapi kita tidak pernah belajar membatasi ekspor. Ini sangat disayangkan, padahal timah barang yang sangat strategis untuk negeri ini.
Timah ini kan nonrenewable (tak bisa diperbarui) dan tak bisa disubstitusi. Kalau tidak dibatasi, lalu kita ekspor jor-joran terus kita ini dirugikan. Dengan semua transaksi jual beli timah melalui BKDI, maka ini akan mendorong harga timah menjadi wajar.
Memang selama ini bagaimana?
Pada 2013, harga timah paling rendah itu kan sampai US$ 19 ribu sekian, sebelum tanggal 29 Agustus sebelum timah diperdagangkan di BKDI, harganya langsung naik jadi US$ 21 ribu, sekarang ini kita sudah sentuh level paling tinggi US$ 23.400-US$ 23.450 per ton. Jadi semenjak semua timah batangan ditransaksikan melalui bursa ini, harga mulai naik menuju harga yang wajar.
Lalu bursa apa yang jadi acuan BKDI, LME atau Chicago?
Bursa adalah seni pasar kalau produsen kita mengikuti pasar luar, ya mereka ingin harga mau rendah ya rendah. Harga terbentuk di pasar ya sesuai keinginan investor-investor yang main didalamkan. Dengan adanya pasar timah sendiri, produsen semua kita jadi satu harus melalui bursa semua. Produsen yang tetapkan harga sekian, mau beli ya beli. Tidak mau yang sudah karena pembeli kan pasti butuh timah.
Bagaimana caranya agar BKDI jadi acuan harga komoditi dunia?
Seperti saya kutip dari Menteri Perdagangan (Mendag) Pak Gita Wirjawan. Beliau bilang kita akan mulai jadi menentu harga dunia dengan komoditi timah. Sekarang kan sudah mulai berbuah, kita sudah mulai menetapkan harga timah sendiri. Nanti dari timah, kita akan bergeser ke kelapa sawit, kemudian ke karet, lalu nikel. Kita harus sadari Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam sehingga harusnya kita bisa menentukan harga sendiri.
Targetnya berapa produk yang akan diperdagangkan di BKDI?
Sampai sekarang ini ada emas, kelapa sawit, olein timah, kemudian ada kemungkinan kitakaret juga, kita mulai lima dulu apakah nikel batubara, kakao kopi yang semua kita kaya semua apakah masuk dalam BKDi masih dalam pertimbangan, yang lpasti itu perlu keptusana regulator, kemnedag dan lain-lain
Apa target BKDI dalam 5 tahun pertamanya?
Kami harus jadi perusahaan atau bursa yang inovatif. kami harus bergerak cepat. Kita mulai-mulai dengan komoditas-komoditas unggulan yang ada di Indonesia. Tapi 4-5 tahun ke depan, di BKDI harus adanya namanya forex, sambil kami berekspansi ke komoditas lain.
Kenapa harus ada forex?
Karena forex juga ada pada bursa lain sehingga memang membuat bursa terkenal. Menjadi penentu harga itu sangat penting, tapi untuk krediblitas dan popuper harus ada forex. Rencananya 2014, kami gerak ke forex, nanti pararel sama CPO. Sebenarnya sekarnag sudah mulai, tapi baru dalam tahap kajian. (Pew/Ndw)
Contohnya, timah dan kelapa sawit. Untuk dua komoditas itu, Indonesia tercatat sebagai produsen terbesar di dunia. Tapi harga timah Indonesia masih ditentukan oleh London Metal Exchange (LME), sedangkan kelapa sawit ditentukan oleh Bursa Malaysia.
Untuk itulah, PT Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) hadir. Didirikan pada 23 Juni 2009, BKDI bermimpi bisa membawa Indonesia sebagai penentu harga komoditas dunia.
Bagai gayung bersambut, ternyata impian itu sejalan dengan cita-cita pemerintah. BKDI kemudian ditunjuk sebagai bursa berjangka yang mengurus transaksi jual beli timah batangan di Tanah Air.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 32 Tahun 2013 tentang Ketentuan Ekspor Timah. Sejak 30 Agustus 2013, hanya penjual dan pembeli yang jadi anggota BKDI yang diperbolehkan melakukan transaksi jual beli timah.
Tak tanggung-tanggung, BKDI menggandeng salah satu produsen dan eksportir timah terbesar di dunia yaitu PT Timah Tbk (TINS) dan sejumlah perusahaan kelas kakap lainnya.
Tak hanya timah, saat ini terdapat beberapa komoditas lainnya yang diperdagangkan di BKDI seperti emas, minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan olein (produk turunan CPO).
Bagaimana kiprah BKDI membawa Indonesia menjadi penentu harga komoditas dunia, berikut hasil wawancara tim Liputan6.com dengan Head business development BKDI, Christilia Angelica, seperti ditulis Selasa (22/10/2013).
Saat ini bursa berjangka masih kurang dikenal masyarakat, bisa Anda jelaskan apa itu BKDI?
ICDX atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia, kita kembali ke visi misi, bursa ini berdiri 23 Juni 2009. Kenapa ada bursa ini? Saya kembali pada zaman penjajahan Belanda. Selama kita dijajah selama 350 tahun, hasil sumber daya alam (SDA) kita diambil dan mereka yang menentukan harga. Kalau kopi, mereka bilang harganya A, ya itu harus A. Parahnya, kopi itu untuk keperluan bangsa-bangsa lain, negara-negara lain yang mayoritas Belanda.
Jadi meski kita sudah merdeka pada tahun 1945, tapi yang tidak disadari kita masih dijajah secara ekonomi. Mengapa? karena kita tidak bisa menentu harga komoditi-komoditi tersebut, sampai sekarang pun kita belum bisa menjadi penentu harga komoditi kita. Contoh, sekarang harga minyak kelapa sawit kita ditentukan oleh Bursa Malaysia, padahal kita adalah produsen pertama di dunia.
Timah kita pun sangat kaya, tapi ditentukan oleh LME. Jadi berdirinya bursa komoditi yaitu membawa Indonesia sebagai penentu harga. Meski memang belum begitu awam seperti bursa saham. Di mana semua main saham, karena kalau kita tanya om, tante, ibu-ibu rumah tangga yang investasi, biasanya di saham bukan di bursa komoditi.
Karena jujur saja sosialisasi bursa berjangka kurang, tapi sedang on going-lah oleh bursa dan anggota kami yaitu pialang sebagai perpanjangan tangan bursa untuk mengenalkan bursa berjangka ke masyarakat.
Saat ini komoditas apa aja yang diperdagangkan di BKDI?
Sampai sekarang kita punya emas, CPO, kita juga ada derivatifnya turunannya CPO yaitu olein, kita juga ada timah yang baru diluncurkan 30 Agustus lalu. Perdagangan timah di BKDI, itu bukanlah request (permintaan) dari pada bursa sendiri.
Kita memang bisa mengajukan suatu produk kepada regulator, kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag), tapi kita ditunjuk melalui Permendag Nomor 32 tahun 2013 bahwa semua timah batangan harus diperdagangkan melalui bursa timah, yang ditunjuk BKDI. Tujuan dari regulasi itu adalah supaya membatasi ekspor daripada timah kita.
Sekarang ini kita kan eksportir timah nomor satu di dunia, tapi kita tidak pernah belajar membatasi ekspor. Ini sangat disayangkan, padahal timah barang yang sangat strategis untuk negeri ini.
Timah ini kan nonrenewable (tak bisa diperbarui) dan tak bisa disubstitusi. Kalau tidak dibatasi, lalu kita ekspor jor-joran terus kita ini dirugikan. Dengan semua transaksi jual beli timah melalui BKDI, maka ini akan mendorong harga timah menjadi wajar.
Memang selama ini bagaimana?
Pada 2013, harga timah paling rendah itu kan sampai US$ 19 ribu sekian, sebelum tanggal 29 Agustus sebelum timah diperdagangkan di BKDI, harganya langsung naik jadi US$ 21 ribu, sekarang ini kita sudah sentuh level paling tinggi US$ 23.400-US$ 23.450 per ton. Jadi semenjak semua timah batangan ditransaksikan melalui bursa ini, harga mulai naik menuju harga yang wajar.
Lalu bursa apa yang jadi acuan BKDI, LME atau Chicago?
Bursa adalah seni pasar kalau produsen kita mengikuti pasar luar, ya mereka ingin harga mau rendah ya rendah. Harga terbentuk di pasar ya sesuai keinginan investor-investor yang main didalamkan. Dengan adanya pasar timah sendiri, produsen semua kita jadi satu harus melalui bursa semua. Produsen yang tetapkan harga sekian, mau beli ya beli. Tidak mau yang sudah karena pembeli kan pasti butuh timah.
Bagaimana caranya agar BKDI jadi acuan harga komoditi dunia?
Seperti saya kutip dari Menteri Perdagangan (Mendag) Pak Gita Wirjawan. Beliau bilang kita akan mulai jadi menentu harga dunia dengan komoditi timah. Sekarang kan sudah mulai berbuah, kita sudah mulai menetapkan harga timah sendiri. Nanti dari timah, kita akan bergeser ke kelapa sawit, kemudian ke karet, lalu nikel. Kita harus sadari Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam sehingga harusnya kita bisa menentukan harga sendiri.
Targetnya berapa produk yang akan diperdagangkan di BKDI?
Sampai sekarang ini ada emas, kelapa sawit, olein timah, kemudian ada kemungkinan kitakaret juga, kita mulai lima dulu apakah nikel batubara, kakao kopi yang semua kita kaya semua apakah masuk dalam BKDi masih dalam pertimbangan, yang lpasti itu perlu keptusana regulator, kemnedag dan lain-lain
Apa target BKDI dalam 5 tahun pertamanya?
Kami harus jadi perusahaan atau bursa yang inovatif. kami harus bergerak cepat. Kita mulai-mulai dengan komoditas-komoditas unggulan yang ada di Indonesia. Tapi 4-5 tahun ke depan, di BKDI harus adanya namanya forex, sambil kami berekspansi ke komoditas lain.
Kenapa harus ada forex?
Karena forex juga ada pada bursa lain sehingga memang membuat bursa terkenal. Menjadi penentu harga itu sangat penting, tapi untuk krediblitas dan popuper harus ada forex. Rencananya 2014, kami gerak ke forex, nanti pararel sama CPO. Sebenarnya sekarnag sudah mulai, tapi baru dalam tahap kajian. (Pew/Ndw)