Kisruh Penyadapan Tak Bikin Kerjasama Bisnis RI-Australia Putus

meski hubungan Indonesia dengan Asutralia sedang memanas, namun hal itu tak akan berpengaruh terhadap pola bisnis antara kedua negara.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 19 Nov 2013, 17:26 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2013, 17:26 WIB
chairul-tanjung130417c.jpg
Aksi penyadapan oleh badan intelijen Australian kepada petinggi Indonesia membuat hubungan kedua negara memanas. Bahkan pemerintah telah memanggil pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia.

Namun tak semua sektor memanas. Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Chairul Tanjung (CT) menegaskan meski hubungan Indonesia dengan Asutralia sedang memanas, namun hal itu tak akan berpengaruh terhadap pola bisnis antara kedua negara tersebut.

"Secara bisnis tidak ada hubungannya. Ini kan sikap politik, pedagang itu tidak ada kaitannya dengan urusan politik," ungkap CT saat ditemui di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Namun meski begitu dia mengaku sangat mendukung pemerintahan Indonesia untuk menindak keras Australia mengingat apa yang sudah dilakukan tersebut bukan hal yang pertama kalinya. "Tapi kita harus menunjukkan sikap yang keras terhadap sikap tindakan yang tidak baik itu," tegas dia.

Hal serupa juga diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro. Dia menilai hubungan bisnis paling erat antara Indonesia dengan Asutralia mengenai ternak dan daging sapi tidak perlu dikhawatirkan.

Bambang menegaskan banyak negara-negara yang hubungan politiknya memanas namun secara bisnis tetap berjalan mengingat bisnis sudah diikat dengan sebuah perjanjian kerjasama yang saling menguntungkan.

"Apa sih kebijakan kita yang sensitif, paling sapi. Tanyalah yang urus sapi, logikanya nggak (terpengaruh). Banyak negara yang bermusuhan bisnisnya tetap jalan di antara mereka. Bukan berarti bisnisnya langsung mati kecuali memang embargo atau blokade," ujar dia. (Yas/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya